Di suatu pagi, mentari tampak meredupkan cahayanya, tak seperti
biasanya yang selalu tersenyum lebar dan menebarkan aroma cahaya
kecerahan pada setiap insan di muka bumi.
Sementara di
sebelah sanapun sang hujan mulai menggoda, mulai melambai-lambaikan
godaan awan seolah mengejek sang mentari tuk mulai bersenda gurau, "pagi
yang menyejukkan .." guraunya.
Sang mentaripun tersenyum
simpul mendengar ejekan sang hujan, dengan lirihpun berucap, "wangi
aroma cahayaku tak sirna oleh lambaian godaan awanmu....". Sang hujanpun
balas mengejek, "bagaimana mungkin engkau tak kan terhalang, sedang
aroma cahayamu tak sampai di muka bumi ?".
Sang mentari
dengan tegas menjawab, "wangi aroma cahayaku akan selalu terpancar oleh
hati-hati hamba yang beriman, walau mendung awan menyelemuti bumi
mereka". Mendengar jawaban demikian sang hujanpun berujar, "sungguh
engkau telah benar !".
Itulah sepenggal kalimat yang
barangkali menjadi sebuah bahan inspirasi, bahwa pada dasarnya sinar
cahaya akan selalu benderang menghiasi ruangan - ruangan hati hamba yang
beriman. Sang cahaya tak hilang walau diterjang berbagai awan yang
melintang, karena sesungguhnya awan itu hanyalah sebuah "sarana
penegasan" untuk bisa melihat sang cahaya kembali.
Begitulah,
kita hidup di dunia ini, terkadang karena berbagai problema hidup
seolah menenggelamkan sumber cahaya abadi yang ada dalam hati ini,
padahal justru karena problema hidup itu, "nilai" kita semakin teruji.
Bagaimana mungkin kita bisa dibedakan dengan makhluk Allah yang lain,
bila kita tidak pernah diuji.
Justru karena ujian, kita
"dipaksa" untuk selalu mengasah akal dan fikiran kita. Justru karena
ujian, kita selalu dan selalu melihat tanda -tanda kekuasaan Allah.
Karena sesungguhnya bagi seorang mu'min "segalanya merupakan kebaikan".
Dalam
sebuah haditspun Rasulullah pernah bersabda, " Sungguh unik perkara
orang mukmin itu ! Semua perkaranya adalah baik. Jika mendapat kebaikan
ia bersyukur, maka itu menjadi sebuah kebaikan baginya. Dan jika ditimpa
musibah ia bersabar, maka itu juga menjadi sebuah kebaikan baginya. Dan
ini hanya akan terjadi pada orang mukmin."
Terkadang,
saat kita mengalami sebuah persoalan ekonomi misalnya, begitu berat
gundah gulana melanda fikiran kita, perasaan kita bahkan hati kita
terasa kacau balau. Namun sadarkah kita, bahwa seberat apapun masalah
yang kita hadapi "pasti" sesuai ukuran yang Allah berikan kepada kita.
Ini yang harus senantiasa menjadi sebuah "keyakinan mutlak" dalam diri
kita.
Sikap kita terhadap sebuah permasalahan, ternyata
lebih penting dibanding masalah itu sendiri. Kita sadar di dunia ini
tidak ada satupun manusia yang tidak mempunyai masalah, karena memang
karena itulah manusia terlahir ke muka bumi, untuk merampungkan masalah.
Melalui sebuah masalah, sungguh-sungguh nilai kita diuji oleh Allah.
Akankah karena suatu masalah membawa kita semakin dekat kepada Allah ?
atau malah mungkin semakin jauh dari bimbingan Allah ?
Tatkala
karena suatu masalah menimpa kita, lalu setahap demi setahap semakin
bisa melihat "betapa besar kekuasaan Allah", maka insya Allah balasan
dari Allah lebih besar dari masalah itu sendiri. Namun jika kita semakin
membawa diri kepada sebuah kemalasan, kejenuhan, hilangnya motivasi
diri.... jangan-jangan kita terbawa kepada sebuah "tipu daya" dari nafsu
kita sendiri, yang pada akhirnya membawa kepada sebuah kesengsaraan
hakiki.
Sikap kita bisa "selamat", tatkala pada titik
puncak "keyakinan hakiki" mengatakan bahwa, "tiada daya dan upaya
kecuali karena Allah semata", bukan karena fikiran kita, bukan karena
strategi kita, bukan karena kelihaian lobby kita, bukan karena skill
kita.... dan bla.. bla ...... Tatkala kita "merasa" bisa mengatasi
permasalahan namun dalam hati kita, berkata " karena kemampuan fikiran
saya" dan melupakan "pemberi" fikiran kita sendiri... maka sesungguhnya
lambat laun tanpa sadar... kita terbawa pada arus "kesombongan
diri".."Na'udzubillah !!!!.
Maka, seandainya saja, kita
sudah bisa melihat "rahasia" sebuah masalah, maka sungguh "penglihatan
akan keagungan kekuasaan Allah semakin terbuka". Yang terbuka oleh mata
hati ini..... karena hati ini telah bisa melihat, maka pancaran
cahayanyapun akan menyinari sang fikiran untuk berfikir lebih jernih...
lebih terarah..., juga kan menyinari setiap langkah dan lintasan fikiran
kita.... hingga "jalan keluarpun" akan diturunkan oleh "Sang Pemberi
Cahaya", Allah Ta'ala...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar