Minggu, 04 Desember 2011

Kisah Inspiratif Sepasang Suami Isteri Yang Memasuki Usia Senja

Disebuah rumah sederhana yang asri tinggal sepasang suami isteri yang sudah memasuki usia senja. Pasangan ini dikaruniai dua orang anak yang telah dewasa dan memiliki kehidupan sendiri yang mapan. Sang suami merupakan seorang pensiunan sedangkan isterinya seorang ibu rumah tangga. Suami isteri ini lebih memilih untuk tetap tinggal dirumah mereka menolak ketika putra-putri mereka menawarkan untuk ikut pindah bersama mereka. Jadilah mereka, sepasang suami isteri yang hampir renta itu menghabiskan waktu mereka yang tersisa dirumah yang telah menjadi saksi berjuta peristiwa dalam keluarga itu.

Suatu senja ba’da Isya disebuah mesjid tak jauh dari rumah mereka, sang isteri tidak menemukan sandal yang tadi dikenakannya waktu ke masjid tadi. Saat sibuk mencari, suaminya datang menghampiri
“Kenapa Bu...?”
Isterinya menoleh sambil menjawab “Sandal Ibu tidak ketemu Pa”.
“Ya udah pakai ini saja”   kata suaminya sambil menyodorkan sandal yang dipakainya. walau agak ragu sang isteri tetap memakai sandal itu dengan berat hati. Menuruti perkataan suaminya adalah kebiasaannya. Jarang sekali ia membantah apa yang dikatakan oleh sang suami. Mengerti kegundahan isterinya, sang suami lalu mengeratkan genggaman pada tangan isterinya.

“Bagaimanapun usahaku untuk berterima kasih pada kaki isteriku yang telah menopang hidupku selama puluhan tahun itu, takkan pernah setimpal terhadap apa yang telah dilakukannya.
Kaki yang selalu berlari kecil membukakan pintu untuk- ku saat aku pulang,
Kaki yang telah mengantar anak-anakku ke sekolah tanpa kenal lelah,
serta kaki yang menyusuri berbagai tempat mencari berbagai kebutuhanku dan anak-anakku”.
Sang isteri memandang suaminya sambil tersenyum dengan tulus dan mereka pun mengarahkan langkahnya menuju rumah tempat bahagia bersama….

Karena usia yang telah lanjut dan penyakit diabetes yang dideritanya, sang isteri mulai mengalami gangguan penglihatan. Saat ia kesulitan merapikan kukunya, sang suami dengan lembut mengambil gunting kuku dari tangan isterinya. Jari-jari yang mulai keriput itu dalam genggamannya mulai dirapikan dan setelah selesai sang suami mencium jari-jari itu dengan lembut dan bergumam
“Terima kasih ya, Bu ”.

“Tidak, Ibu yang terima kasih sama Bapak, telah membantu memotong kuku Ibu”  tukas sang isteri tersipu malu.

“Terima kasih untuk semua pekerjaan luar biasa yang belum tentu sanggup bapak lakukan.
Bapak takjub betapa luar biasanya Ibu.
Bapak tahu semua takkan terbalas sampai kapan pun”  kata suaminya tulus.
Dua titik bening menggantung disudut mata sang isteri

“Bapak kok bicara begitu..?
Ibu senang atas semuanya Pa,
Apa yang telah kita lalui bersama adalah luar biasa.
Ibu selalu bersyukur atas semua yang dilimpahkan pada keluarga kita, baik ataupun buruk.
Semuanya dapat kita hadapi bersama." Jawab Sang Isteri

Hari Jum’at yang cerah setelah beberapa hari hujan. Siang itu sang suami bersiap hendak menunaikan ibadah Shalat Jum’at, Setelah berpamitan pada sang isteri, ia menoleh sekali lagi pada sang isteri menatap tepat pada matanya sebelum akhirnya melangkah pergi.Tak ada tanda yang tak biasa di mata dan perasaan sang isteri hingga saat beberapa orang mengetuk pintu membawa kabar yang tak pernah diduganya.
Ternyata siang itu sang suami tercinta telah menyelesaikan perjalanannya di dunia. Ia telah pulang menghadap sang penciptanya ketika sedang menjalankan ibadah Shalat Jum’at, tepatnya saat duduk membaca Tahiyat terakhir. Masih dalam posisi duduk sempurna dengan telunjuk kearah Kiblat, ia menghadap Yang Maha Kuasa.
“Subhanallah sungguh akhir perjalanan yang indah” gumam para jama’ah setelah menyadari kalau dia telah tiada.
Sang isteri terbayang tatapan terakhir suaminya saat mau berangkat ke masjid. Terselip tanya dalam hatinya, mungkinkah itu sebagai tanda perpisahan pengganti ucapan selamat tinggal. Ataukah suaminya khawatir meninggalkannya sendiri didunia ini. Ada gundah menggelayut dihati sang isteri.

Walau masih ada anak-anak yang akan mengurusnya, Tapi kehilangan suami yang telah didampinginya selama puluhan tahun cukup membuatnya terguncang. Namun ia tidak mengurangi sedikitpun keikhlasan dihatinya yang bisa menghambat perjalanan sang suami menghadap Sang Khalik. Dalam do’a dia selalu memohon kekuatan agar dapat bertahan dan juga memohon agar suaminya ditempatkan pada tempat yang layak.
Tak lama setelah kepergian suaminya, sang isteri bermimpi bertemu dengan suaminya. Dengan wajah yang cerah sang suami menghampiri isterinya dan menyisir rambut sang isteri dengan lembut.
“Apa yang Bapak lakukan..?"   tanya isterinya senang bercampur bingung.

“Ibu harus kelihatan cantik, kita akan melakukan perjalanan panjang.
Bapak tidak bisa tanpa Ibu, bahkan setelah kehidupan didunia berakhir, Bapak selalu butuh Ibu.
Saat disuruh memilih pendamping Bapak bingung, kemudian bilang pendampingnya tertinggal, Lantas Bapak pun mohon izin untuk menjemput Ibu.”  Jawab sang Suami

Isterinya menangis sebelum akhirnya berkata
“Ibu ikhlas Bapak pergi, tapi Ibu juga tidak bisa bohong kalau Ibu takut sekali tinggal sendiri..
Kalau ada kesempatan mendampingi Bapak sekali lagi dan untuk selamanya tentu saja tidak akan Ibu sia-siakan."
Sang isteri mengakhiri tangisannya dan menggantinya dengan senyuman. Senyuman indah dalam tidur panjang selamanya….....

Semoga Bermanfaat...

Duhai Bunda, Tersenyumlah

Seorang dosen memberi tugas yang unik kepada para mahasiswanya. “Coba kalian tulis dua sampai tiga orang yang menurut kalian paling layak masuk surga.  Terserah kalian mau pilih siapa, yang jelas kalian harus menyertakan alasannya mengapa memilih orang tersebut.
Minggu depan tugasnya sudah harus dikumpulkan. Ya”! perintah pak dosen.

Seminggu telah berlalu . Ada banyak orang yang disebutkan mahasiswa tadi,
ada yang memilih tokoh agama, ada yang memilih guru ngajinya, banyak yang memilih orang tuanya.
Semuanya memiliki alasan sendiri. Umumnya orang-orang yang terpilih memiliki sifat dan karakteristik yang dianggap baik.
Pak dosen hanya tersenyum tatkala memeriksa serta membaca tulisan dari para mahasiswanya tersebut.
Bahkan, salah seorang diantara mereka mencantumkan namanya sendiri sebagai salah seorang yang pantas masuk surga. Sampai akhirnya dia membaca sebuah tulisan. Mendadak mimik mukanya berubah.

Berikut petikannya....
BUNDA!.
Menurutku beliaulah yang paling layak masuk surga.
Mengapa bundaku, bukan yang lain?
Aku sadar. Bunda bukanlah orang yang ideal, beliau bukan seorang yang ahli agama,
beliau pun bukan seorang yang bagus perangainya.

Entahlah , aku tidak tahu apakah Bunda bahagia melahirkanku atau tidak.
Sebab, sampai aku sebesar ini, bunda belum sekalipun tersenyum manis kepadaku.
Yang ada hanya marah dan marah, yang ada hanya wajah kecut dan masam.
Apa pun yang aku lakukan selalu diomelinya, selalu dikomentarinya, selalu salah dalam pandangannya.
Entah apa yang ada dalam pandangan beliau.

Aku tak tahu sudah berapa kali bunda marah, sampai akupun menjadi kebal dengan kemarahannya.
Walaupun begitu, terkadang hatiku menangis, dalam hati selalu bertanya MENGAPA BUNDA BEGITU?

Mengapa Bunda tidak seperti ibu teman-temanku yang begitu ramah, sehingga anaknya bisa bermanja-manja.
Aku pun kasihan sama Bunda, betapa tidak enaknya hidup dalam kemarahan seperti itu.
Namun aku sadar, tiada guna mengeluh, hanya menambah beban dan sakit.

Aku yakin bahwa bunda pastinya sayang kepadaku, hanya saja cara menyampaikannya yang berbeda.
Bukankah aku bisa jadi sebesar ini karena jasa Bunda juga?

Bukankah aku bisa sekolah, bisa kuliah adalah jasa Bunda?
Karena itu, setulus hati aku mengatakan BUNDA ADALAH ORANG YANG PALING LAYAK MASUK SURGA!
Itulah harapan terbesarku.

MENGAPA?
JIKA SELAMA HIDUP AKU TIDAK PERNAH MELIHAT BELIAU TERSENYUM,
AKU INGIN BISA MELIHAT BUNDA TERSENYUM DI SURGA KELAK.

************************************************************************************************

Ya Tuhan , cukup sudah kiranya penderitaan Bundaku di dunia.
Janganlah Engkau tambahkan lagi penderitaannya di akhirat.
Ya Tuhan , aku ingin melihat Bunda tersenyum. Walau hanya sekali saja...!