Sabtu, 26 November 2011

Menghargai Hidup yang telah Allah berikan untuk kita

Ruang tunggu klinik itu masih penuh pengunjung. Aku duduk di salah satu sudut bersebelahan dengan seorang wanita seusiaku. Rasa letih yang amat sangat dan linunya persendian ditingkah pula oleh pening di kepala yang semakin terasa berat. Wangi parfum dari wanita muda di sebelahku menghentak-hentak rasa mual dalam perut ini. Syukurlah namaku segera dipanggil oleh seorang perawat yang manis. Segera aku masuk ke ruang kerja dokter. Seraut wajah tegar menyambutku dengan senyum tipis. Aku pun duduk di kursi seberang meja berhadapan dengannya.

" Nyonya A ?" tanyanya. Aku mengiyakan.
" Saya sudah lihat hasil laboratoriumnya , nyonya positif." Lanjutnya pula.
 " Bagaimana dok ?" tanyaku berharap ketegasan.
" Anda hamil." Disebutkannya usia kandunganku yang rupanya sedang dalam masa emesis.
Oh alangkah sulitnya kuungkapkan perasaan hatiku ketika itu. Bertahun-tahun aku menantikannya.

Tuhanku, hanya sebaris kalimat syukur meluncur dari bibirku yang bergetar menahan haru. Dengan cermatnya sang dokter memeriksaku. Sedemikian telitinya hingga aku merasa begitu lama waktu merayap. Akhirnya dokter yang cekatan itu mengatakan bahwa keadaanku normal-normal saja. Begitu pula janin yang kukandung. Diberinya aku resep vitamin dan pelancar metabolisme. Aku pulang dengan rasa bahagia yang tak terkata. Hilang rasa letihku. Hilang segala rasa sakit dalam tubuhku terhapus oleh rasa bahagia menyadari hadirnya buah hati dalam rahimku.

Setiba di rumah, kutumpahkan rasa bahagiaku dalam sujud syukur di hadapan Tuhan Yang Maha Tinggi.Sungguh karunia-Nya tak pernah putus-putusnya menyirami hidupku.Ilahi, kalau bukan karena Engkau tak mungkin kukenal shalat, tak mungkin kukenal hidayah dan ni’matnya beribadah kepada Engkau. Segala puji hanyalah bagi-Mu.Suamiku,Kunantikan engkau pulang dengan hati girang. Ingin kukabarkan segera berita gembira ini. Kutahu telah sekian lama kau nantikan berita ini terucap dari bibirku. Aku pun hampir tak sabar menanti.Namun hingga senja hari lewat kau belum juga kembali.

Hidangan yang telah kusiapkan mulai menjadi dingin. Kuhibur hatiku barangkali engkau sedang menghadapi banyak pekerjaan. Kusibukkan pikiranku dengan tadarus Qur’an dan wirid ma’thurat. Semoga engkau tetap dalam lindungan Allah.Menjelang Isha barulah engkau pulang. Dalam kepenatan kutangkap kilatan cahaya dari sepasang matamu yang teduh. Bersinar kemilau namun sulit untuk kutafsirkan. Lalu dengan lembut engkau minta maaf karena terlambat pulang. Ada urusan penting rupanya hingga engkau tertahan sekian lama. Buatku sendiri, melihat dirimu saja sudah cukup menenteramkan perasaanku, menghapus penantian yang terasa amat panjang. Hanya saja melihat engkau letih begitu, kuurungkan niatku untuk menyampaikan berita itu. Biarlah kutunggu hingga hilang penatmu, kunanti hingga engkau segar kembali …

Usai shalat ‘isha berjamaah, engkau mengajakku berbicara. Ketika itu fahamlah aku kilat bahagia apa yang bersinar di matamu saat kau pulang tadi. Ini adalah momen yang sangat penting dalam hidupku. Dapat kurasakan kebahagiaanmu dan akupun bahagia pula karenanya. Namun, tiba-tiba serasa ada yang menghentak dalam dadaku. Sesungguhnya apa yang kau katakan adalah ikrar dan cita-cita kita sejak lama. Tetapi saat ini aku merasakannya sebagai sesuatu yang teramat berat. Aku memerlukan segunung ketabahan dan kekuatan iman !
Perasaan manusiawiku kepadamu sungguh tak dapat kugambarkan bagaimana.
Meski begitu aku menyadari kecintaan kepada Allah harus kutempatkan di atas segalanya.
Apa yang ada padaku saat ini bukanlah milikku.

Karunia Allah sajalah yang membuatkku dapat merasakan ni’matnya iman dan islam di sisimu. Dan kini, mestikah kutahan-tahan apa yang bukan milikku ketika Sang Pemilik memintanya ?
Tetapi, haruskan kulepaskan kebahagiaan yang baru saja kurasakan ?
Haruskah ???
Suara gemuruh bertalu-talu seperti hendak memecahkan dadaku. Bertarung antara suara hati nuraniku melawan emosi dan nafsu. Antara keikhlasan dalam cinta kepada-Nya dan cinta manusiawiku kepada suami dan anakku yang belum lagi terlahir.Ilahi, mestikah aku kehilangan saat-saat bahagia yang tengah kugenggam dengan merelakan suamiku pergi yang entah kapan akan kembali atau bahkan tidak akan pernah kembali lagi..?
Dan anakku, ia akan menjadi yatim sebelum sempat memandang wajah ayahnya.
Lalu, bagaimanakah akan kuhadapi hidup ini tanpa dirinya lagi, tanpa bimbingan dan perlindungannya ?
Sanggupkah aku ???
Di puncak pergulatan batin, saat itulah gelegar dahsyat menghentikan bisikan iblis dalam batinku bagai suara guntur mengatasi gemuruh hujan………..

" Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah, dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya……""
Katakanlah : jika bapak-bapakmu, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan jihad di jalan-Nya maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.
Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasiq…

"Bagai meriam menghancurkan dinding konstantinopel, rontoklah bayang-bayang ego-ku. Batu karang di lautan jiwa ini luruh berkeping-keping. Aku tersadar dalam pemahaman yang segar tentang hakikat cinta.Ya Allah, wahai Kekasih, asal Engkau tidak tinggalkan aku dalam lautan cinta ini, asal Engkau tidak murka padaku, aku tidak peduli !
Hanya keselamatan dari-Mu lebih melapangkan hati hamba-Mu ini. Aku berlindung dengan nur wajah-Mu yang menerangi kegelapan dan menjamin kebaikan di dunia dan akhirat dari amarah-Mu yang akan menimpa diriku dan murka-Mu yang akan membinasakanku.

Kumohon ridha-Mu sampai kuperolehnya.Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan-Mu juga …….
Ada rasa lapang di dada.
Kubiarkan hawa kepasrahan mengisi paru-paru.
Duka kali ini terasa begitu manis.
Ada rasa sesak yang terangkat ketika malaikat membukakan pintu langit.
Saat kau bertanya bagaimana pendapatku; dengan mantap kukatakan padamu :
" Bukankah sejak kita menikah telah kita ikrarkan bahwa perkawinan ini adalah bagian dari perjuangan ? Telah kita tetapkan syahid di atas keingininan yang lainnya, ingatkah kau ?
Kini, apakah aku akan menghalangimu untuk menggapai cita-cita kita itu ?

Tidak, bang Jundi. Karunia Allah yang diberikan kepada kita dalam Iman dan Islam jauh lebih besar ketimbang pengorbanan yang harus kita lakukan saat ini. Benar, kasihku padamu tak terhingga besarnya. Namun itu semua karena cinta kepada Allah jua. Berangkatlah, bang. Insya Allah saya akan tabah. Hanya saja tolong doakan agar saya teguh hati meniti perjalanan hidup ini hingga Allah mempertemukan kita kembali di akhirat kelak….

"Usai berkata begitu kumintakan maafmu kalau-kalau selama kita bersama terdapat sikapku yang kurang kau sukai. Engkau hadiahi aku dengan senyum penuh makna. Takjub aku akan akhlakmu. Engkau begitu memuliakanku selama ini padahal aku bukanlah orang yang pantas menerima kehormatan seperti itu. Pedih hati ini mengingat cacat-celaku, namun terobat perasaanku ketika engkau katakan bahwa engkau sangat berharap doa dariku.Malam merayap perlahan. Rembulan tersenyum lembut ketika kusibak tirai jendela kamar. Aku masih terjaga ketika engkau telah terlelap dalam letihmu setelah seharian bekerja.

Dalam hening kutatap wajahmu, kukirim sebait doa yang tumpas di kesunyian.Suamiku, sungguh kasih sayang Allah yang tak terhingga ketika mempertemukanmu kepadaku sebagai suami yang begitu bersih buatku. Ketika itu aku tengah tersaruk-saruk meninggalkan masa-masa kebodohan. Tanganku menggapai-gapai mencari pokok tempat bergantung. Ketika itulah atas takdir Allah tangan kokohmu menyambutku, membimbingku dari alam ketidakpastian ke dalam cahaya Islam yang cemerlang. Kau bawa aku dalam hidup penuh makna di bawah bimbingan rabbanimu. Kau luruskan cara berfikir, berasa dan bertindakku selaras dien yang hanif ini.Lalu kau arahkan aku agar dapat berjalan sendiri.Hidup bersamamu bukannya dalam taburan madu. Aku sering kau tinggalkan ketika tugas mewajibkanmu untuk pergi. Namun itulah cara terbaik bagiku. Dengan begitu sandaranku kepada Allah menjadi lebih kokoh. Dan kini kau akan meninggalkanku untuk cita-cita tertinggimu. Firasatku mengatakan kau tak akan kembali ….

Sesaat aku teringat anak kita. Ah anak kita. Aku belum sempat lagi mengabarkannya kepadamu.
Semoga ia mewarisi sifat baikmu.
Apakah yang harus kuperbuat kini ?
Dalam doa yang kudus kumohon pertolongan dari-Nya.
Kuhapus air mata yang menetes agar tak sempat terlihat olehmu.

Namun, ikatan batin kita demikian kuatnya, melampaui dimensi ruang dan waktu, mengatasi mimpi indah yang mengabarkan suara hati dari lubuk jantung yang paling dalam.Tiba-tiba saja engkau terjaga dari lelapmu.
" Adakah yang ingin dinda katakan ?" suaramu lirih seperti desir angin menyibak padang ilalang.
Mestikah kukatakan kepadamu tentang si kecil yang denyut kehidupannya mulai berlagu dalam rahimku ?
Wahai suamiku, bukan aku ragu akan keteguhanmu bila mendengar kabar ini sebab aku percaya engkau seorang yang istiqamah.
Hanya saja aku ingin menutup serapat mungkin pintu fitnah yang dapat kutimbulkan terhadapmu dariku dan anak kita …..

Tetapi dapatkah kusembunyikan hal ini darimu ?
Apakah keterjagaanmu merupakan isyarat dari Allah?
Dan bukankah inipun merupakan satu bentuk ujian dari-Nya ?
Kudekati dirimu. " Bang Jundi." Panggilku.
" Janganlah apa yang akan saya sampaikan ini menjadikan penghalang dari langkah yang telah abang putuskan."
Engkau tersenyum tanpa mengurangi perhatianmu akan kata-kataku." Insya Allah sepeninggal abang nanti saya tidak akan merasa sendirian….sebab senantiasa ada Allah dan… ada jundi kecil yang akan saya jaga sebaik-baiknya …" kataku.
Hening sesaat. Sejenak kulihat kau tertegun. Aku mengerti perasaanmu.
Bukankah sudah lama kau nantikan hadirnya buah cinta kita ?
" Abang,…" sambungku ,
" bukannya saya sangsi akan keteguhan hati abang, tapi karena saya tidak ingin isteri dan anakmu ini menjadi fitnah bagi tekad suci kita. Abang tak boleh surut melangkah. Jangan abang risau karena masih ada saya yang akan membesarkan anak kita …dan ada Allah yang akan melindungi kami selalu….."
Aku berusaha untuk tetap tegar.

Kusingkirkan jauh-jauh perasaan iba-kewanitaanku yang kutahu menjadi titik lemahku.Kau rengkuh aku penuh kasih sayang.
" Dinda," ujarmu,
" engkau adalah sebaik-baik ni’mat yang Allah anugerahkan pada ku….."
Ah suaramu itu begitu sejuk seperti percik air surga. Ada rasa damai di hati.Ada rasa hangat menyelinap di relung-relung jiwa …..Tengah malam belum lagi lewat ketika kita berdua sama-sama bersujud menghadapkan wajah dan hati kita kepada Allah. Semburat nur Ilahi serasa meliputi kita berdua.Suamiku, tidak lama setelah itu engkau benar-benar berangkat….menuju bumi jihad.Ambon manise hingga kini masih menangis. Bumi Aceh sudah lama merintih. Belum lagi lagu lama di Palestina, Bosnia, Kosovo, Moro, Azerbaijan, Chechnya dan belahan bumi lainnya yang menjerit ditikam pisau kezaliman.Berangkatlah, kekasih. Jangan biarkan serdadu thaghut itu merobek jantung orang-orang yang lemah dan anak-anak yang tak berdosa. Bila teringat anak kita, ingat-ingatlah bahwa di sana lebih banyak lagi anak-anak yang terpaksa lahir sebelum waktunya. Dahsyatnya perang membuat mereka harus cepat dilahirkan…….

Sementara itu usia anak kita makin bertambah jua. Gelinjang halus bagai semangat yang menyelinap ke seluruh sel tubuhku.Mulai terasa ia bergerak dan menendang-nendang dengan gagahnya seperti kau… yang dengan gagahnya menyerbu musuh di medan-medan pertempuran.Allahu Akbar !Suamiku, rinduku padamu bukanlah keinginan untuk bermesra dan memadu kasih, tapi …aku rindukan suasana beribadah bersamamu. Ingin shalat di belakangmu, ingin mencium tanganmu , meminta maaf dan berdiskusi denganmu sebab setiap kata yang terucap dari bibirmu adalah tarbiyah bagiku dan memberiku kekuatan ketika aku kau tinggalkan…

Bila rindu datang mengganggu, kubuka kembali buku-bukumu. Terhibur hati ini. Kurasakan seolah-olah kau hadir di sisiku. Namun terkadang bisikan yang tak kuingini datang juga. Betapa pintarnya syetan mencari jalan untuk melemahkanku. Teringat aku akan kata-katamu bahwa cinta Allah mengatasi segalanya. Akupun bermunajat kepada Allah agar diberi kekuatan dan ketabahan dan semoga Ia mengampuniku.Bang Jundi, tujuh bulan usia anak kita dalam rahimku ketika suatu malam aku bermimpi berjumpa denganmu. Kau nampak sangat elok dan bercahaya. Kulihat rembulan di atasmu, kupandang bergantian antara kau dan rembulan namun kau nampak lebih indah…… bahkan bintang-bintang pun tak dapat menandingi parasmu.

Aku terjaga. Hilang segala sedih dari hatiku. Sejuk perasaanku. Aku pun bersujud memohon barakah Allah atasmu.Esok harinya seisi rumah kita nampak bercahaya kemilau. Benderang luar biasa. Semerbak wangi membuatku terheran-heran. Wanginya…sulit untuk kukatakan. Belum pernah kucium wangi seharum ini.Sahabat-sahabatku di jalan Allah yang berta’lim di rumah kita ribut saling bertanya satu sama lain. Tiada seorangpun di antara kami yang memakai parfum !Baru kudapat jawabnya ketika Ayah dan seorang sahabatmu berta’ziah ke rumah. Ya, engkau sudah berada di tempat yang jauh …….Tidak, kekasih. Tidak patah semangatku dengan kepergianmu. Aku tahu engkau telah menepati janji.Engkau tidak mati!
Engkau tetap hidup!!!!!

" Dan janganlah kamu mengatakan kepada orang-orang yang gugur di jalan Allah,mati ; bahkan mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya …."
" Di antara orang-orang mu’min itu ada para rijal yang menepati apa yang mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur ada pula yang menanti-nanti (giliran) dan mereka sedikitpun tidak mengubah janjinya."
Selamat jalan, bang Jundi. Nantikan aku di sana. Kepergianmu adalah satu kepastian. Kini, ujian dan derita yang mesti kuhadapi tidak lagi kurasakan sebagai luka namun bagai angin sejuk yang menyegarkan semangat juangku. Hari-hari berlalu dalam deru semangat yang tak pernah pupus. Saat kelahiran anak kita kian dekat. Nyeri yang hebat mulai melilit-lilit dalam perutku. Aku tak bisa lagi berjalan. Hari itu kubaca surah Yusuf, surah Maryam, surah Luqman dan surah Muhammad berulang-ulang. Kuhadiahkan buat anak kita yang bakal lahir. Tak jadi soal laki-laki atau perempuan. Yang terpenting ia berakhlak mulia dan menjadi anak yang shalih yang bakal menyambung tugas para nabi, menyebarkan syi’ar Islam di muka bumi ini.

Ya Allah, tabahkan hatiku. Semoga dosaku akan turut terhapus dengan lahirnya anak dalam kandunganku ini ……………….Ketika saatnya tiba, sahabat-sahabat kita yang tulus membawaku ke rumah sakit. Jerit si buyung yang lahir memecah jagat raya….pekik tangisnya menghapus segala rasa sakitku. AlhamduliLlah dia selamat. Dia tampan dan gagah sepertimu…..…dia rijal sepertimu.Saat kutatap anak kita, hatiku tiba-tiba rawan.
Sanggupkah aku menjadi ibu yang baik ???
Aku pun berbisik padanya ," Wahai ananda, janganlah kau ikuti sifat ibumu yang buruk. Milikilah sifat yang terpuji. Engkau adalah harta yang paling berharga….."
Kucium ia penuh kasih disaat tangis pertamanya memecah bumi.Kunamai anak kita dengan nama yang pernah kau sebut dulu. Semoga Allah mengabulkan doa dalam nama yang indah itu. Suamiku,Satu langkah telah kutempuh. Beribu-ribu langkah lagi membentang di hadapanku. Badai gelombang yang garang harus kuhadapi. o­nak dan duri yang terserak sepanjang perjalanan harus kulewati. Angin puting beliung pun harus kulampaui. Berat memang. Apalagi kuharus melangkah tanpamu. Namun kuyakin Allah senantiasa melindungiku.

Aku tahu cinta dan nafas perjuanganmu senantiasa mengisi hatiku. Ada rasa bangga mengenang dirimu.Dengan ‘izzah inilah kan kubesarkan buah hati kita.Kekasihku, Satu lagi janji harus kupenuhi. Aku ingin menghantarkan anak kita agar dapat menyusulmu. Kuingin ia pun sampai ke gerbang kecintaan-Nya. Aku akan tetap melangkah. Selangkah demi selangkah aku menapak. Satu langkah lagi. Ya satu langkah lagi!

( Bumi Allah yang jauh di seberang. Mengenang gugurnya seorang sahabat, sepuluh tahun silam.Akhi, bagaimana rasanya berjumpa Allah ?
Salam rindu dari sini. )
Buat Mas terkasih :

Semoga tulisan sederhana ini membawa banyak manfaat bagi yang membacanya. Segala kesalahan adalah dari saya pribadi, untuk itu saya mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya. Dan kebenaran itu mutlak milik Allah Azza Wa Jalla...Wallahu Musta'an

Nasehat Ibu untuk Anak Perempuannya

Nasehat ini, ia sampaikan ketika melepas putrinya itu menuju rumah suaminya saat dia dinikahkan.
Dia berkata, “Wahai anakku, kalaulah nasehat boleh ditinggalkan karena kemuliaan budi dan ketinggian nasab keturunan, maka aku tidak akan menyampaikannya padamu. Namun ia perlu disampaikan untuk mengingatkan orang baik dan menyadarkan yang lalai.

Wahai anakku, jika seorang perempuan bisa melepaskan diri dari laki-laki dengan harta orang tuanya maka aku adalah orang yang paling bisa untuk itu. Tapi, itu tidak mungkin, anakku. Karena perempuan diciptakan untuk laki-laki. Dan sebaliknya, laki-laki diciptakan untuk perempuan.

Wahai anakku, saat ini engkau akan melangkah dari rumah ini, dimana kamu hidup dan dibesarkan. Kamu akan berangkat ke lembah yang belum kamu ketahui sama sekali dan akan ditemani seorang yang tidak pernah kau kenal selama ini.

Makanya, dengarlah pesan-pesanku. Jadilah engkau bagaikan budak baginya, maka dia akan berlaku seperti itu pula untukmu.

Anakku, dengarkanlah, aku akan menyampaikan sepuluh wasiat untukmu. Jagalah wasiat ini. Ia akan menjadi penerang dan bekal bagimu dalam hidup.

- Pertama, setia dan patuhlah padanya. 
Kepatuhanmu padanya akan melahirkan keridhaan Tuhan kita.

- Kedua, pakailah dengan apa yang diberinya.
Sikap itu akan melahirkan ketenangan dalam jiwamu.

- Ketiga, peliharalah pandangannya padamu. 
Jangan sampai dia melihat padamu sesuatu yang tidak disenanginya.

- Keempat, pelihara penciumannya terhadapmu. 
Jangan sampai dia mencium darimu sesuatu yang tidak mengenakkan hidungnya.

- Kelima, Jagalah waktu makannya. 
Sesungguhnya rasa lapar itu bagaikan bara yang bisa membakar kapan saja.

- Keenam, jagalah waktu tidurnya. 
Sesungguhnya gangguan pada waktu tidur bisa menyulut amarah.

- Ketujuh, jagalah harta dan rumahnya. 
Sesungguhnya yang demikian membuatnya menghargaimu.

- Kedelapan, pelihara dan hormatilah anak dan keluarganya. 
Sesungguhnya hal itu melatihmu mengatur segala Sesuatu dengan baik.

- Kesembilan, janganlah kamu buka rahasianya. 
Jika kamu melakukan itu, maka tidak bisa dijamin dia akan menjaga janjinya padamu.

- Kesepuluh, janganlah kau melanggar perintahnya. 
Sesungguhnya yang demikian itu menyulut rasa cemburu dalam hatinya.

Dan perhatikanlah dua perkara.
~ Janganlah kamu menampakkan kebahagiaan padanya jika dia sedang dirundung sedih.
~ Jangan pula engkau menampakkan kesedihan di kala dia berbahagia.

Ketahuilah wahai anakku, sebesar apa penghormatanmu padanya sebesar itu dia akan menyanjungmu. Sejauh mana kamu bisa menyesuaikan pandanganmu dengannya seperti itu pula dia akan setia padamu.

Anak gadisku, sesungguhnya kamu tidak akan mampu melakukan itu semua kecuali jika kamu mampu mendahulukan kerihdaannya atas keinginan pribadimu, dan jika kamu mampu mengedepankan hasratnya atas hasratmu. Semoga Tuhan melimpahkan kebaikan padamu.

Selamat jalan Anakku.

Menghidupkan Hati

Saudaraku yang baik, saat ini kita mencoba memohon pertolongan Allah agar kita lebih mengenal siapa Allah , bagaimana cara mendekat kepada Allah dan tahu apa yang akan menghijab dari Allah.

“Bagaimana akan dapat terang hati seorang yang gambar dunia ini terlukis dalam lensa cermin hatinya, atau bagaimana akan pergi menuju kepada Allah  padahal ia masih terikat dan terbelenggu oleh syahwat hawa nafsunya, atau bagaimana akan dapat masuk ke hadirat Allah padahal ia belum bersih suci dari kelalaiannya atau bagiannya yang di sini diumpamakan dengan janabatnya mengharap akan mengerti rahasia yang halus padahal ia belum bertobat dari kekeliruan-kekeliruannya”

Saudaraku yang baik, bagaimana mungkin seseorang hatinya akan terang benderang kalau di hatinya ini selalu duniawi saja yang terlukis, bagaimana mungkin seseorang akan dapat mendekat bergerak kepada Allah kalau dia masih diikat dan dibelenggu oleh syahwat nafsunya, dan bagaimana bisa membuka pintu gerbang kedekatan dengan Allah kalau dia masih melumuri dirinya dengan aib dosa dan belum mensucikan dirinya.

Kurang lebih kita ibaratkan sebuah wadah. Bagaimana bisa diisi makanan yang nikmat andaikata wadah ini penuh dengan kotoran , penuh dengan belatung. Tentu senikmat apapun makanan tidak akan pernah dinikmati , karena tidak bisa bercampur kotoran dan kesucian.

Suatu saat Nabi Muhammad saw pernah berjalan melalui pasar yang diikuti sahabat dan orang-orang lain. Kebetulan beliau melewati bangkai seekor anak kambing yang putus telinganya. Ditunjukkannya kambing tersebut sambil bersabda: "Siapa diantara kalian yang mau menerima kambing ini dengan harga satu dirham?" Orang-orang menjawab: "Kami tidak ingin memilikinya". Nabi bersabda: "Apakah kalian mau memilikinya tanpa bayaran?" Salah seorang menjawab: "Demi Allah, sekiranya dia hidup pun kami tidak menyukainya, karena telinganya putus, apalagi sudah menjadi bangkai begini, buat apa?".
Nabi saw. bersabda: "Demi Allah, sesungguhnya dunia ini menurut pandangan Allah, lebih hina dari pandanganmu terhadap bangkai anak kambing ini".(H.R. Muslim yang bersumber dari Jabir)

Dunia yang mana ; harta ? kedudukan ?  jabatan ?, ternyata Rasulullah berharta , Rasulullah memiliki kedudukan dan populer , Rasulullah memiliki kekuasaan .Yang disebut dunia adalah semua yang disebutkan tadi yang membuat lalai kepada Allah, contoh ; mencari harta dan membuat lalai kepada Allah itulah dunia ; membabi buta mencari nafkah sedangkan shalat diabaikan , kejujuran diabaikan. Itulah pecinta dunia.

Sedangkan pecinta Allah sama sibuknya dengan gigih mencari harta tetapi selalu Allah yang dipikirkan, karena yakin Allah yang membagikan rejeki ; dia berdagang tapi dia yakin Allah yang menggerakan pembeli, dia tidak mau mengurangi timbangan 1 mg pun , dan dia tidak mau ada ketidak-jujuran yang dia inginkan hanya untuk memudahkan jual beli karena jual beli yang mudah diberkahi oleh Allah.
Dia tidak akan tamak dengan keuntungan karena dia tahu menguntungkan orang lain adalah disukai oleh Allah , dia bisnis , dia sibuk dengan harta tetapi kesibukannya membuat dia semakin taat kepada Allah ,yang seperti itu bukan bukan dunia yang menghinakan.

Pebisnis atau pedagang yang jujur termasuk orang yang berkedudukan di sisi Allah, dan kelak kalau sudah wafat bisa setara kekasih-kekasih Allah, mengapa ? karena hiruk pikuk dunianya justru membuat dia dekat dengan Allah, ini perlu kita pahami.

Lalu kekuasaan ; ada orang yang berkuasa kemudian jadi dzalim dan sibuk mempertahankan kekuasaannya, sepanjang hari yang ada dalam pikirannya hanya bagaimana berkuasa, itu adalah duniawi. Tapi bagi orang yang tidak tamak dengan kekuasaan justru yang dia pikirkan adalah bagaimana dengan kekuasaannya kebenaran bisa menjadi milik ummat, bagaimana dengan kekuasaannnya keadilan dapat ditegakkan dan memudahkan orang lain untuk dekat dengan Allah, nah kekuasaan yang seperti ini tidak diartikan sebagai duniawi.

Selanjutnya bagaimana orang bisa melesat berjalan ke arah Allah kalau dirinya masih terbelenggu ,bukankah kalau kita terbelenggu sulit untuk melangkah ? bukankah kita kalau diikat sulit untuk mendekat ? maka Allah menciptakan nafsu bagi kita bukan untuk membelenggu kita untuk mendekat kepada Allah tapi orang-orang yang diperbudak nafsu memang akan terikat.

Kita ambil contoh dengan nafsu perut ; seseorang yang nafsu perutnya telah membelenggu maka yang ada dalam pikirannya hanya bagaimana untuk mencari makanan yang enak yang dapat memuaskan perutnya.Dia rela untuk pergi jauh dan membayar dengan harga yang mahal untuk memuaskan perutnya.

Tapi bagi orang yang lapar dan laparnya digunakan untuk mendekat kepada Allah, maka dia akan taklukan nafsu perutnya itu dengan shaum . Tidak boleh diperbudak makanan, dia hanya mau makan kalau sudah lapar, dia berhenti makan ketika sebelum kenyang, setiap dia makan yang dia lihat bukan makanannnya tapi siapa yang memberi makannya, walaupun hanya dengan garam dia tahu semua ini karunia Allah. Makan penuh dengan rasa syukur karena lidahnya masih berasa, makan dengan rasa syukur karena masih berjumpa dengan nasi dan garam, makan dengan rasa syukur karena kita masih bisa menikmati makanan dibanding saudara kita yang lapar, maka dia makan tapi bukan nafsu yang berjalan tapi makrifat dia menemukan butir-butir nasi. Allahu Akbar !
Padahal dirinya jauh dari ladang tetapi dia dimudahkan ; ada bagian yang mengetam, menumbuk , ada bagian yang memasak, dan sekarang dia terpilih pada sebagai orang yang menikmati makanan yang dihidangkan oleh Allah nun jauh dari sana.Garam dari laut ada yang mengambil, mengeringkan sampai di piring ,Allahu Akbar ! .
Maka ,lapar yang seperti itu Insya Allah akan menjadi pendekat kepada Allah.Inilah kenikmatan dan orang yang menjalankan makan penuh dengan ingatan kepada Allah sepanjang makan Insya Allah jadi ibadah , sambil makan ingat kepada saudaranya yang lapar dan makin bertambah rasa syukurnya. Jauh berbeda dengan pecinta nafsu hari demi hari diperbudak dengan makanan saja , belum lagi yang diperbudak oleh amarah sehari-hari hanya dipikirkan bagaimana memuntahkan ketidaksukaannya

Jadi bagaimana kita akan mendekat kepada Allah kalau kita belum membersihkan diri kita , Allah Maha Suci sedangkan kita amat nista "Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang membersihkan diri." (QS. 2 : 222).

Lalu apa yang bisa kita lakukan untuk membuat hati kita menjadi tempat kasih sayang Allah ? kalau pada diri ini kita kumpulkan kebencian , maka sulit orang-orang yang tidak punya waktu untuk membersihkan hati  untuk meraup kedekatan dengan Allah , “Qad aflaha man zakkaahaa, Wa qad khaaba man dassaahaa” (Q.S: Asy Syams: 9-10) Artinya : Sungguh beruntung orang-orang yang mensucikan dirinya, Dan sungguh merugi orang yang mengotorinya.

Maka kegigihan kita untuk sekuat tenaga bertobat, ketika berbuat dosa hapus kembali dengan tobat ; 1 noktah tinta bersihkan , jangan biarkan tinta-tinta ini berkumpul menebal karena akan sangat sulit membersihkannya, perbanyaklah istighfar karena kalau cermin sudah berkilau Insya Allah kita akan tahu siapa diri kita dan orang lain pun dapat memanfaatkan cermin ini.

Kita rindu sekali agar dibimbing oleh Allah, Allah lah yang Maha Tahu semua ilmu yang bisa membuat kita sampai kepadanya Allah-lah Yang Maha Tahu bagaimana kita bisa mengenalnya. Maka kuncinya adalah berusahalah sekuat tenaga untuk menjadi orang yang mendekat dengan cara mengamalkan ilmu karena barang siapa yang mengamalkan ilmu yang diketahuinya niscaya Allah akan mewariskan kepadanya ilmu yang belum diketahui oleh kita. Wallahu a’lam

Mengaitkan Urusan dengan Tuhan

Setiap urusan yang tidak dikaitkan kepada Tuhan, berpotensi menjadi besar, rumit, dan berat. Karena itu, orang yang paling sengsara dalam hidup adalah orang yang tidak mengenal Tuhan. Semua yang dilakukannya tidak memiliki gantungan yang kokoh.

Tidak ada rezeki selain dari Tuhan. Sekecil apa pun itu, semuanya datang dari Tuhan. Manusia hanya sekadar perantara. Saat kita lapar, kemudian ada yang memberi kita makan. Maka yakinlah bahwa makanan itu datang dari Tuhan, orang itu hanya sekadar perantara. Benar ungkapan Imam Al Ghazali, "Dia (Allah) yang menciptakan rezeki dan menciptakan yang mencari rezeki, serta Dia pula yang mengantarnya kepada mereka serta menciptakan sebab-sebab sehingga mereka dapat menikmatinya".

Saudaraku, yang paling mahal dari pemberian adalah ingat kepada Tuhan. Contohnya saat mendapat uang. Yang terpenting bukan uangnya, namun bagaimana uang tersebut menjadikan kita ingat dan bersyukur kepada Tuhan. Saat kita dikaruniai rumah, maka yang terpenting bukan bagus dan megahnya rumah, namun bagaimana rumah itu bisa mendekatkan kita kepada Tuhan. Saat Rezeki terbesar kita bukan datangnya sesuatu, namun ingat Tuhan karena sesuatu itu.

Ali bin Abi Thalib berkata, "Jangan merasa adanya yang memberi nikmat kepadamu selain Allah. Dan anggaplah semua nikmat yang engkau terima dari selain Allah itu sebagai kerugian.''

Segala sesuatu yang kita alami, benar-benar ada dalam kekuasaan Tuhan. Semuanya terjadi karena izin Tuhan, entah yang baik maupun yang buruk. Andai kita bermaksiat, maka maksiat yang kita lakukan terjadi karena izin Tuhan. Karena itu, jangan mencari izin Tuhan. Yang harus kita cari adalah ridha Tuhan. Ridha Tuhan ini hakikatnya adalah izin yang bermanfaat bagi dunia dan akhirat kita. Demikian pula saat mencari rezeki. Semua yang kita dapatkan, halal maupun haram, datang kepada kita karena izin Tuhan. Rezeki yang kita dapatkan akan berkah dan membawa kebaikan bila dikaitkan dengan Tuhan sebagai Dzat Pemberi Rezeki.

Saudaraku, setiap urusan yang tidak dikaitkan kepada Tuhan, berpotensi menjadi besar, rumit, dan berat. Orang yang paling sengsara dalam hidup adalah orang yang tidak mengenalTuhan . Semua yang dilakukannya tidak memiliki gantungan yang kokoh.

Jadi, kita akan stres bila hati lebih bergantung kepada ikhtiar daripada kepada Tuhan. Saat berbisnis misalnya. Bila kita menggantungkan kesuksesan bisnis hanya pada strategi yang kita rancang, kita akan stres bahkan depresi ketika bisnis tersebut mengalami kegagalan. Saat kita mendambakan pendamping hidup, dan kita menggantungkan harapan pada ikhtiar semata, maka kita akan stres saat gagal menikah. Idealnya, ikhtiar seratus persen dan keyakinan pun seratus persen. Keyakinan, adalah pangkalan tempat berpijak. Hati harus yakin, sambil terus menyempurnakan ikhtiar. Wallahu a'lam.

Ketika Harus Memilih

seorang dosen mengadakan suatu permainan kecil kepada mahasiswanya yang sudah berumah tangga.
"Mari Kita buat satu permainan, mohon satu orang bantu saya sebentar."

Kemudian salah satu mahasiswa berjalan menuju Papan Tulis.

Dosen: ”Silahkan Tulis 10 nama yg paling dekat dengan anda pada papan Tulis !”
Dalam sekejap sudah dituliskan semuanya oleh mahasiswa tersebut. Ada nama tetangganya, nama orang tuanya, kekasihnya, anaknya dan lain-lain.

Dosen: ”Sekarang silahkan coret 2 nama yg menurut anda tidak penting !”
Mahasiswa itu lalu mencoret nama tetangganya.

Dosen: ”Silahkan Coret 2 lagi !”
Mahasiswa itu lalu mencoret nama teman-teman kantornya.

Dosen: ”Silahkan Coret 1 lagi !”
Mahasiswa Itu mencoret lagi satu nama dari papan tulis dan seterus sampai tersisa 3 nama yaitu orang tuanya, istrinya, dan anaknya.
Suasana kelas hening. Mereka mengira semua sudah selesai dan tidak ada lagi yg harus dipilih.

Tiba tiba Dosen Berkata : ”Silahkan Coret 1 lagi !”
Mahasiswa itu perlahan mengambil pilihan yg amat sulit lalu dia mencoret nama orang tuanya secara perlahan.

Dosen: ”Silahkan Coret 1 lagi !”
Hatinya menjadi bingung. Kemudian mengangkat kapur dan lambat laun mencoret nama anaknya. Dalam sekejap waktu mahasiswa itupun menangis

Setelah suasana tenang sang Dosen bertanya kepada Mahasiswa itu. "Orang terkasihmu bukan orang tuamu dan anakmu? Orang tua yang membesarkan Anda, anak anda adalah darah daging anda , sedang istri itu bisa di cari lagi. Tapi mengapa anda berbalik memilih istri anda sebagai orang yang paling sulit untuk dipisahkan ?”

Semua orang didalam kelas terpana dan menunggu apa jawaban dari Mahasiswa tersebut.

Lalu mahasiswa itu perlahan berkata, "Sesuai waktu yang berlalu, orang tua akan pergi dan meninggalkan saya, sedang anak jika sudah dewasa setelah itu menikah pasti meninggalkan saya juga, yang benar-benar bisa menemani saya dalam hidup ini hanyalah istri saya."

Sungguh merugilah suami-suami yang tidak menghargai isteri mereka.
Karena isteri adalah kekasihmu yang telah memberikan segalanya.
Dia telah memberikan anak, mengurus rumah, keuangan.
Menyiapkan makanan, baju dan menjadi penenang dikala susah .
Dan dia akan tetap setia menemani dan mengurusm sampai ajal menjemput,
walaupun yang lain telah pergi dengan urusannya.

Biarpun tak secantik bintang, tetapi dia adalah isterimu.
Dan dialah yang halal untukmu.
Sayangi dan syukuri…..
jangan pernah mengecewakannya,
seorang kekasih yang baik akan selalu bersama dalam suka dan duka

Jangan jadikan uang, kedudukan dan segala yang fana jadi titik point dari Cintamu..
karena akan sangat mudah sekali uang, kedudukan dan segala yang fana akan membutakan cintamu.

Maka dalam suatu pernikahan, cinta adalah cinta yang harus dipertanggungjawabkan..
kepada Tuhan dan kepada suami/istri dan kepada anak (jika ada).
Kamu nggak bisa pergi begitu saja dengan mengatakan "Aku tak mencintai kamu lagi."

Dalam sebuah Pernikahan

"ANDA" adalah dua menjadi satu
"ANDA" adalah suami/istri dan kamu sendiri.

Jangan turuti kemauan anda tapi turuti kemauan bersama.
Bagi anda yang mencintai, ubahlah makna cinta menjadi KASIH.

Kisah Ayah & Anak mengajarkan tentang Kesabaran

Di suatu sore, seorang anak datang kepada ayahnya yg sedang baca koran… “Ayah, ayah” kata sang anak…
“Ada apa?” tanya sang ayah…..

“aku capek, sangat capek … aku capek karena aku belajar mati matian untuk mendapat nilai bagus sedang temanku bisa dapat nilai bagus dengan menyontek…aku mau menyontek saja! aku capek. sangat capek…

aku capek karena aku harus terus membantu ibu membersihkan rumah, sedang temanku punya pembantu, aku ingin kita punya pembantu saja! … aku capel, sangat capek …

aku cape karena aku harus menabung, sedang temanku bisa terus jajan tanpa harus menabung…aku ingin jajan terus!

aku capek, sangat capek karena aku harus menjaga lisanku untuk tidak menyakiti, sedang temanku enak saja berbicara sampai aku sakit hati…

aku capek, sangat capek karena aku harus menjaga sikapku untuk menghormati teman teman ku, sedang teman temanku seenaknya saja bersikap kepada ku…

aku capek ayah, aku capek menahan diri…aku ingin seperti mereka…mereka terlihat senang, aku ingin bersikap seperti mereka ayah ! ..” sang anak mulai menangis…

Kemudian sang ayah hanya tersenyum dan mengelus kepala anaknya sambil berkata ” anakku ayo ikut ayah, ayah akan menunjukkan sesuatu kepadamu”, lalu sang ayah menarik tangan sang anak kemudian mereka menyusuri sebuah jalan yang sangat jelek, banyak duri, serangga, lumpur, dan ilalang… lalu sang anak pun mulai mengeluh ” ayah mau kemana kita?? aku tidak suka jalan ini, lihat sepatuku jadi kotor, kakiku luka karena tertusuk duri. badanku dikelilingi oleh serangga, berjalanpun susah krn ada banyak ilalang… aku benci jalan ini ayah” … sang ayah hanya diam.

Sampai akhirnya mereka sampai pada sebuah telaga yang sangat indah, airnya sangat segar, ada banyak kupu kupu, bunga bunga yang cantik, dan pepohonan yang rindang…


“Wwaaaah… tempat apa ini ayah? aku suka! aku suka tempat ini!” sang ayah hanya diam dan kemudian duduk di bawah pohon yang rindang beralaskan rerumputan hijau.

“Kemarilah anakku, ayo duduk di samping ayah” ujar sang ayah, lalu sang anak pun ikut duduk di samping ayahnya.
” Anakku, tahukah kau mengapa di sini begitu sepi? padahal tempat ini begitu indah…?”
” Tidak tahu ayah, memangnya kenapa?”
” Itu karena orang orang tidak mau menyusuri jalan yang jelek tadi, padahal mereka tau ada telaga di sini, tetapi mereka tidak bisa bersabar dalam menyusuri jalan itu”

” Ooh… berarti kita orang yang sabar ya yah? alhamdulillah”
” Nah, akhirnya kau mengerti”
” Mengerti apa? aku tidak mengerti”

” Anakku, butuh kesabaran dalam belajar, butuh kesabaran dalam bersikap baik, butuh kesabaran dalam kujujuran, butuh kesabaran dalam setiap kebaikan agar kita mendapat kemenangan, seperti jalan yang tadi… bukankah kau harus sabar saat ada duri melukai kakimu, kau harus sabar saat lumpur mengotori sepatumu, kau harus sabar melawati ilalang dan kau pun harus sabar saat dikelilingi serangga… dan akhirnya semuanya terbayar kan? ada telaga yang sangatt indah.. seandainya kau tidak sabar, apa yang kau dapat? kau tidak akan mendapat apa apa anakku, oleh karena itu bersabarlah anakku”

” Tapi ayah, tidak mudah untuk bersabar ”

” Aku tau, oleh karena itu ada ayah yang menggenggam tanganmu agar kau tetap kuat … begitu pula hidup, ada ayah dan ibu yang akan terus berada di sampingmu agar saat kau jatuh, kami bisa mengangkatmu, tapi… ingatlah anakku… ayah dan ibu tidak selamanya bisa mengangkatmu saat kau jatuh, suatu saat nanti, kau harus bisa berdiri sendiri… maka jangan pernah kau gantungkan hidupmu pada orang lain, jadilah dirimu sendiri… seorang pemuda muslim yang kuat, yang tetap tabah dan istiqomah karena ia tahu ada Allah di sampingnya… maka kau akan dapati dirimu tetap berjalan menyusuri kehidupan saat yang lain memutuskan untuk berhenti dan pulang… maka kau tau akhirnya kan?”

” Ya ayah, aku tau.. aku akan dapat surga yang indah yang lebih indah dari telaga ini … sekarang aku mengerti … terima kasih ayah , aku akan tegar saat yang lain terlempar ”
Sang ayah hanya tersenyum sambil menatap wajah anak kesayangannya.

Pelajaran Hikmah : ** Cara Terbaik Untuk Berbuat Baik **

Suatu ketika di sore hari, tampak seorang pemuda sedang bermain gitar di bawah pohon yang rindang, tidak jauh dari tepi sungai.

Ketika sedang asik melantunkan sebuh lagu tiba-tiba perhatiannya terarah saat mendengarkan gemercik air yang terdengar tidak beraturan.

Sang pemuda pun segera melihat ke arah tepi sungai dimana sumber suara tadi berasal.

Ternyata, di sana tampak seekor kepiting yang sedang berusaha keras mengerahkan seluruh kemampuannya untuk meraih tepian sungai sehingga tidak hanyut oleh arus sungai yang sangat deras.

Melihat hal itu, Si pemuda merasa kasihan. Karena itu, ia segera mengulurkan tangannya ke arah kepiting untuk membantunya.
Melihat tangan terjulur, dengan sigap kepiting menjepit jari si pemuda.

Meskipun jarinya terluka karena jepitan capit kepiting, tetapi hati Pemuda itu puas karena bisa menyelamatkan si kepiting
dari kejadian yang bisa membahayakan dirinya

Kemudian, dia pun melanjutkan kembali petikan gitarnya.
Belum lama dia melantunkan sebuah melodi terdengar lagi bunyi suara yang sama dari arah tepi sungai.

Ternyata kepiting tadi mengalami kejadian yang sama. Maka, si pemuda kembali mengulurkan tangannya dan membiarkan jarinya dicapit oleh kepiting demi membantunya.

Selesai membantu untuk kali kedua, ternyata kepiting terseret arus lagi.

Maka, si pemuda pun menolongnya kembali sehingga jari tangannya makin membengkak karena jepitan capit kepiting.

Ada seorang tua yang melihat kejadian itu kemudian Pak tua pun datang menghampiri dan menegur si pemuda, "Anak muda, perbuatanmu menolong adalah cerminan hatimu yang baik.
Tetapi, mengapa demi menolong seekor kepiting engkau membiarkan capit kepiting melukaimu hingga sobek seperti itu?"

"Paman, seekor kepiting memang menggunakan capitnya untuk memegang benda.
Dan saya sedang melatih mengembangkan rasa belas kasih.
Maka, saya tidak mempermasalahkan jari tangan ini terluka asalkan bisa menolong nyawa makhluk lain, walaupun itu hanya seekor kepiting," jawab si pemuda dengan kepuasan hati karena telah melatih sikap belas kasihnya dengan baik.

Mendengar jawaban si pertapa muda,Sambil tersenyum paktua itu memungut sebuah ranting.
Ia lantas mengulurkan ranting ke arah kepiting yang terlihat kembali melawan arus sungai.

Segera, si kepiting menangkap ranting itu dengan capitnya.

"Lihat Anak Muda. Melatih mengembangkan sikap belas kasih memang baik,tetapi harus pula disertai dengan kebijaksanaan." Kata orang tua tersebut


Maksudnya, Ada cara terbaik untuk berbuat baik karena jika cara kita salah, perbuatan baik pun
akan terlihat sangat menyakitkan.

Seketika itu, si pemuda tersadar.
"Terima kasih, Paman. Hari ini saya belajar sesuatu."

Mengembangkan cinta kasih harus disertai dengan kebijaksanaan.

"Di kemudian hari, saya akan selalu ingat kebijaksanaan yang Paman ajarkan."

Sahabat...
pergunakanlah sisa waktu untuk berbuat baik agar Tuhan selalu memberi kita yang terbaik.
Bila tujuan kamu benar-benar baik, yakni untuk menolong makhluk lain,
kamu tidak harus dengan cara mengorbankan diri sendiri.
Ranting pun bisa kamu manfaatkan, betul kan ?"

mari kita petik pelajaran berharga dari cerita singkat diatas

Mempunyai sifat belas kasih,
mau memerhatikan dan menolong orang lain adalah perbuatan mulia, entah perhatian itu

kita berikan kepada anak kita, orangtua, sanak saudara, teman, atau kepada siapa pun.
Tetapi, kalau cara kita salah, sering kali perhatian atau bantuan yang kita berikan bukannya memecahkan masalah, namun justru menjadi bumerang.

Kita yang tadinya tidak tahu apa-apa dan hanya sekadar berniat membantu, malah harus menanggung beban
dan kerugian yang tidak perlu.

Karena itu, adanya niat dan tindakan berbuat baik, seharusnya diberikan dengan cara yang tepat dan bijak.
Dengan begitu, bantuan itu nantinya tidak hanya akan berdampak positif bagi yang dibantu, tetapi sekaligus membahagiakan dan membawa kebaikan pula bagi kita yang membantu.

Kisah Kakak Beradik yang Saling Memberi

Sahabat...,
Kadang kita takjub dengan balasan yang diberikan oleh seseorang kepada kita untuk sebuah perbuatan yang menurut kita pada saat melakukannya adalah “biasa-biasa saja”. Namun balasan (yang sebenarnya kita tidak mengharapkannya) yang diberikan dahsyatnya luar biasa…apalagi ketika melakukannya dengan penuh keikhlasan, penuh cinta dan kasih…

Berikut ada sebuah cerita yang diambil dan ditulis ulang dari sebuah ebook kumpulan motivasi…semoga bermanfaat dan dapat menambah kecintaan kita pada saudara-saudara kita…menambah semangat untuk terus memberi dan terus berbagi…dan semoga bisa melembutkan hati…

Berikut ceritanya :

Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil. Hari demi hari , orang tuaku membajak tanah kering kuning, dan punggung mereka menghadap ke langit. Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun lebih muda dariku. Yang mencintaiku lebih dari aku mencintainya.

Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang mana semua gadis di sekelilingku kelihatan membawanya, aku mencuri lima puluh sen dari laci ayahku. Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat adikku dan aku berlutut di depan tembok, dengan sebuah tongkat bambu ditangannya.

“Siapa yang mencuri uang ayah?!!!” Beliau bertanya. Aku terpaku terlalu takut untuk berbicara. Ayah tidak mendengar siapapun mengaku.
Beliau mengatakan lagi “ Baiklah kalau begitu kalian berdua layak dipukul”

Dia mengangkat tongkat bambu itu tinggi-tinggi. Tiba-tiba, adiku mencengkeram tangannya dan berkata, "Ayah, aku yang melakukannya!”

Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi. Ayah begitu marahnya sehingga ia terus menerus mencambukinya sampai beliau kehabisan nafas. Sesudah itu beliau duduk di ranjang dan memarahi kami. ”Kamu sudah belajar mencuri dari rumah, hal memalukan apalagi yang akan kamu lakukan di masa mendatang ? kamu layak dipukul, kamu pencuri tidak tahu malu.”

Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku, tubuhnya luka, tetapi ia tidak menitikan airmata setetespun. Di pertengahan malam itu, saya tiba-tiba menangis meraung-raung.. Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata,  
”Kak, jangan menangis lagi sekarang, semuanya sudah terjadi.”

Aku masih terus membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanian untuk maju mengaku. Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut masih kelihatan baru seperti kemarin. Aku tidak pernah lupa tampang adikku ketika melindungiku. Waktu itu, adiku berusia 8 tahun. Aku berusia 11 tahun.

Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk masuk SMA di pusat kabupaten. Pada saat yang sama, saya diterima untuk masuk sebuah universitas propinsi. Malam itu, ayah berjongkok di halaman, menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus. Saya mendengar dia berkata lirih, ” Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu baik, hasil yang begitu baik”.
Ibu mengusap airmatanya yang mengalir dan menghela nafas, ” Apa gunanya..? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus..?”

Saat itu juga adikku berjalan ke hadapan ayah dan berkata, ”Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, aku telah cukup membaca banyak buku”

Ayah marah besar dan berkata : ” Mengapa kamu mempunyai jiwa yang begitu lemah!!! Bahkan kalau aku harus mengemis di jalanan akan aku lakukan, kamu berdua harus sekolah sampai selesai.”

Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit makanan. Dia menyelinap di samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas bantalku: ”Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimmu uang.”

Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku dan menangis dengan air mata bercucuran sampai suaraku hilang. Tahun itu adiku berusia 17 tahun dan aku 20 tahun. Dengan uang yang ayahku pinjam dan uang dari adiku hasilkan dari mengangkut semen pada lokasi konstruksi, akhirnya aku sampai akhir tahun ketiga kuliah.

Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika teman sekamarku masuk memberitahukan, ” Ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar sana..!”

Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku? aku berjalan keluar, dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor. Aku menanyakannya,”Mengapa kamu tidak bilang pada temanku kamu adalah adikku..?”

Dia tersenyum dan menjawab, ”Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang akan mereka pikir jika mereka tahu aku adalah adikmu..? Apa mereka tidak akan mentertawakanmu..?”

Aku merasa terenyuh dan airmata memenuhi mataku. Aku menyapu debu-debu dari badan adikku dan sambil tersekat aku berkata ”Aku tidak peduli omongan siapapun! Kamu adalah adikku apapun juga Kamu adalah adikku bagaimanapun penampilanmu...”

Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu. Ia memakaikannya kepadaku dan terus menjelaskan, ”Saya melihat semua gadis kota memakainya. Jadi saya pikir kakak harus memilikinya...”

Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Menariknya ke dalam pelukanku dan menangis....Tahun itu ia berusia 20 dan aku 23.

Pertama kali aku membawa teman-teman kuliahku ke rumahku, kaca jendela yang pecah telah diganti dan semuanya kelihatan bersih.Setelah teman-temanku pulang, aku menari seperti gadis kecil di depan ibuku. ”Bu, ibu tidak perlu menghabiskan banyak waktu untuk membersihkan rumah kita".

Tetapi katanya sambil tersenyum ”Itu adalah pekerjaan adikmu, dia pulang lebih awal untuk membersihkan rumah ini. Tidakkkah kamu melihat luka ditangannya..? Ia terluka ketika memasang kaca jendela baru itu."

Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat mukanya yang kurus , seratus jarum terasa menusuk hatiku. Aku mengoleskan sedikit salep pada lukanya dan membalut lukanya. ”Apakah sakit?"

”Tidak kok Kak...Aku biasa kena batu-batu kak.”  Ditengah kalimatnya aku membalikan punggungku karena air mata mulai menggenang dimataku....Tahun itu adikku 23 tahun dan aku berusia 26 tahun.

Ketika aku menikah, aku tinggal di kota. Aku berkali-kali mengundang orangtuaku datang dan tinggal dirumahku, tetapi mereka tidak pernah mau. Mereka sudah merasa dibesarkan di dusun dan tidak tahu harus berbuat apa kalau seandainya keluar dari dusun. Adikku juga mengatakan ”Kak jagalah mertuamu saja, saya yang akan menjaga ibu dan ayah disini..”
Suamiku menjadi direktur pabrik. Kami menginginkan adiku kerja di pabrik, akan tetapi adiku tak pernah mau, dia ingin tetap menjaga ayah ibu.

Suatu hari adiku jatuh dari sebuah tangga untuk memperbaiki kabel, ketika dia terkena sengatan listrik dan dia masuk ke rumah sakit. Aku dan suamiku menjenguknya, dan melihat gips putih dikakinya. Aku berkata ”Mengapa kamu menolak kerja menjadi manajer pabrik di tempat kakakmu. Coba kalau kau terima, tentu kamu tidak akan mengalami seperti ini.”

Dengan tanpang serius dia menjawab ”Kak, pikirkan nama baik kakak ipar kak. Ia baru saja menjadi Direktur, sedangkan saya tidak berpendidikan, nanti apa kata orang kalau saya menjadi manajer ..? Kasihan kakak ipar."

Mata suamiku dipenuhi airmata, dan kemudian aku berkata ” Tapi kamu kurang berpendidikan itu juga karena aku, kakakmu."

"Mengapa kakak membicarakan masa lalu..?” Adikku menggenggam tanganku. Tahun itu ia berusia 26 tahun dan aku 29 tahun

Adikku kemudian menikahi seorang gadis pada usia 30 tahun. Dalam acara itu pembawa acara perayaan bertanya kepadanya, ”Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi..?”  Tanpa berpikir panjang adikku menjawab ”Kakakku."

Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan tidak dapat kuingat lagi.
” Ketika kami sekolah SD. Saya dan kakakku sekolah SD di tempat yang cukup jauh dari tempat tinggal kami, di sebuah dusun yang berbeda. Setiap hari aku dan kakakku berjalan selama kurang lebih dua jam untuk pergi dan pulang ke sekolah. Suatu hari aku kehilangan satu sarung tanganku. Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya. Ia hanya memakai sebuah sarung tangan di tangannya, padahal kami berjalan sangat jauh dan cuaca sedang musim sangat dingin. Ketika kami tiba dirumah, tangan kakakku begitu gemetaran, sehingga ketika makan dia tidak bisa memegang sendoknya.......
Sejak hari itu aku bersumpah, selama saya masih hidup aku akan menjaga kakakku dan aku akan selalu baik kepadanya."

Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku. Kemudian kata-kata begitu susah keluar dari bibirku, ”Dalam hidupku..orang yang paling berjasa padaku adalah adikku..orang yang paling aku berterima kasih adalah adikku."

Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia itu..di depan kerumunan perayaan itu..air mata bercucuran turun dari wajahku seperti sungai....

Sahabat hikmah yang tercinta....
Teruslah mencintai dan mengasihi.......

Nabi saw bersabda:
Teruslah berbagi, sekecil apapun bentuknya.......

Rasulullah saw bersabda, " Khoirunnaasi anfa'uhum linnaas”  "Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya."  (HR Daruquthni).

Kisah Pengemis Buta

Berpikirlah dari sudut pandang yang berbeda..

Seorang anak buta duduk bersila di sebuah tangga pintu masuk pada sebuah supermarket.
Yup.. benar.., dia adalah pengemis yang mengharapkan belas kasihan dari para pengunjung yang berlalu lalang di depannya. Sebuah kaleng bekas berdiri tegak di depan anak itu dengan hanya beberapa keping uang receh di dalamnya, sedangkan kedua tangannya memegang sebuah papan yang bertuliskan “Saya buta, kasihanilah saya.”

Ada Seorang pria yang kebetulan lewat di depan anak kecil itu.
Ia merogoh sakunya, mengeluarkan beberapa keping uang receh, lalu memasukkannya ke dalam kaleng anak itu. Sejenak, pria itu memandang dan memperhatikan tulisan yang terpampang pada papan. Seperti sedang memikirkan sesuatu, dahinya mulai bergerak-gerak.

Lalu pria itu meminta papan yang dibawa anak itu, membaliknya, dan menuliskan beberapa kata di atasnya. Sambil tersenyum, pria itu kemudian mengembalikan papan tersebut, lalu pergi meninggalkannya. Sepeninggal pria itu, uang recehan pengunjung supermarket mulai mengalir lebih deras ke dalam kaleng anak itu. Kurang dari satu jam, kaleng anak itu sudah hampir penuh. Sebuah rejeki yang luar biasa bagi anak itu.

Beberapa waktu kemudian pria itu kembali menemui si anak lalu menyapanya. Si anak berterima kasih kepada pria itu,
lalu menanyakan apa yang ditulis sang pria di papan miliknya.

Pria itu menjawab, “Saya menulis, ‘Hari yang sangat indah, 
tetapi saya tidak bisa melihatnya.’ Saya hanya ingin mengutarakan 
betapa beruntungnya orang masih bisa melihat. Saya tidak ingin pengunjung memberikan uangnya hanya sekedar kasihan sama kamu. Saya ingin mereka memberi atas dasar terima kasih karena telah diingatkan untuk selalu bersyukur.”

Pria itu melanjutkan kata-katanya,
“Selain untuk menambah penghasilanmu, Saya ingin memberi pemahaman 
bahwa ketika hidup memberimu 100 alasan untuk menangis,
tunjukkanlah bahwa masih ada 1000 alasan untuk tersenyum.”

Sahabat...
Ketika Tuhan memberi kita anungrah kesehatan
ucapkanlah puja dan puji syukur kepada Tuhan
Mari kita pergunakan hidup kita untuk hal2 yg bermanfaat dan berusaha semaksimal mungkin untuk menggapai cita-cita

Kisah Hikmah tentang Perlombaan Anak Kecil

Suatu hari ada seorang anak yang sedang mengikuti sebuah lomba mobil balap mainan. Hari itu suasana sungguh
meriah karena itu adalah babak final dan hanya 5 orang  yang masih bertahan, termasuk Rossi . Sebelum pertandingan
dimulai Rossi menundukkan kepala, melipat tangan dan berkomat kamit memanjatkan doa.
Setelah Pertandingan dimulai, ternyata mobil balap Rossi yang pertama kali mencapai garis finish. Tentu Rossi girang sekali menjadi juara.

Saat pembagian hadiah, ketua panitia bertanya, “Hai jagoan, kamu pasti tadi berdoa kepada Tuhan agar kamu menang bukan?”

Rossi menjawab, “Bukan pak, rasanya tidak adil meminta pada Tuhan untuk menolong mengalahkan orang lain. Aku hanya minta pada Tuhan, supaya aku tidak menangis kalau aku kalah. dan tetap tersenyum :) ”

Semua hadirin terdiam mendengar itu.
Setelah beberapa saat, terdengarlah gemuruh tepuk tangan yang memenuhi ruangan. Permohonan Rossi ini merupakan do'a yang luar biasa. Dia tidak meminta Tuhan mengabulkan semua harapannya, namun ia berdoa agar diberikan kekuatan untuk menghadapi apapun yang terjadi dengan batin yang teguh.

Seringkali kita berdoa pada Tuhan untuk mengabulkan setiap permintaan kita. Kita ingin Tuhan menjadikan kita nomor satu, menjadikan yang terbaik dalam setiap kesempatan. Kita meminta agar Tuhan menghalau setiap halangan dan cobaan yang ada di depan mata. Tidak salah memang, namun bukankah semestinya yang kita butuhkan adalah bimbingan-Nya dan rencana-Nya yang paling sempurna dalam hidup kita?

Seharusnya kita berdoa minta kekuatan untuk bisa menerima kehendak Tuhan yang sempurna sebagai yang terbaik dalam hidup kita., Karena pada hakikatnya Tuhan Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji Kita, Dan mengetahui siapa di antara kita yang lebih baik amalnya.

**
Tidak semua yang kita inginkan tercapai.
Seperti itulah hidup,
Ada yang bisa kita miliki.
Ada juga yang hanya bisa kita lihat dan tinggal pergi.
Semua pasti ada hikmahnya...

Jika kamu mempunyai cita-cita, maka Kejarlah jangan pernah menyerah dan berdo'a kamu kepada Tuhan agar cita2mu dapat sejalan dengan rencananya.

namun, jika harapanmu tidak tercapai janganlah berkecil hati, dan putus asa karena Allah pasti akan menggantinya dengan suatu hal yang paling indah.

Keep the smile, leave the tear OK!!! :)    **

Enam Hal yang Dirahasiakan ALLAH

Allah  Swt meletakkan dengan rahasia enam hal pada enam perkara, yaitu:

1. Allah  Swt merahasiakan ridha-Nya diantara ketaatan hamba.
Di antara semua ketaatan yang hamba lakukan, Dia letakkan ridha-Nya pada hamba tersebut secara rahasia agar setiap hamba bersungguh-sungguh menjalankan ketaatan. Maka, tidak sepantasnya engkau remehkan mengerjakan ketaatan yang (tampak) kecil, siapa tahu disitu Allah  Swt letakkan ridha-Nya padamu). Sayidina Umar R.a adalah Mukmin yang dahsyat menjalani ketaatan kepada Allah  Swt. Beliau adalah Sahabat Nabi Saw. Kokoh dalam iman. Hidup zuhud. Dipilih kemudian menjadi khalifah, beliau memimpin dengan ‘adil. Berkata dengan benar, bahkan Nabi Saw bersabda (menjamin) setiap ucapan Umar R.a pasti benar. Sangat cerdas. 
Nabi Saw bersabda bahwa Umar dikaruniai Allah  Swt bisa tahu ayat (tertentu) Qur’an bakal turun. Setelah wafat, beliau hadir dalam mimpi para Sahabat dan mengabarkan betapa Allah  Swt meridhainya karena pernah membelas-kasihi seekor burung pipit yang lemah.

Imam Ghazali adalah ulama besar penghidup ilmu agama dan Hujjatul Islam. Baliau sangat kuat mengerjakan ketaatan kepada Allah  Swt. Beliau (berkat dikaruniai Allah  Swt mampu “melipat waktu”) dalam sehari menunaikan ribuan shalat sunah dan mengkhatamkan Qur’an ditambah kesibukan menulis kitab. Diriwayatkan, setelah Imam Ghazali wafat, Allah  Swt ridha kepada beliau lantaran amal kebajikan menahankan diri mencelupkan pena ke dalam tinta hingga seekor lalat bisa berkecukupan mereguk tinta yang beliau pakai menulis kitab.

Demikianlah bila Allah  Swt meridhai seorang hamba. Allah  Swt letakkan secara rahasia di antara sekian ketaatan-ketaatan yang hamba itu kerjakan hingga ketaatan yang (tampak) kecil. Ribuan ketaatan telah dikerjakan Sayidina Umar R.a atau Imam Ghazali, namun Allah  Swt justru mengaruniai ridha-Nya atas ketaatan yang (tampak) remeh hamba.

Ketaatan kecil laksana pemantik api. Ketaatan yang besar-besar bagai bensin. Pemantik api menyalakan bensin hingga mesin pun bergerak. Bila tak ada bensin, pemantik bakal sia-sia saja memercikkan api karena tak beroleh apa pun. Sebaliknya, bila bensin tersedia banyak namun pemantiknya tidak ada maka bensin yang banyak tadi tidak akan menyala menggerakkan mesin.

Ketaatan yang besar dan ketaatan yang kecil/remeh, keduanya sekaligus mesti dikerjakan. Andai Sayidina Umar R.a atau Imam Ghazali tidak (meski mustahil) mengerjakan ketaatan-ketaatan yang besar-besar kepada Allah  Swt niscaya Dia tidak akan menganugerahkan ridha-Nya (dengan ridha yang Dia letakkan atas ketaatan yang kecil).

Ridha kepada hamba Dia letakkan atas ketaatan tertentu diantara ketaatan-ketaatan (besar atau kecil) yang hamba itu kerjakan. Ridha Allah  Swt juga diberikan berbeda antara hamba satu dengan hamba yang lain. Ketahuilah, surga memiliki banyak pintu masuk (ada pintu shalat, zakat, puasa, haji, berbelas kasih, jihad, mengaji ilmu agama, jujur dan ribuan pintu lainnya). Setiap pintu masuk surga tersebut diperuntukkan bagi rombongan hamba menurut ketaatan masing-masing yang diridhaiAllah  Swt .

2. Allah menyembunyikan murka-Nya dalam kemaksiatan seorang hamba-Nya.
Tujuannya adalah agar hamba-hamba-Nya selalu berupaya dengan seluruh daya dan upaya meninggalkan kemaksiatan dan takut terjerumus ke dalam lembah kemaksiatan itu. Meskipun kemaksiatan itu hanyalah kemaksiatan yang sangat kecil, karena bisa saja dengan kemaksiatan yang sangat kecil itu justru terdapat murka Allah  Swt. Memang dalam beberapa kasus Allah  Swt menampakkan kemurkaan-Nya, seperti orang yang sedang mabuk tiba-tiba tersambar petir padahal tidak ada hujan dan cuaca yang cerah. Atau ketika sedang bermesraan dengan bukan pasangan yang dihalalkan tiba-tiba meninggal dunia. Namun, kasus-kasus seperti itu hanyalah sebagian kecil saja dan mayoritas kemurkaan Allah  Swt dirahasiakan oleh Allah  Swt.

3. Allah Swt menyembunyikan kapan Malam Lailatul Qadar muncul di bulan Ramadhan.
Dengan merahasiakan datangnya Malam Lailatu Qadar ini diharapkan dapat memberikan semangat kepada orang-orang yang beriman untuk selalu menghidupkan bulan Ramadhan baik siang maupun malam selama satu bulan penuh, agar dapat melahirkan ketakwaan dalam diri sesuai dengan tujuan pelaksanaan puasa Ramadhan (QS. Al-Baqarah [2]: 183). Kerahasiaan Malam Lailatul Qadar ini memang cukup beralasan, karena nilainya lebih baik dari 1000 bulan atau setara dengan 83 tahun 4 bulan (QS. Al-Qadr [97]: 1-5).

4. Allah Swt menyembunyikan keberadaan para wali di antara manusia.
Agar setiap orang selalu menghormati orang lain dan tidak mudah meremehkan orang lain karena status sosial yang disandangnya. Siapa tahu, orang yang diremehkan itu adalah wali Allah  Swt.

5. Allah Swt menyembunyikan kapan datangnya kematian kepada seseorang.
Sebenarnya ini merupakan sebuah cara agar manusia selalu mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian dengan selalu taat beribadah kepada Allah Swt dan melaksanakan sunnah Rasulullah Saw. Namun, masih banyak yang melupakan persiapan menyambut kedatangan maut yang pasti akan menjemput. Buktinya, masih banyak yang bermaksiat kepada Allah  Swt dan tidak mengikuti sunnah Rasulullah Saw. Korupsi merajalela, perselingkuhan, perzinahan, mabuk-mabukkan, mencuri, meninggalkan shalat lima waktu, tidak mengeluarkan zakat, tidak mau berpuasa Ramadhan dan kemaksiatan lainnya yang dapat dengan jelas kita lihat dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan kita. Mudah-mudahan kita termasuk golongan yang mempersiapkan kedatangan kematian itu.

6. perkara yang dirahasiakan oleh Allah Swt yang keenam adalah ash-shalatul wustha (shalat yang paling utama) dalam shalat lima waktu.
Supaya setiap orang muslim senantiasa memelihara shalat lima waktunya dengan baik.

Pada intinya semua perkara yang dirahasiakan oleh Allah Swt bertujuan agar hamba-Nya selalu berupaya untuk beribadah kepada Allah  Swt, melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya tanpa terkecuali. Dan tentunya disempurnakan dengan mengikuti dan melaksanakan sunnah Rasulullah Saw. Mudah-mudahan dapat menambah keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah Swt. 

Amiiin ya Rabbal ‘Alamiin.

Rahasia di Balik Sakit

Hidup ini tidak lepas dari cobaan dan ujian, bahkan cobaan dan ujian merupakan sunatullah dalam kehidupan. Manusia akan diuji dalam kehidupannya baik dengan perkara yang tidak disukainya atau bisa pula pada perkara yang menyenangkannya. Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan mengujimu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan.” (QS. al-Anbiyaa’: 35). Sahabat Ibnu ‘Abbas -yang diberi keluasan ilmu dalam tafsir al-Qur’an- menafsirkan ayat ini:“Kami akan menguji kalian dengan kesulitan dan kesenangan, kesehatan dan penyakit, kekayaan dan kefakiran, halal dan haram, ketaatan dan kemaksiatan, petunjuk dan kesesatan.” (Tafsir Ibnu Jarir). Dari ayat ini, kita tahu bahwa berbagai macam penyakit juga merupakan bagian dari cobaan Allah yang diberikan kepada hamba-Nya. Namun di balik cobaan ini, terdapat berbagai rahasia/hikmah yang tidak dapat di nalar oleh akal manusia.

Sakit menjadi kebaikan bagi seorang muslim jika dia bersabar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Sungguh menakjubkan perkara seorang mukmin, sesungguhnya semua urusannya merupakan kebaikan, dan hal ini tidak terjadi kecuali bagi orang mukmin. Jika dia mendapat kegembiraan, maka dia bersyukur dan itu merupakan kebaikan baginya, dan jika mendapat kesusahan, maka dia bersabar dan ini merupakan kebaikan baginya. (HR. Muslim)

Sakit akan menghapuskan dosa
Ketahuilah wahai saudaraku, penyakit merupakan sebab pengampunan atas kesalahan-kesalahan yang pernah engkau lakukan dengan hati, pendengaran, penglihatan, lisan dan dengan seluruh anggota tubuhmu. Terkadang penyakit itu juga merupakan hukuman dari dosa yang pernah dilakukan. Sebagaimana firman Allah ta’ala, “Dan apa saja musibah yang menimpamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. asy-Syuura: 30). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Tidaklah menimpa seorang mukmin rasa sakit yang terus menerus, kepayahan, penyakit, dan juga kesedihan, bahkan sampai kesusahan yang menyusahkannya, melainkan akan dihapuskan dengannya dosa-dosanya. (HR. Muslim)

Sakit akan Membawa Keselamatan dari api neraka
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya,” Janganlah kamu mencaci maki penyakit demam, karena sesungguhnya (dengan penyakit itu) Allah akan mengahapuskan dosa-dosa anak Adam sebagaimana tungku api menghilangkan kotoran-kotoran besi. (HR. Muslim)

Oleh karena itu, tidak boleh bagi seorang mukmin mencaci maki penyakit yang dideritanya, menggerutu, apalagi sampai berburuk sangka pada Allah dengan musibah sakit yang dideritanya. Bergembiralah wahai saudaraku, sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Sakit demam itu menjauhkan setiap orang mukmin dari api Neraka.” (HR. Al Bazzar, shohih)

Sakit akan mengingatkan hamba atas kelalaiannya
Wahai saudaraku, sesungguhnya di balik penyakit dan musibah akan mengembalikan seorang hamba yang tadinya jauh dari mengingat Allah agar kembali kepada-Nya. Biasanya seseorang yang dalam keadaan sehat wal ‘afiat suka tenggelam dalam perbuatan maksiat dan mengikuti hawa nafsunya, dia sibuk dengan urusan dunia dan melalaikan Rabb-nya. Oleh karena itu, jika Allah mencobanya dengan suatu penyakit atau musibah, dia baru merasakan kelemahan, kehinaan, dan ketidakmampuan di hadapan Rabb-Nya. Dia menjadi ingat atas kelalaiannya selama ini, sehingga ia kembali pada Allah dengan penyesalan dan kepasrahan diri. Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (para rasul) kepada umat-umat sebelummu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri." (QS. al-An’am: 42) yaitu supaya mereka mau tunduk kepada-Ku, memurnikan ibadah kepada-Ku, dan hanya mencintai-Ku, bukan mencintai selain-Ku, dengan cara taat dan pasrah kepada-Ku. (Tafsir Ibnu Jarir)

Terdapat hikmah yang banyak di balik berbagai musibah
Wahai saudaraku, ketahuilah di balik cobaan berupa penyakit dan berbagai kesulitan lainnya, sesungguhnya di balik itu semua terdapat hikmah yang sangat banyak. Maka perhatikanlah saudaraku nasehat Ibnul Qoyyim rahimahullah berikut ini: “Andaikata kita bisa menggali hikmah Allah yang terkandung dalam ciptaan dan urusan-Nya, maka tidak kurang dari ribuan hikmah (yang dapat kita gali, -ed). Namun akal kita sangatlah terbatas, pengetahuan kita terlalu sedikit dan ilmu semua makhluk akan sia-sia jika dibandingkan dengan ilmu Allah, sebagaimana sinar lampu yang sia-sia di bawah sinar matahari.” (Lihat Do’a dan Wirid, Yazid bin Abdul Qodir Jawas)

Ingatlah saudaraku, cobaan dan penyakit merupakan tanda kecintaan Allah kepada hamba-Nya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah ta’ala jika mencintai suatu kaum, maka Dia akan memberi mereka cobaan.” (HR. Tirmidzi, shohih). Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami keyakinan dan kesabaran yang akan meringankan segala musibah dunia ini.

Amin.
***