Sabtu, 09 Februari 2013

Nabi Khidir A.s Ajari Ilmu kepada Abul Qosim al-Qusyairi

Kisah ini tentang Nabi Khidir A.s  yang mengajarkan berbagai macam ilmu kepada al-Qusyairi, dengan bekal ini al Qusyairi menulis ribuan kitab yang menjadi rujukan dan pedoman bagi ulama’ sesudahnya.

Tatkala Abul Qosim al-Qusyairi, baru meninggalkan kampung halamannya untuk menuntut ilmu ke Bukhara. sejenak ia teringat betapa pakaian yang dikenakannya terkena percikan najis saat ia bekerja membantu ibunya di rumah, ia berhenti dan berkata kepada teman seperjalanannya, “Sahabatku, sebentar aku hendak pulang ke rumah dan akan segera kembali kemari tapi engkau boleh pergi terlebih dahulu. Karena aku teringat bajuku yang najis ini, bila aku tidak menggantinya, aku takut najis ini akan mengotoriku sampai di negeri Bukhara. 
Kalau masih begitu keadaanku, aku khawatir ilmu-ilmu yang kupelajari dari guru kita di sana akan menjadi penutup jalan menuju hidayah Allah, sehingga aku tersesat karenanya, semoga aku dihindarkan dari hal yang sedemikian.”

Maka pulanglah Abul Qasim al-Qusyairi ke rumahnya dan mendapati ibunya berdiri di depan pintu menyambut kedatangannya dan memeluknya seraya berkata, “Alhamdulillah” karena ibunya menunggu kepulangan anak satu-satunya yang ia sayangi.

Dikisahkan, kemudian Nabi Khidir A.s diperintahkan Allah Swt untuk menemui Abul Qosim al-Qusyairi, “Temuilah Abu Qosim al-Qusyairi, putera ibu yang Shalihah itu, dan ajarkanlah ilmu-ilmu yang telah kau pelajari dari Abu Hanifah kepadanya, karena dia pergi merantau di atas jalan yang direstui ibunya!”

Selanjutnya Nabi Khidir A.s menemui Abul Qosim al Qusyairi guna menurunkan ilmu-ilmu Fiqih. Beliau berkata, ” Engkau berniat melakukan Safar (sebutan dalam dunia Tasawuf bagi orang yang meninggalkan tempat kelahiran ke negeri yang jauh dengan niat menuntut ilmu) bersama temanmu untuk mencari ilmu dengan membiarkan ibumu sendirian di kampung ini. Maka biarkanlah aku akan mendatangimu setiap hari dan kau akan belajar bersamaku.”

Sejak pertemuan pertama kali antara Nabi Khidir A.s dengan Abul Qosim itu, Khidir A.s datang kembali pada keesokan harinya dan hari-hari berikutnya. Demikian berlangsung selama 3 tahun.

Sesudah menyerap ilmu-ilmu dari Nabi Khidir A.s selama 3 tahun, selanjutnya di sepanjang hidupnya ia mampu menulis seribu Kitab yang berisikan bermacam-macam jenis ilmu..

Nabi Khidir A.s belajar ilmu-ilmu fiqih kepada Abu Hanifah selama 30 tahun, sedangkan Abul Qosim al-Qusyairi menyerap ilmu-ilmu tersebut hanya dalam tempo 3 tahun.
Apakah karena nabi Khidir A.s mempunyai metode pengajaran yang efektif dengan segala kelebihan yang diberikan Allah Swt atau Abul Qosim al-Qusyairi yang memang benar-benar jenius?
Wallahu alam

Kisah Nabi Khidir A.s Tentang Ajaran dan Jati dirinya

Nabi Khidir A.s merupakan Hamba Allah Swt yang sangat khusus, karena beliau adalah salah satu hamba Allah yang ditunda kematiannya dan masih diberi rejeki. Selain itu beliau diutus untuk  memberi pelajaran Makrifat kepada Para Wali, para Sufi, maupun kepada orang  yang dengan tekun mendekatkan diri kepada Allah Swt.

Nabi Khidir A.s mengajarkan ilmu tentang Makrifat, ada yang menyebutkan Nabi Khidir A.s juga mengajarkan ilmu Laduni. Banyak orang yang ingin bertemu dengan Nabi Khidir A.s, terutama para penganut Tarekat, ataupun mereka yang ingin berguru kepada Nabi Khidir A.s. Kesalahan terbesar mereka adalah karena mereka ingin bertemu, seharusnya jangan punya keinginan untuk bertemu, ikhlaskanlah beliau yang menemui kita

Dalam beberapa riwayat, Nabi Khidir A.s memiliki Ciri-ciri fisik yang tidak dimiliki oleh orang lain, yaitu: jempol tangan kanan tidak bertulang, beliau selalu membawa tongkat, dan perawakan beliau lebih tinggi dari kebanyakan kita.

Al-Khiḍr (Arab:الخضر, Khaḍr, Khaḍer, al-Khaḍir) keterangan mengenai beliau terdapat dalam Al-Qur'an   Surah Al-Kahfi ayat 65-82.  dan beberapa hadist.

“Mystical Dimensions of Islam”, oleh penulis Annemarie Schimmel,
Khidr di anggap sebagai salah satu nabi dari empat nabi dalam kisah Islam dikenal sebagai ‘Sosok yang tetap Hidup’ atau ‘Abadi’. Tiga lainnya adalah Nabi Idris A.s, Nabi Ilyas A.s,  dan Nabi Isa A.s.
Nabi Khidir A.s abadi karena ia dianggap telah meminum air kehidupan.

Dalam kisah literatur Islam,  satu orang bisa bermacam-macam sebutan nama dan julukan yang telah disandang oleh Khidr. Beberapa orang mengatakan Khidr adalah gelarnya;  yang lainnya menganggapnya sebagai nama julukan.  dan juga dihubungkan dengan Pengembara abadi.

Para cendikiawan telah menganggapnya dan mengkarakterkan sosoknya sebagai orang suci, nabi, pembimbing nabi yang misterius dan lain lain.

Al-Khiḍr secara harfiah berarti  ‘Seseorang yang Hijau’ melambangkan kesegaran jiwa, warna hijau melambangkan kesegaran akan pengetahuan “berlarut langsung dari sumber kehidupan.” Dalam situs Encyclopædia Britannica, dikatakan bahwa Khidr memiliki  sebuah nama, yang paling terkenal adalah Balyā bin Malkān.

Menurut Syeikh Imam M. Ma’rifatullah al-Arsy, Segitiga Bermuda merupakan tempat titik terujung di dunia ini. Ditengah kawasan itu terdapat sebuah telaga yang airnya dapat membuat siapa saja yang meminumnya menjadi panjang umur, ditempat itu pula Khidr bertahta sebagai penjaga sumber air kehidupan tersebut.

Teguran Allah kepada Musa A.s

Kisah Nabi Musa A.s dan Nabi Khiḍir A.s dituturkan oleh Al-Qur’an dalam Surah Al-Kahfi  ayat 65-82. Menurut Ibnu Abbas, Ubay bin Ka’ab menceritakan bahwa beliau mendengar nabi Muhammad Saw bersabda: “Sesungguhnya pada suatu hari, Musa berdiri di khalayak Bani Israil lalu beliau ditanya, “Siapakah orang yang paling berilmu?” Jawab Nabi Musa A.s, 

“Aku” Lalu Allah Swt menegur Nabi Musa A.s dengan firman-Nya,
“Sesungguhnya di sisi-Ku ada seorang hamba yang berada di pertemuan dua lautan dan dia lebih berilmu daripada kamu.”

Lantas Musa A.s pun bertanya, “Wahai Tuhanku, di manakah aku dapat menemuinya?” 

Allah Swt pun berfirman, “Bawalah bersama-sama kamu seekor ikan di dalam sangkar dan sekiranya ikan tersebut hilang, di situlah kamu akan bertemu dengan hamba-Ku itu.” 

Sesungguhnya teguran Allah Swt itu mencetuskan keinginan yang kuat dalam diri Nabi Musa A.s untuk menemui hamba yang shaleh itu. Di samping itu, Nabi Musa A.s juga ingin sekali mempelajari ilmu dari Hamba Allah tersebut.

Nabi Musa A.s kemudiannya menunaikan perintah Allah Swt itu dengan membawa ikan di dalam wadah dan berangkat bersama-sama pembantunya yang juga merupakan murid dan pembantunya, Yusya bin Nun.

Mereka berdua akhirnya sampai di sebuah batu dan memutuskan untuk beristirahat sejenak karena telah menempuh perjalanan cukup jauh. Ikan yang mereka bawa di dalam wadah itu tiba-tiba meronta-ronta dan selanjutnya terjatuh ke dalam air. Allah Swt membuatkan aliran air untuk memudahkan ikan sampai ke laut. Yusya` tertegun memperhatikan kebesaran Allah Swt menghidupkan semula ikan yang telah mati itu.

Selepas menyaksikan peristiwa yang sungguh menakjubkan dan luar biasa itu, Yusya’ tertidur dan ketika terjaga, beliau lupa untuk menceritakannya kepada Nabi Musa A.s Mereka kemudiannya meneruskan lagi perjalanan siang dan malamnya dan pada keesokan paginya.

Ibn Abbas berkata, “Nabi Musa sebenarnya tidak merasa letih sehingga baginda melewati tempat yang diperintahkan oleh Allah supaya menemui hamba-Nya yang lebih berilmu itu.” 

Yusya’ berkata kepada Nabi Musa A.s,
“Tahukah guru bahwa ketika kita mencari tempat berlindung di batu tadi, sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak lain yang membuat aku lupa untuk menceritakannya kecuali syaitan dan ikan itu kembali masuk kedalam laut itu dengan cara yang amat aneh.” (Surah Al-Kahfi : 63)

Musa segera teringat sesuatu, bahwa mereka sebenarnya sudah menemukan tempat pertemuan dengan hamba Allah yang sedang dicarinya tersebut. Kini, kedua-dua mereka berbalik arah untuk kembali ke tempat tersebut yaitu di batu yang menjadi tempat persinggahan mereka sebelumnya, tempat bertemunya dua buah lautan.
Musa berkata, “Itulah tempat yang kita cari.” Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula. (Surah Al-Kahfi : 64)

Terdapat banyak pendapat tentang tempat pertemuan Musa dengan Khidir. Ada yang mengatakan bahwa tempat tersebut adalah pertemuan Laut Romawi dengan Parsia yaitu tempat bertemunya Laut Merah dengan Samudra Hindia. Pendapat yang lain mengatakan bahwa lautan tersebut terletak di tempat pertemuan antara Laut Roma dengan Lautan Atlantik. Di samping itu, ada juga yang mengatakan bahwa lautan tersebut terletak di sebuah tempat yang bernama Ras Muhammad yaitu antara Teluk Suez dengan Teluk Aqabah di Laut Merah.

Setibanya mereka di tempat yang dituju, mereka melihat seorang hamba Allah yang berjubah putih bersih. Nabi Musa A.s pun mengucapkan salam kepadanya. Nabi Khidir A.s menjawab salamnya dan bertanya, “Dari mana datangnya kesejahteraan di bumi yang tidak mempunyai kesejahteraan? 

Siapakah kamu” Jawab Musa, “Aku adalah Musa.” 

Nabi Khidir A.s bertanya lagi, “Musa dari Bani Isra’il?” 

Nabi Musa A.s menjawab, “Ya. Aku datang menemui Tuan supaya Tuan dapat mengajarkan sebagian ilmu dan kebijaksanaan yang telah diajarkan kepada Tuan.”

Nabi Khidir A.s menegaskan, “Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup bersabar bersama-samaku.” (Surah Al-Kahfi : 67) 
“Wahai Musa, sesungguhnya ilmu yang kumiliki ini ialah sebagian daripada ilmu karunia dari Allah yang diajarkan kepadaku tetapi tidak diajarkan kepadamu wahai Musa. Kamu juga memiliki ilmu yang diajarkan kepadamu yang tidak kuketahuinya.”
Nabi Musa berkata, “Insya Allah tuan akan mendapati diriku sebagai seorang yang sabar dan aku tidak akan menentang tuan dalam sesuatu urusan pun.” (Surah Al-Kahfi : 69)

Dia (Khidir) selanjutnya mengingatkan, “Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu pun sehingga aku sendiri menerangkannya kepadamu.” (Surah Al-Kahfi : 70)

Nabi Musa A.s mengikuti Nabi Khidir A.s dan terjadilah, peristiwa yang menguji diri Musa yang telah berjanji bahwa Nabi Musa A.s tidak akan bertanya mengenai sesuatu tindakan  Nabi Khidir A.s.   Setiap tindakan Nabi Khidir A.s itu dianggap aneh dan membuat Nabi Musa A.s terperanjat.

Peristiwa ketika  Nabi Khidir A.s menghancurkan perahu yang mereka ditumpangi . Nabi Musa A.s bertanya kepada Nabi Khidir A.s.
Nabi Khidir A.s mengingatkan akan janji Nabi Musa A.s, dan Nabi Musa A.s meminta maaf karena lalai mengingkari janji  untuk tidak bertanya mengenai tindakan Nabi Khidir A.s.

Ketika  mereka tiba di suatu daratan, Nabi Khidir A.s membunuh bocah yang sedang bermain dengan teman sebayanya. Dan lagi-lagi Nabi Musa A.s bertanya kepada Nabi Khidir A.s.
Nabi Khidir A.s kembali mengingatkan janji Nabi Musa A.s, dan beliau diberi kesempatan terakhir untuk tidak bertanya-tanya terhadap yang dilakukan oleh Nabi Khidir A.s, jika masih bertanya lagi maka Nabi Musa A.s harus rela untuk tidak mengikuti perjalanan bersama Nabi Khidir A.s.

Mereka melanjutkan perjalanan hingga sampai disuatu Perkampungan. Sikap penduduk Kampung itu tidak bersahabat dan tidak mau menerima kehadiran mereka, hal ini membuat Nabi Musa A.s merasa kesal terhadap penduduk itu. Setelah dikecewakan oleh penduduk, Nabi Khidir A.s malah menyuruh Nabi Musa A.s untuk  memperbaiki tembok suatu rumah yang rusak . Nabi Musa A.s tidak kuasa untuk bertanya terhadap sikap Nabi Khidir A.s ini.

Akhirnya Nabi Khidir A.s menegaskan pada Nabi Musa A.s bahwa beliau tidak dapat menerima Nabi Musa A.s untuk menjadi muridnya dan Nabi Musa A.s tidak diperkenankan untuk terus melanjutkan  bersama dengan Nabi Khidir A.s.
Nabi Khidir A.s menguraikan  mengapa beliau melakukan hal-hal yang membuat Nabi Musa A.s bertanya.

Pesan Makrifat Nabi Khidir
ketika berpisah dengan Nabi Musa A.s, dia (Musa) berkata, “Berilah aku wasiat”.

Jawab Nabi Khidir A.s: "Wahai Musa, jadilah kamu orang yang berguna bagi orang lain, 
Janganlah sekali-kali kamu menjadi orang yang hanya menimbulkan kecemasan diantara mereka sehingga kamu dibenci mereka. 
Jadilah kamu orang yang senantiasa menampakkan wajah ceria dan janganlah sampai mengerutkan dahimu kepada mereka. 
Janganlah kamu keras kepala atau bekerja tanpa tujuan. 
Apabila kamu mencela seseorang hanya karena kekeliruannya saja, kemudian tangisi dosa-dosamu, wahai Ibnu Imron!" (Al Bidayah Wan Nihayah juz I hal. 329 dan Ihya’ Ulumuddin juz IV hal. 56).

  1. “Wahai Musa”, jadilah kamu seorang yang berguna bagi orang lain.
    Sebaik-baiknya manusia yang berguna bagi orang lain karena keberadaannya sangat dibutuhkan dan andaikata dia pergi, mereka merasa kehilangan sehingga yang akan dijadikan panutan tidak ada, dan sebagai penggantinya yang setaraf pun tidak ada.
  2. Janganlah sekali-kali kamu menjadi orang yang hanya menimbulkan kecemasan diantara mereka sehingga kamu dibenci mereka. Kerukunan dan ketentraman lingkungan didambakan disetiap warga. Dan apabila ada seseorang yang membuat resah masyarakat yang menimbulkan kecemasan mereka, kepergiannya tidak akan dinantikan kedatangannya lagi. Dengan kepergiannya, masyarakat merasa tentram, keberadaannya di setiap yang ditempati selalu dibenci dan bahkan di usir.
  3. Jadilah kamu orang yang senantiasa menampakkan wajah ceria dan janganlah sampai mengerutkan dahimu kepada mereka. Muka cemberut dan kusam menunjukkan wajah atau hati sedih dan kurang senang pada keadaan. Terimalah apa adanya dengan senang hati, jalani saja kehidupan ini dengan ketabahan dan sabar, walaupun pahit dirasa. Kejadian apapun yang kita alami, pasti Allah Swt akan memberikan hikmah dan pelajaran dibaliknya. Dengan demikian kesedihan pun sirna dengan sendirinya, dan wajah kelihatan berseri-seri tampaklah muka ceria.
  4. Janganlah kamu keras kepala, atau bekerja tanpa tujuan. Keras kepala adalah sifat yang harus disingkirkan jauh-jauh, karena bisa mengalahkan sifat-sifat baik lainnya, kalau sifat keras kepala masih mendominasi pada diri yang akibatnya dapat merugikan diri sendiri bekerja pun tak terarah dan sia-sia.
  5. Apabila kamu mencela seseorang, hanya karena kekeliruannya saja. Kemudian tangisi dosa-dosamu.
    Menyalahkan orang lain atau mencela tidak diperbolehkan oleh Nabi Khidir A.s karena beliau berlandaskan firman Allah Swt dalam surat Al Insyiqaq ayat 19: “Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam kejadiannya)”.
    Manusia diciptakan oleh Allah Swt tingkat demi tingkat, salah satunya tingkat pemahaman belum berubah atau berbeda sebab yang dicela tingkat pemahamannya dibawah yang mencela, logislah yang mencela atau menyalahkan tidak dibenarkan. Orang kelas 3 kok disalahkan oleh orang kelas 5. Seharusnya  kelas 5 yang mengalah, dan harus tahu bahwa perbuatan itu kurang benar, segeralah mohon ampun kepada Allah Swt dan jangan diulangi lagi.


Pesan ke Dua.
Diriwayatkan bahwa setelah Khidir akan meninggalkan Nabi Musa A.s, dia (Khidir) berpesan kepadanya : "Wahai Musa, pelajarilah ilmu-ilmu kebenaran agar kamu dapat mengerti apa yang belum kamu fahami, tetapi janganlah sampai kamu jadikan ilmu-ilmu hanya sebagai bahan omongan." (Riwayat Ibnu Abi Hatim dan Ibnu Asakir).
Faham sesuatu ilmu bukan untuk modal berdebat, menonjolkan sesuatu faham yang berseberangan dan faham yang baru selesai dipelajarinya itu adalah yang paling benar sehingga bangga atas golongannya itu dan mengajak adu argument bahwa dialah yang paling benar sendiri, ini tidak dibenarkan sebab berdebat itu tidak diperbolehkan sebagaimana surat Al Baqarah ayat 139 :
Katakanlah, apakah kamu memperdebatkan dengan kami tentang Allah, padahal Dia adalah Tuhan kami dan Tuhan kamu, bagi kami amalan kami, bagi kamu amalan kamu dan hanya kepada-Nya kami mengikhlaskan hati”.
Berseberangan faham yang sudah diyakini tidaklah perlu diusik satu sama lain karena masing-masing sudah kokoh dalam keyakinannya hanya saja ajakan orang-orang yang masih ngambang atau yang belum iman.

Pesan ke tiga.
  1. Wahai Musa, sesungguhnya orang yang selalu memberi nasehat itu tidak pernah merasa jemu seperti kejemuan orang-orang yang mendengarkan.
    Memberi nasehat kepada orang lain janganlah mengharapkan sesuatu imbalan apapun kecuali ridha Allah Swt dan tugas menyampaikan. Tugas menyampaikan dan men-syiarkan agama Allah adalah tugas setiap umat muslim, firman Allah Swt dalam surat Al Hajj ayat 32 mengatakan :
    “Demikianlah (perintah Allah). Dan barang siapa mengagungkan syiar-syiar Allah maka sesungguhnya itu timbul dari ketaqwaan hati”.
    Dan kita sendiri jangan merasa bosan-bosan untuk menengarkan para penceramah itu termasuk tholabul ilmi yang diwajibkan pada setiap muslim, walaupun ilmunya banyak.
  2. Maka janganlah kamu berlama-lama dalam menasehati kaummu.
    Berilah nasehat singkat, padat, berisi dan yang penting tidak membosankan.
  3. Dan ketahuilah bahwa hatimu itu ibarat sebuah bejana yang harus kamu rawat dan pelihara dari hal-hal yang bisa memecahkannya.
    Iman didalam hati belum tentu sudah kokoh tanpa djaga dan dirawat dan dipelihara karena lapisan luar hati masih dipenuhi oleh hawa nafsu yang selalu mengajak ke arah perbuatan yang kurang baik. Maka dari itu waspadalah dalam menjaga hati jangan sampai hati terpengaruh dari hasutan syaitan yang cara penyusupan penyerangannya lewat hawa nafsu. Begitu hati sudah terkena pengaruh hawa nafsu pecahlah hati ini. Dan hati-hatilah dalam menjaganya.
  4. Kurangilah usaha-usaha duniawimu dan buanglah jauh-jauh dibelakangmu, karena dunia ini bukanlah alam yang akan kamu tempati selamanya.
    Dunia yang kita tempati ini tidaklah selamanya kita tempati dan setelah selesai hidup kitapun pindah di alam lain, maka kumpulkan amal kebajikan untuk modal menuai di akhirat nanti. Jangan buang-buang tempo, tanamlah amalmu untuk menggapai kebahagiaan di alam akhirat, apabila tidak ditanami amal kebajikan apa yang diambil disana kita akan rugi di dunia dan di akhirat. Waktu kita di dunia hanya sebentar, tidaklah lama sebagaimana keterangan surat An Naziyat ayat 46 :
    “Pada hari mereka melihat hari kebangkitan itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) diwaktu sore atau di pagi hari”.
  5. Kamu diciptakan adalah untuk mencari tabungan pahala-pahala akhirat nanti.
    Semua makhluk yang bernama manusia beramar ma’ruf nahi munkar. Mengerjakan amal yang baik untuk bekal di akhirat serta mencegah hal yang munkar untuk diri sendiri dan dilanjutkan kepada orang lain yang menjalani hal yang munkar yang dilarang.
  6. Bersikap ikhlaslah dan bersabar hati menghadapi kemaksiatan yang dilakukan kaummu.
    Sabar dalam menghadapi kemaksiatan dilingkungannya, ini bukan berarti diam tetapi sabar dalam bentuk berusaha mencegah dan menggantikan dengan perbuatan yang baik. Apabila mengalami kesulitan, bersabarlah, mencari solusinya dan jalan keluar yang baik.
  7. Hai Musa, tumpahkanlah seluruh pengetahuan (ilmu) mu, karena tempat yang kosong akan terisi oleh ilmu yang lain.
    Kewajiban manusia yang berilmu untuk membagi ilmunya kepada orang lain yang membutuhkan, bukan ilmu yang diberikan kepada orang lain itu habis tetapi malah sebaliknya justru bertambah banyak. Apa sebabnya?. Karena, ilmu yang kita berikan kepada orang lain dengan ikhlas dan ridha, Allah pun ridha menambah ilmu-Nya kepada orang tersebut.
  8. Janganlah kamu banyak mengomongkan ilmumu itu, karena akan dipisahkan oleh kaum ulama’.
    Membicarakan ilmu yang sudah dicapai dengan predikat ilmu mukasyafah dengan orang yang diluar kelompoknya yang masih dibawah jauh dari ilmu yang dicapai, maka akan terjadi kurang baik bagi dirinya juga bagi orang lain. Pendapat mengenai hal ini, Imam Al Ghozali mengatakan, Pengetahuan-pengetahuan yang begini yang hanya boleh dikemukakan melalui isyarat, tidak diperkenankan untuk diketahui setiap manusia. Begitulah halnya dengan orang yang berpengetahuan tersebut tersingkap padanya, dia tidak boleh mengungkapkannya kepada orang yang pengetahuan tersebut tidak tersingkap atasnya. (Sufi dari Z.Z. Hal. 181).
  9. Maka bersikaplah sederhana saja, sebab sederhana itu akan menghalangi aibmu dan akan membukakan taufiq hidayah Allah Swt untukmu.
    Menjalani kehidupan dengan kesederhanaan ini berartisudah meninggalkan kehidupan keterikatan dengan keduniawian. Banyak tokoh-tokoh Sufi yang tadinya hidup dalam kemewahan ditinggalkannya untuk hidup dalam kesederhanaan. Dengan hidup sederhana hatinya tidak disibukkan dengan harta. Ibadah kepada Allah Swt lebih tenang dan khusu’, dalam pendekatannya kepada Allah serasa tak mengalami kesulitan.
  10. Berantaslah kejahilanmu dengan cara membuang sikap masa bodohmu (ketidak pedulian) yang selama ini menyelimutimu.
    Menahan dan menyingkirkan sifat-sifat yang kurang baik bukan main susahnya kalau tidak dilandasi dengan dzikir Qalbu, sebab dzikir Qalbu dapat mengikis sifat-sifat yang kurang baik yang sekian lama membelenggu diri. Dengan dzikrullah yang dikerjakan di Qalbu, disamping menghilangkan sifat-sifat yang kurang baik, sifat-sifat yang baik pun menguasai diri dan menambah ketenangan dan ketentraman hati.
  11. Itulah sifat orang-orang arif dan bijaksana, menjadi rahmat bagi semua. Orang-orang arif identik dengan orang-orang Sufi, orang-orang Sufi kebanyakan adalah para wali Allah yang menjadi rahmat bagi semua orang.
  12. Apabila orang bodoh datang kepadamu dan mencacimu, redamlah ia dengan penuh kedewasaan serta keteguhan hatimu. Meredam kemarahan orang yang memarahi di awali melatih penahanan hawa nafsu dan meredam keinginan hawa nafsu yang ingin bergolak. Setelah mampu meredam hawa nafsu, meredam amarah orang lain dengan kelembutan sifat dan keteguhan hati.
  13. Hai putra Imron, kamu sadari bahwa ilmu Allah yang kamu miliki hanya sedikit. Ilmu yang dipunyai manusia itu hanya sedikit, itupun Allah-lah yang memberinya sedangkan ilmu yang Allah miliki tak terhingga sebagaimana di surat Luqman 27: “Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering) nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.
  14. Sesungguhnya menutup-nutupi kekurangan yang ada pada dirimu atau bersikap sewenang-wenang adalah menyiksa diri sendiri. Menutupi kekurangan diri sendiri juga sama dengan menutup diri yang tidak mau menerima dari luar diri. Akhirnya kebodohan yang didapatkan sebaiknya sifat terbuka atau keterbukaan dari segala hal akan terbukalah hal-hal yang tersembunyi. Termasuk dapat terbukanya ilmu Allah maka jangan tutupi dirimu, terbukalah.
  15. Janganlah kamu buka ilmu ini jika kamu tidak bisa menguncinya. Jangan pula kamu kunci pintu ilmu ini jika tidak tahu bagaimana membukanya, hai putra Imron. Membuka ilmu adalah tugas seorang guru, mursyid, atau pembimbing. Jadi beliau sudah mampu membuka dan menutup ilmu. Kenapa ilmu yang sudah dijalani oleh seorang murid ditutup?, disebabkan si murid ada kesalahan besar yang sudah tidak dapat diajak memperbaiki untuk meluruskan pelajaran ilmunya. Makanya harus ditutup, supaya dibelakang hari tidak ada permasalahan yang lebih besar lagi. Kalau tidak tahu cara menutup ilmu, jangan sekali-kali membukanya walau tahu cara membuka ilmu tersebut, sebab kalau nanti ada konflik dikemudian hari tidak akan merepotkan. Bisa saja ilmu yang baik ini diselewengkan.
  16. Barang siapa yang menumpuk-numpuk harta benda, dia sendiri bakal mati tertimbun dengannya hingga dia merasakan akibat dari kerakusannya itu. Sebagaimana kisah kerakusannya Qorun, dia seorang yang tamak terhadap harta tidak dipergunakan untuk perjuangan agama Allah, sehingga dia tertimbun hartanya.
  17. Namun, semua hamba yang selalu mensyukuri karunia Allah Swt serta memohon kesabaran atas ketentuan-ketentuan-Nya, dialah hamba yang zuhud dan patut diteladani.
    Orang-orang yang pandai mensyukuri nikmat Allah Swt dan jangan dzalim atas nikmat pemberian-Nya. Andai kata kita tidak mau mensyukuri nikmat atas pemberian dari-Nya, Allah pun murka sebagaimana diterangkan dalam surat Ibrahim ayat 34 : “Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluan) dari segala apa yang kamu pohonkan kepada Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu sangat dzalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)”.
    Juga sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Muslim mengatakan : “Dari Abi Yahya Shuhaib bin Sinan ra. berkata : Bersabda Rasulullah Saw. sangat mengagumkan keadaan seorang mukmin sebab segala keadaannya untuk ia sangat baik dan tidak mungkin terjadi demikian kecuali bagi seorang mukmin, jika mendapat nikmat ia bersyukur, maka syukur itu lebih baik baginya dan bila menderita kesusahan ia bersabar, maka sabar itu lebih baik baginya”
    Dengan meninggikan sifat sabar serta mau menerima ketentuan-ketentuan yang baik bersyukur atas nikmat dari-Nya, dan menerima ketentuan yang jelek diterimanya dengan ikhlas yang didasari dengan kesabaran, dan mohon pertolongan-Nya.
  18. Bukankah orang yang seperti itu mampu mengalahkan nafsu syahwatnya dan dapat memerangi bujuk rayu syaitan? Syaitan membujuk manusia sejak Nabi Adam A.s diciptakan di surga, dia iri dengan Nabi Adam A.s karena Nabi Adam A.s diciptakan lebih sempurna dari dia, bahkan dia (iblis) disuruh bersujud kepada Nabi Adam tidak mau sebab menurut dia, dia lebih dahulu dan lebih tinggi dari Nabi Adam A.s. karena dia tercipta dari api. Dengan tidak maunya iblis bersujud kepada Nabi Adam A.s, diusirlah dia oleh Allah Swt dari surga, dan disuruh menempati neraka selamanya. Iblis mau menerima itu tapi dia masih meminta tangguh dan dalam penangguhan itu meminta lagi untuk menggoda anak cucu Nabi Adam A.s. Dan hanya yang ikhlaslah iblis tidak dapat menggoda, sebagaimana firman Allah Swt di surat Al Hijr ayat 30 – 42 :  
30. Maka bersujudlah para malaikat itu semuanya bersama-sama. 
31. Kecuali iblis, ia enggan ikut bersama-sama (malaikat) yang bersujud itu.  
32. Allah berfirman : Hai iblis, apa sebabnya kamu tidak (ikut bersujud) bersama-sama mereka yang bersujud itu?  
33. Berkata iblis : Aku sekali-kali akan sujud kepada manusia yang Engkau telah menciptaka dari tanah liat kering (yang berasal) dari Lumpur hitam yang diberi bentuk.  
34. Allah berfirman : Keluarlah dari surga, karena sesungguhnya kamu terkutuk.  
35. Dan sesungguhnya kutukan itu tetap menimpamu sampai hari kiamat. 
36. Berkata iblis : Ya Tuhanku, (kalau begitu) maka beri tangguhlah kepadaku sampai hari (manusia) dibangkitkan.  
37. Allah berfirman : (kalau begitu) maka sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh.  
38. Sampai hari (suatu) waktu yang telah ditentukan.  
39. Iblis berkata : Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) dimuka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka.  
40. Kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis diantara mereka.  
41. Allah berfirman : Inilah jalan yang lurus, kewajiban Aku lah (menjaganya).  
42. Sesungguhnya hamba-hamba Ku tidak ada kuasa kekuasaan bagimu terhadap mereka kecuali orang-orang yang mengikuti kamu yaitu orang-orang yang sesat.

  1. Dan Dia pula orang yang mengetam buah dari ilmu yang selama ini dicarinya. Sabda Rasulullah Saw. dari Abu Darda R.a. mengatakan : "Barang siapa yang melalui suatu jalan untuk menuntut ilmu Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga. Dan para malaikat selalu meletakkan sayapnya untuk menaungi orang-orang yang menuntut ilmu, karena senang dengan apa yang mereka lakukan. Dan bagi orang-orang yang alim, dimintakan ampun untuknya oleh penduduk langit dan bumi serta oleh ikan-ikan yang ada di air. Dan keutamaan orang alim terhadap ahli ibadah (yang tidak memiliki ilmu) adalah bagaikan kelebihan sinar bulan atas bintang-bintang lainnya. Dan sesungguhnya ulama’ adalah pewaris para nabi, dan sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham (kekayaan dunia), akan tetapi mereka mewariskan ilmu. Maka barang siapa yang mengambil ilmu itu, berarti ia telah mengambil bagian yang sempurna." (HR. Dawud Tirmidzi). (Pesan-Pesan Rasulullah hal. 167- 168).
  2. Segala amal kebajikannya akan dibalas dengan pahala di akhirat. Sekecil apapun amal kebajikan yang kita kerjakan di dunia, Allah akan membalasnya karena di dunia ini kita diwajibkan menanam amal sebanyak-banyaknya, surat Az Zalzalah ayat 7 menerangkan : “Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya”.
  3. Sedangkan kehidupan dunianya akan tentram ditengah-tengah masyarakar yang merasakan jasanya. Jasa seorang pahlawan dikenang sepanjang masa oleh rakyat..
  4. Hai Musa, pelajarilah olehmu ilmu-ilmu pengetahuan agar kamu dapat mengetahui segala yang belum kamu ketahui, misalnya masalah-masalah yang tidak bisa diomongkan atau dijadikan bahan pembicaraan saja. Ilmu yang tidak bisa diomongkan itu ada beberapa macam antara lain penyampaiannya memakai bahasa isyarat, bahasa gerak, bahasa perlambang, bahasa kias, dan bahasa simbolis. Ada juga yang memakai bahasa Qalbu, ada lagi cara penyampaiannya lewat mimpi dan yang setengah sadar. Menerima pelajaran seperti itu semua memang tidak bisa di omongkan kepada orang yang belum bisa memahaminya. Mempelajari ilmu yang seperti itu dimulai dengan dzikir kalbu dan menghidupkan perasaan antara lain, perasaan lahiriyah / fisik, perasaan akal / otak, perasaan Qalbu / hati, serta menghidupkan perasaan indera-indera Dhohiriyah maupun indera-indera bathiniyah.
  5. Itulah penuntun jalanmu dan orang-orang akan disejukkan oleh hatimu.
    Menjadi seorang penuntun yang diawali dari dituntun oleh seorang yang sudah ahlinya. Karena kita ini ditunggu oleh mereka maka persiapkan dirimu untuk mereka. Sebab keberadaan sang penuntun ditengah-tengah mereka hatinya merasa tentram.
  6. Hai Musa putra Imron, jadikanlah pakaianmu bersumber dari dzikir dan fakir serta perbanyaklah amal kebajikan.
    Pakaian taqwa adalah yang paling baik untuk dipakai, dzikir adalah sarana pokok dalam kekokohan taqwa, buahnya dzikir itu bertafakkur. Ke-tafakkuran menghasilkan perenungan yang di amalkan dalam keseharian berbakti kepada Allah Swt.
  7. Suatu hari kamu tidak dapat mengelak dari kesalahan, maka pintalah ridha Allah dengan berbuat kebajikan, karena pada saat-saat tertentu akalmu pasti melanggar larangan-Nya.
  8. Sekarang telah kupenuhi kehendakmu untuk memberi pesan-pesan kepadamu.
  9. Omonganku ini tidak akan sia-sia apabila kamu mau menurutinya.
    Setelah itu Nabi Khidir A.s meninggalkan Nabi Musa A.s yang duduk termenung dalam tangis kesedihan.

Andaikata kita baca sekali lagi pesan-pesan Nabi Khidir A.s, akan ditujukan kepada diri kita sendiri apa yang kita rasakan dan apa yang kita lakukan terhadap pesan-pesan itu. sengaja pesan-pesan itu diberi nomor dari kalimat perkalimat supaya mudah untuk menjelaskan dari pesan-pesan itu.
Dibutuhkan waktu dan penelaahan yang serius serta memakai kaca mata bathin yang paling dalam serta  pemahaman tersendiri untuk dapat melaksanakan pesan-pesan Nabi Khidir A.s.

Nabi Khidir A.s Mencari Air Kehidupan

Kisah ini tentang Nabi Khidir A.s dan Raja Iskandar Zulkarnaen atau Iskandar Agung atau Alexander the Great, yang mencari air kehidupan.
Raja Iskandar Zulkarnaen berniat mengadakan perjalanan untuk mengelilingi bumi dan Allah Swt mewakilkan salah satu malaikat-Nya yang bernama Rofa’il untuk menyertainya dalam perjalanan panjang itu.
Karena ditemani oleh seorang malaikat, Raja Zulkarnaen banyak mengajukan pertanyaan seputar dunia dan akhirat serta isinya. Salah satu pertanyaan adalah tentang ibadah para malaikat di langit.

“Wahai Malaikat Rofa’il, ceritakanlah kepadaku tentang ibadahnya para malaikat yang ada di langit,” tanya Raja Zulkarnaen.

“Para malaikat yang ada di langit ibadahnya ada yang berdiri tidak mengangkat kepala selama-lamanya, ada juga yang bersujud tidak mengangkat kepala selama-lamanya, ada pula yang rukuk tidak mengangkat kepala selama-lamanya,” jawab Malaikat Rofa’il.

“Duh, alangkah senangnya hati ini seandainya aku bisa hidup bertahun-tahun lamanya untuk beribadah kepada Allah Swt,” kata Raja Zulkarnaen.

“Wahai raja, sesungguhnya Allah swt telah menciptakan sumber air di bumi. Namanya Air Kehidupan, artinya sumber air hidup. Maka barang siapa yang meminum Air Kehidupan seteguk, maka ia tidak akan mati sampai hari kiamat atau jika ia memohon kepada Allah swt untuk dimatikan,” kata Malaikat Rofa’il.

“Apakah engkau tahu tempat Air Kehidupan itu wahai Malaikat Rofa’il?” tanya raja.

“Sesungguhnya Air Kehidupan itu berada di bumi yang gelap,”
jawab Malaikat Rofail.
Setelah Raja Zulkarnaen mendengar penuturan malaikat Rofa’il tentang Air Kehidupan itu, maka raja segera mengumpulkan para alim ulama pada saat itu. Sebelumnya, raja bertanya kepada mereka tentang letak Air Kehidupan, tapi mereka semua menjawab tidak tahu.

“Wahai para alim ulama, tahukah kalian dimanakah letak Air Kehidupan itu?” tanya raja. 

“Kami tidak mengetahuinya wahai baginda, hanya Allah Swt yang Maha Mengetahui,” jawab salah seorang ulama.

Ada salah seorang ulama yang mampu menjawab meski tidak sedetail letaknya. “Sesungguhnya aku pernah membaca di dalam wasiat Nabi Adam A.s bahwa beliau berkata bahwa sesungguhnya Allah Swt meletakkan Air Kehidupan itu di bumi yang gelap,” kata ulama itu.

“Dimanakah bumi yang gelap itu?” tanya raja. 

“Yaitu di tempat terbitnya matahari,” jawab orang alim ulama itu.
Kemudian Raja Zulkarnaen menyuruh para pengawalnya untuk menyiapkan segala keperluan untuk mencari dan mendatangi tempat Air Kehidupan itu.  
“Kuda apa yang sangat tajam penglihatannya di waktu gelap..?” tanya raja.
“Kuda betina yang masih perawan,” jawab para sahabatnya.

Akhirnya raja mengumpulkan seribu kuda betina yang masih perawan dan ia memilih di antara 6 ribu tentaranya yang pandai serta ahli dalam mencambuk. Di antara para tentara itu, ada Nabi Khidir A.s, bahkan beliau menjabat sebagai perdana menteri kala itu.

Perjalanan Mencari Air Kehidupan.
Setelah dirasa semua cukup dan siap, maka berangkatlah Raja Zulkarnaen dan Nabi Khidir A.s yang berjalan di depan pasukan. Setelah sekian lama mencari, akhirnya mereka mengetahui tempat terbitnya matahari. Mereka pun menuju arah terbitnya matahari tersebut. Perjalanan ke tempat tujuan tersebut memakan waktu 12 tahun lamanya untuk sampai di bumi yang gelap itu. Gelapnya bukanlah seperti di waktu malam hari, melainkan gelap karena ada pancaran seperti asap.

Raja Zulkarnaen sudah tak sabar lagi hendak masuk ke tempat gelap itu, namun salah seorang cendikiawan mencegahnya. Para tentara berkata kepada raja, “Wahai Baginda, sesungguhnya raja-raja yang terdahulu tidak ada yang masuk ke tempat gelap ini, karena tempat yang gelap ini berbahaya.” 

“Wahai prajurit, kita harus memasukinya, tidak boleh tidak,” sanggah sang raja.

Karena raja bersikeras hendak masuk, maka tak ada seorang pun yang berani melarangnya. “Diamlah dan tunggulah kalian di sini selama 12 tahun. Jika aku bisa datang kepada kalian dalam masa itu, maka kedatanganku terhadap kalian termasuk baik. Dan jika aku tidak datang dalam 12 tahun, maka pulanglah kalian kembali ke negeri kalian,” ujar sang raja.

Setelah itu raja mendekat dan bertanya kepada malaikat Rofa’il, “Apabila kita melewati tempat gelap ini, apakah kita dapat melihat kawan-kawan kita?”
“Tidak bisa kelihatan” jawab Malaikat Rofa’il.
“Akan tetapi aku memberimu sebuah merjan atau mutiara. Jika mutiara itu ke atas bumi, maka mutiara itu dapat menjerit dengan suara yang keras, dengan demikian kawan-kawan kalian yang tersesat jalan dapat kembali kepada kalian,” jelas Malaikat Rofa’il lebih lanjut.

Masuk ke Air Kehidupan.
Demikianlah, akhirnya Raja Iskandar Zulkarnaen masuk ke tempat yang gelap itu. Selama 18 hari lamanya tidak pernah melihat matahari dan bulan, tidak pernah melihat malam maupun siang. Tidak pernah melihat burung dan binatang liar, sedangkan raja berjalan dengan didampingi Nabi Khidir A.s.

Pada saat mereka berjalan, maka Allah Swt memberi wahyu kepada Nabi Khidir A.s. “Bahwa sesungguhnya Air Kehidupan itu berada di sebelah kanan jurang dan Air Kehidupan ini Aku khususkan untuk kamu.”

Setelah Nabi Khidir A.s menerima wahyu itu, beliau berkata kepada sahabat-sahabatnya, “Berhentilah kalian di tempat masing-masing dan jangan kalian meninggalkan tempat kalian sebelum aku datang kepada kalian.”

Kemudian Nabi Khidir A.s menuju kanan jurang hingga beliau menemukan Air Kehidupan itu. Beliau turun dari kudanya, melepaskan pakaiannya dan turun ke kolam Air Kehidupan tersebut. Beliau mandi dan minum air sumber kehidupan tersebut dan beliau merasakan bahwa airnya lebih manis daripada madu.

Sesudah mandi dan minum air tersebut, beliau keluar dari tempat itu kemudian menemui Raja Iskandar Zulkarnaen. Raja tidak mengetahui apa yang telah terjadi atas diri Nabi Khidir A.s.
Kisah Nabi Khidir A.s Mencari Air Kehidupan diriwayatkan oleh Ats-Tsa’labi dari Imam Ali R.a.

Wahdatul Wujud, Ibnu Sabin

Ibnu Sabin adalah seorang sufi dan juga Filosof dari Andalusia, yang mempunyai nama lengkap, ‘Abdul Haqq ibn Ibrahim Muhammad ibn Nashr. Dia dipanggil Ibn Sab’in dan digelari Quthbuddin, kadang juga dipanggil Abu Muhammad. Beliau lahir tahun 614 H (1217-1218 M) di Murcia. Ibnu Sabin tumbuh dalam keluarga bangsawan, Ayahnya adalah penguasa di Murcia.  Ibnu Sabin berguru kepada Ibn Dihaq yang dikenal dengan Ibnu Mir’ah ( wafat 611 H) pensyarah karya al-Juwaini, al-Irsyad, selain itu Ibnu Sabin juga berguru pada al-Yuni (wafat 622 H), dan al-Hurrani ( wafat 538 H), keduanya ahli huruf dan nama. Hubungan antara Ibnu Sabin dan para gurunya banyak terjalin lewat  kitab daripada secara langsung. Pada tahun 640 Ibnu Sabin dan muridnya pergi ke Afrika, karena faktor-faktor politik di negerinya, dia dianggap melemahkan Dinasty al-Muwahhidin serta berakhirnya kebebasan berfikir di Andalusia.

Ibnu Sabin singgah di kota Ceuta, Afrika Utara, di kota ini pula dia menikahi seorang wanita dan membangun zawiyah, dia banyak menelaah kitab-kitab tasawwuf dan memberikan pengajaran. Penguasa kota, Ibn Khaladh, mengusirnya dari kota ini karena dianggap sebagai Filosof.  Kemudian dia pergi ke ‘Adwah, Bijayah, terus ke Qabis, Tunisia. Pada tahun 648 H Ibnu Sabin sampai di Kairo, tapi para Fuqoha dunia Islam bagian barat mengirim surat ke Mesir yang menyatakan dia adalah atheis. Ibnu Sabin memutuskan untuk ke Mekah.

Ibnu Sabin ketika di Makkah memperoleh kehidupan yang tenang dan menyusun karyanya. Dan meninggal dunia pada tahun 669 Hijriyah, Ibnu Sabin meninggalkan empat puluh satu buah karya, yang menguraikan ilmu tasawuf. Pada umumnya karya beliau bercorak simbolik, karyanya yang terpenting Budd al-Arif.

Ibnu Sabin, menganut paham Kesatuan Mutlak Wahdatul Wujud, yaitu wujud adalah satu alias Wujud Akkah semata. Wujud-wujud lainnya hanya wujud Yang Satu itu sendiri. Jelasnya wujud-wujud yang lain itu hakikatnya sama sekali tidak lebih dari wujud Yang Satu semata.
Dalam hal ini , Ibnu Sabin menempatkan ketuhanan pada tempat pertama. Sebab menurutnya, Wujud Allah adalah asal segala yang ada masa lalu, masa kini, maupum masa depan. Sementara wujud yang tampak jelas justru dia rujukkan pada wujud mutlak yang rohaniah. Berarti paham ini menafsirkan wujud dalam corak spiritual bukan materi.

Pemikiran Ibnu Sabin merujuk pada dalil-dalil Al-Qur’an , misal firman Allah Swt: “Dia itulah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Dzahir dan Yang Bathin,” (QS. al-Hadiid, 57:3) 

dan firman-Nya: “Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah.” (QS. al-Qashash 28:28). 

Dia juga memperkuat nya dengan hadist Nabi Muhammad Saw, seperti hadist qudsi yang berikut : “Apa yang pertama-tama diciptakan Allah adalah akal budi. Maka firman Allah kepadanya, terimalah ! ia pun lalu menerimanya…”

Abu Yazid al Busthomi Fana dan Penyatuan

Abu Yazid al Busthomi yang nama lengkapnya Thaifur ibn ‘Isa ibn Sarusyan, Beliau berasal dari Bustham. Meninggal pada tahun 261 H  (riwayat lain 264 H ). Beberapa Kitab yang mengisahkan tentang al Busthomi diantaranya: Thabaqat al-Shufiyyah karya dari al-Sulami, al-Luma’ karya dari al-Thusi, al-Risalah al-Qusyairiyyah karya al-Qusyairi.

al Busthomi begitu diliputi keadaan Fana’, tercermin dari banyak ungkapannya yang diriwayatkan berasal darinya dia berkata : ” Mahluk mempunyai berbagai keadaan. Tapi Seorang arif tidak mempunyai keadaan. Sebab ia mengabaikan
aturan-aturannya sendiri. Identitasnya sirna pada identitas yang lainnya, dan bekas-bekasnya
ghaib pada bekas-bekas lainnya.” 

Hal ini mustahil terjadi kecuali dengan ketertarikan penuh seorang arif kepada Allah, sehingga dia tidak menyaksikan selain-Nya. Seorang arif, menurut Abu Yazid al Busthomi , “dalam tidurnya tidak melihat selain Allah, dan dalam jaganya pun tidak melihat selain Allah. Dia tidak seiring dengan yang selain Allah, dan tidak menelaah selain Allah.

Ibn ‘Atha’illah al-Syakandari:  ” Ketahuilah!  Sebagian orang berkata bahwa Abu Yazid ( al Busthomi )  ingin tidak berkeinginan, karena Allah mengingininya. Semua orang sepakat bahwa dia tidak mempunyai keinginan. Bersama-Nya , dia tidak menginginkan apa pun dan tidak mengingininya. Dalam kehendaknya, dia tidak ingin, seiring dengan kehendak Allah”.

Tentang  Penyatuan al Busthomi mengungkapkan:  “ Akupun keluar dari Yang Maha Benar menuju Yang Maha Benar dan akupun berseru: duh, Engkau yang aku!  Telah kuraih kini peringkat kefanaan.” Dan katanya yang lain, “Sejak tiga puluh tahun yang silam, Yang Maha Benar adalah cermin diriku. sebab kini aku tidak berasal dari diriku yang dahulu.”

Ungkapan al Busthomi tentang kefanaan dan penyatuan dengan Kekasihnya yang terlalu berlebihan dan agak Ganjil : ” Aku ini Allah, tidak ada Tuhan kecuali aku, maka sembahlah aku.” Katanya pula :”  Betapa sucinya Aku, betapa besarnya Aku.” Dan katanya:  “Aku keluar dari Abu Yazidku, seperti halnya ular keluar dari kulitnya,  dan pandanganku pun terbuka, dan ternyata sang pecinta, Yang dicinta, dan cinta adalah satu. Sebab manusia dalam alam penyatuan adalah satu.”

Ungkapan-ungkapan yang begini diucapkan dalam kondisi psikis yang tidak normal, yang diakibatkan suatu derita. Sebab ucapan itu, menurut para sufi, adalah gerakan-gerakan rahasia orang yang dominan intuisinya. Andaikan intuisi itu sedang kuat-kuatnya, maka mereka pun mengungkapkan intuisinya dengan ucapan yang dipandang ganjil oleh pendengarnya. Begitu juga dengan al Busthomi.

Nama Nama Neraka Dan Para Penghuninya

Malaikat Penjaga Neraka di pimpin oleh Malaikat Malik A.s, yang memiliki 19 malaikat yang bertugas menyiksa  para penghuni Neraka, salah satunya yang disebut namanya dalam Al-Qur’an adalah Malaikat Zabaniah A.s.
Dalam sebuah Hadist diterangkan: “Sesungguhnya penghuni neraka yang paling ringan balasannya ialah orang yang diberi sepasang sandal yang talinya terbuat dari api neraka, lalu mendidihlah otaknya karena panas, laksana air panas mendidih di dalam periuk. Dia mengira tiada seorangpun yang menerima balasan lebih dahsyat dari itu, padahal dialah orang yang mendapat balasan paling ringan.” (HR. Bukhari-Muslim)

Nama-nama Neraka :
1. Neraka Jahanam (QS 15:43)
Dihuni oleh para pengikut syetan.

2. Neraka Sya’iir (QS 84:12-13)
Dihuni oleh orang-orang kafir, tidak percaya terhadap akherat , juga untuk orang yang senang bila mendapat rezeki dan marah ketika susah memperoleh rezeki, orang yang memakan harta anak yatim. di jelaskan dalam Surah Al-Ahzab, Surah An-Nisa’, Surah Al-Fath, dan Surah Luqman.

3. Neraka Shaqor (QS 74:42-47)
Dihuni oleh orang yang tidak melaksanakan sholat, tidak mau memberi makan orang miskin, dan lainnya. orang yang mendustakan perintah Allah Swt dan rasul. Mereka mengetahui bahwa Allah Swt sudah menentukan hukum Islam melalui lisan Muhammad, tetapi mereka meremehkan syariat Islam. diterangkan dalam Surah Al-Muddassir.

4. Neraka Jahim (QS 26:91)
Dihuni oleh mereka yang menyembah berhala, Thagut (harta & tahta), juga untuk orang yang sesat, orang-orang musyrik atau orang yang menyekutukan Allah Swt. Mereka akan dibalas oleh para sesembahan mereka. Dalam ajaran Islam syirik adalah sebagai salah satu dosa paling besar menurut Allah Swt, karena syirik berarti menganggap bahwa ada makhluk yang lebih hebat dan berkuasa sehebat Allah Swt dan bisa pula menganggap bahwa ada Tuhan selain Allah. terdapat dalam Surah Asy-Syu’ara’ dan Surah As-Saffat.

5. Neraka Khuthomah (QS 104:1-9)
Dihuni oleh para pengumpat & pencela. orang yang gemar mengumpulkan harta berupa emas, perak, atau platina, mereka yang serakah tidak mau mengeluarkan zakat harta dan menghina orang miskin. Di neraka ini harta yang mereka kumpulkan akan dibawa dan dibakar untuk di minumkan sebagai balasan kepada manusia pengumpul harta. di jelaskan dalam Surah Al-Humazah.

6. Neraka Ladho (QS 70:15-18)
Dihuni oleh orang yang tidak beragama, menyimpan harta (kikir), orang yang suka mengumpulkan harta, serakah dan menghina orang miskin. Bagi mereka yang tidak mau bersedekah, membayar zakat, atau bahkan memasang muka masam apabila ada orang miskin datang meminta bantuan. di jelaskan dalam Surah Al-Ma’arij.

7. Neraka Hawiyah (QS 101:1-11)
Dihuni oleh orang yang sedikit amal kebaikannya, mereka yang selama hidupnya mengerjakan kebaikan bercampur dengan keburukan. Orang muslim laki dan perempuan yang tindak tanduknya tidak sesuai dengan ajaran agama Islam, seperti para wanita muslim yang tidak menggunakan jilbab, bagi para lelaki muslim yang sering memakai sutera dan emas, mencari rejeki dengan cara tidak halal, memakan riba' dan sebagainya, Hawiyah adalah sebagai tempat tinggalnya. di jelaskan dalam Surah Al-Qari’ah.

8. Neraka Wail
Dihuni Oleh para pengusaha atau pedagang yang licik, dengan cara mengurangi berat timbangan, mencalokan barang dagangan untuk mendapatkan keuntungan yang berlipat-lipat. Barang dagangan mereka akan dibakar dan dimasukkan kedalam perut mereka sebagai azab dosa-dosa mereka. di jelaskan dalam Surah Al-Tatfif dan Surah At-Tur.

Para penghuni neraka akan menjalani hukuman berupa balasan yang sangat pedih. Balasan yang mereka derita dalam neraka itu bermacam-macam sekali, sebagaimana yang di firmankan Allah Swt seperti berikut:
  • “Dalam neraka Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka.” (At-Taubah [9]:35)
  • “Ketika belenggu dan rantai dipasang di leher mereka, supaya mereka diseret, kedalam air yang sangat panas, kemudian mereka dibakar dalam api.”(Al-Mu’min [40]:71-72)
  • “Peganglah dia kemudian seretlah dia ketengah-tengah neraka. Kemudian tuangkanlah di atas kepalanya  (dari) air yang amat panas. Rasakanlah, sesungguhnya kamu orang yang perkasa lagi mulia.” (Ad-Dukhan [44]:47-49)
  • “Peganglah dia lalu belenggulah tangannya kelehernya. Kemudian masukkanlah dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala. Kemudian belitlah dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta.” (Al-Haqqah [69]:30-32)
  • “Maka orang kafir akan dibuatkan untuk mereka pakaian dari api neraka, disiramkan air yang sedang mendidih ke atas kepala-kepala mereka. Dengan air itu dihancur luluhkan segala apa yang ada di dalam perut mereka dan juga kulit-kulit mereka. Dan cambuk-cambuk dari besi. Setiap kali mereka hendak keluar dari neraka lantaran kesengsaraan mereka, maka mereka dikembalikan kedalamnya, (serta dikatakan kepada mereka): “Rasailah azab yang membakar ini.” (Al-Hajj [22]:19-22)
Semoga kita terhindar dari perbuatan yang akan menjerumuskan kita ke dalam neraka. “Ya Rabb tunjukilah kami kepada jalan yang lurus (yaitu) jalan orang-orang yang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. " (QS 1:6-7).

Bentuk Fisik Malaikat Jibril Ruhul Qudus

(Arab: جبريل ) adalah malaikat dalam ajaran agama samawi. Malaikat Jibril A.s adalah sebagai Pemimpin Malaikat dan bertugas menyampaikan wahyu dan mengajarkannya kepada para nabi dan rasul.
Malaikat Jibril A.s adalah satu dari tiga malaikat yang namanya disebut dalam Al-Qur'an. Nama Malaikat Jibril A.s disebut dua kali dalam Al-Qur'an yaitu pada surat Al Baqarah ayat 97-98 dan At Tahrim ayat 4.
Didalam Al-Qur’an, Malaikat Jibril A.s memiliki beberapa julukan, seperti Ruh al Amin dan Ruh al Qudus (Roh Kudus), Ar-Ruh Al-Amin dan lainnya.

Bentuk Fisik Ruhul qudus, ada tertera dalam uraian mengenai kisah nabi Muhammad Saw, kala beliau mendapat wahyu kali ke dua, dan nabi menuntut untuk bertemu atau melihat rupa asli sang utusan Tuhan dari langit dalam rupa yang asli, atau bagaimana sesungguhnya dzat wujud Malaikat Jibril A.s tanpa rupa samar, sebagaimana di kali-kali yang lain, sang utusan (Ruhul Qudus) selalu nampak dalam rupa seorang manusia biasa.
Ruhul Qudus ; Tampak wujudnya dengan enam ratus sayap antara masyrik dan maghrib, (barat-timur) sayap dan busana kebesarannya putih laksana mutiara yang larut, dengan rupa yang begitu elok dan rupawan, dan dengan kekuatan yang dahsyat penuh mukzijat.
Katakanlah: “Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya (Al-Qur'an) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman. Barang siapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir.
Malaikat Jibril A.s adalah malaikat yang menyampaikan berita kelahiran Nabi Isa A.s kepada ibunya Siti Maryam dan juga malaikat yang menyampaikan Al-Qur'an kepada Nabi Muhammad Saw.
Dalam kisah suci perjalanan Isra’ Mi’raj, sesampainya di Sidratul Muntaha, Malaikat Jibril A.s tidak sanggup lagi mendampingi Rasulullah Saw untuk terus naik menghadap kehadirat Allah Swt ;
beliau berkata : “Aku sama sekali tidak mampu mendekati Allah, perlu 60.000 tahun lagi aku harus terbang. Itulah jarak antara aku dan Allah Swt yang dapat aku capai. Jika aku terus juga ke atas, aku pasti hancur luluh”.
Maha Suci Allah, ternyata Malaikat Jibril A.s pun tidak sampai kepada Allah Swt.

Tugas Para Malaikat

Iman kepada malaikat adalah bagian dari Rukun Iman. meyakini adanya malaikat, walaupun kita tidak dapat melihat mereka, dan bahwa mereka adalah salah satu makhluk ciptaan Allah Swt. Allah Swt menciptakan mereka dari cahaya. Mereka menyembah Allah Swt dan selalu taat kepada-Nya, mereka tidak pernah berdosa. Tak seorang pun mengetahui jumlah pastinya, hanya Allah Swt saja yang mengetahui jumlahnya.

Walaupun manusia tidak dapat melihat malaikat tetapi jika Allah Swt berkehendak maka malaikat dapat dilihat oleh manusia, yang biasanya terjadi pada para Nabi dan Rasul. Malaikat selalu menampakan diri dalam wujud laki-laki kepada para nabi dan rasul. Seperti terjadi kepada Nabi Ibrahim A.s.
Di antara para malaikat yang wajib setiap orang Islam ketahui sebagai salah satu Rukun Iman, berdasarkan Al-Qur’an, hadits dan kitab-kitab. Nama  beserta tugas-tugas mereka adalah sebagai berikut:
  • Jibril - Pemimpin para malaikat, bertugas menyampaikan wahyu dan mengajarkannya kepada para nabi dan rasul.
  • Mikail - Membagi rezeki kepada seluruh makhluk.
  • Israfil - Meniup sangkakala pada hari kiamat.
  • Munkar dan Nakir - Memeriksa amal manusia di alam barzakh.
  • Izrail - Mencabut nyawa seluruh makhluk.
  • Ridwan - Menjaga pintu syurga.
  • Malik - Pemimpin Malaikat Zabaniah dan penjaga neraka.
  • Zabaniah - 19 malaikat penyiksa dalam neraka yang bengis dan kasar.
  • Hamalat al ‘Arsy - Empat malaikat pembawa ‘Arsy Allah, pada hari kiamat jumlahnya akan ditambah empat menjadi delapan.
  • Harut dan Marut - Dua Malaikat yang turun di negeri Babil.
  • Darda’il - tugasnya mencari orang yang berdo’a, bertaubat, minta ampun dan lainnya pada bulan Ramadhan.
  • Hafazhah (Para Penjaga):
    • Kiraman Katibin - Para malaikat pencatat yang mulia, ditugaskan mencatat amal manusia.
    • Mu’aqqibat - Para malaikat yang selalu memelihara/ menjaga manusia dari kematian sampai waktu yang telah ditetapkan yang datang silih berganti.
  • Malaikat Qarin - tugasnya sebagai pendamping manusia dari lahir hingga ajalnya, bertugas membisikkan hal-hal kebenaran dan kebaikan.
  • Malaikat Arham -  yang diperintahkan untuk meniupkan ruh, menetapkan rezeki, ajal, amal dan celaka atau bahagia pada 4 bulan kehamilan.
  • Jundallah - Para malaikat perang yang bertugas membantu nabi dalam peperangan.
  • As-Sijilli - Malaikat yang memberitahukan kepada Harut dan Marut tentang makhluk yang pernah membuat kerusakan dan pertumpahan darah dibumi.
  • Azh-Zhil - Malaikat yang mendampingi Nabi Ibrahim A.s ketika berada dikobaran api.
  • Ad-Dam’u - Malaikat yang selalu menangis jika melihat kesalahan manusia.
  • An-Nuqmah - Malaikat yang selalu berurusan dengan unsur api dan duduk disinggasana berupa nyala api, ia memiliki wajah kuning tembaga.

  • Ahlul Adli - Malaikat besar yang melebihi besarnya bumi besera isinya dikatakan ia memiliki 70 ribu kepala.
  • Ar-Ra’d - Malaikat pengatur awan dan hujan..
  • Malaikat berbadan api dan salju - Malaikat yang setengah badannya berupa api dan salju berukuran besar serta dikelilingi oleh sepasukan malaikat yang tidak pernah berhenti berdzikir.
  • Penjaga matahari - Sembilan Malaikat yang menghujani matahari dengan salju.
  • Malaikat Rahmat - Penyebar keberkahan, rahmat, permohonan ampun dan pembawa roh orang-orang shaleh, ia datang bersama dengan Malaikat Maut dan Malaikat`Adzab.

  • Malaikat Rokib dan Atid: Menjaga di kanan dan kiri manusia, Mencatat amal seluruh manusia.
  • Malaikat `Azab - Pembawa roh orang-orang kafir, dzalim, dan munafik. Ia datang bersama dengan Malaikat Maut dan Malaikat Rahmat.
  • Pembeda haq dan bathil - Para malaikat yang ditugaskan untuk membedakan antara yang benar dan salah kepada manusia dan jin.
  • Penentram hati - Para malaikat yang mendoakan seorang mukmin untuk meneguhkan pendirian sang mukmin tersebut.
  • Penjaga 7 pintu langit - 7 malaikat yang menjaga 7 pintu langit. Mereka diciptakan oleh Allah sebelum Dia menciptakan langit dan bumi.
  • Pemberi salam ahli surga - Para malaikat yang memberikan salam kepada para penghuni surga.
  • Pemohon ampunan orang beriman - Para malaikat yang terdapat disekeliling ‘Arsy yang memohonkan ampunan bagi kaum yang beriman.
  • Pemohon ampunan manusia di bumi - Para malaikat yang bertasbih memuji Allah Swt dan memohonkan ampun bagi orang-orang yang ada di bumi.
  • Pengatur urusan dunia - Malaikat yang mengatur urusan manusia didunia.
  • Pendengar bacaan Qur’an manusia - Para malaikat yang mendengarkan dan menelan bacaan Al-Qur’an ketika manusia shalat.
  • Pendo’a orang yang berinfaq dan orang kikir - Para malaikat yang berdo'a setiap pagi dan sore untuk orang yang berinfaq dengan do'a kebaikan dan penahan infaq dengan do'a kehancuran.
Nama Malaikat Maut dikatakan Izrail, tidak ditemukan sumbernya baik dalam Al-Qur'an maupun Hadits. Kemungkinan nama malaikat Izrail A.s didapat dari sumber Israiliyat. Dalam Al-Qur’an dia hanya disebut Malak al-Maut atau Malaikat Maut.
Malaikat Jibril A.s, walau namanya hanya disebut dua kali dalam Al-Qur’an, ia juga disebut di banyak tempat dalam Al-Qur’an dengan sebutan lain seperti Ruh al-Qudus, Ruh al-Amin/ Ar-Ruh Al-Amin, dan lainnya.
Dari nama-nama di atas ada beberapa yang disebut namanya secara spesifik di dalam Al-Qur’an, yaitu Jibril (QS 2 Al Baqarah: 97,98 dan QS 66 At Tahrim: 4), Mikail (QS 2 Al Baqarah: 98) dan Malik (QS Al Hujurat) dan lain-lain. Sedangkan Israfil, Munkar dan Nakir disebut dalam Hadits.

Kamis, 07 Februari 2013

Metode untuk Makrifat dengan Tuhan


Dalam Surat Al-Kahfi ayat 110, Allah Swt berfirman:  “Maka barang siapa yang ingin menemukan Allah, maka hendaklah ia mengerjakan amalan baik dan janganlah ia mempersekutukan siapapun dalam beribadah kepada Allah.” 
 
Ayat di atas itulah yang  menjadi pegangan mereka untuk mencapai tujuan bermakrifat dengan Tuhan . Para sufi menempuh berbagai  metode yang membawa mereka pada kondisi berpadu dengan Tuhan atau makrifat dengan Tuhan
Untuk mencapai Hakekat (liqa) bermakrifat dengan Tuhan, Kaum Sufi  mengadakan kegiatan bathin, Riadhah/latihan dan mujahadah/perjuangan rohani. Perjuangan seperti ini dinamakan suluk, dan yang mengerjakannya dinamakan Salik.  
Liqa Allah menjadi perhatian utama para sufi, seperti halnya Imam Ghozali membawa pengikutnya kepada Liqa bertemu dengan Tuhan/ makrifat dengan Tuhan ,
Metode yang para tersebut adalah:
  • Hulul (Tuhan menjelma ke dalam Insan) seperti ajaran Al-Hallaj. Katanya: “keinsananku tenggelam ke dalam Ketuhanan-Mu, tetapi tidak mungkin percampuran, sebab Ketuhanan-Mu itu senantiasa menguasai akan Keinsananku”.
  • Al-Isyraq ( Cahaya dari segala cahaya), seperti ajaran Abul Futuh Al-Suhrawardi. Beliau berkata, “Tujuan segala-galanya satu juga,  yaitu menuntut Cahayanya kebenaran dari Cahaya segala cahaya, yaitu Allah.
  • Ittihad ( Tuhan dan hamba berpadu menjadi satu), seperti ajaran Abu Yazid Bustami, Beliau berkata, ” Kami telah melihat Engkau maka Engkaulah itu, dan aku tidak ada disana“.
  • Ittisal (Hamba dapat menghubungkan diri dengan Tuhan) dan menentang faham Hulul dari al-Hallaj.
  • Wihdatul Wujud (Yang ada hanya satu) seperti ajaran Ibnu Araby, beliau berkata, “Al-Abidu wal Makbudu Wahidun” Yang menyembah dan yang disembah itu Satu.
  • Metode menurut Imam Ghozali, bahwa Wujud Tuhan meliputi segala Wujud. Tidak ada Wujud melainkan Allah Swt dan perbuatan (ciptaan) Allah Swt.  Allah  Swt dan perbuatannya adalah dua bukan satu. Alam ini adalah makhluk dan bukti adanya Khalik.
Walau para Sufi  menggunakan metode yang berbeda, tetapi pada akhirnya metode mereka itu dapat mengantarkannya pada kondisi Makfifat .

Penciptaan Nur Muhammad Awal Terciptanya Semua Makhluk

Sebelum semua makhluk diciptakan Allah, Nur Muhammad-lah yang pertama kali diciptakan. Di dalam hadits qudsi Allah Swt berfirman kepada Nabi Muhammad Saw: "Aku adalah perbendaharaan yang tersembunyi, Aku ingin dikenal kemudian Aku ciptakan alam (makhluk) agar Aku bisa dikenal." 

Dengan merenungkan tanda-tanda alam dan ayat-ayat Al-Qur’an kaum muslimin dapat memperoleh kilasan aspek Ke-Ilahian yang telah dituangkan di alam semesta yang oleh Al-Qur’an disebut sebagai wajah Allah Swt (Wajh-Allah).
Di dalam hadits qudsi tersebut di atas terdapat kalimat yang berbunyi: Kemudian Aku ciptakan alam (makhluk)….. Ini masih berbentuk cahaya dan cahaya itu terbagi-bagi sebagaimana pendapat Ka’ab bin Akbar R.a dalam kitab yang berjudul Madari: Yusu’ud (tangga-tangga kenaikan) yang di tulis oleh Syeikh Nawawi pada halaman 2 s/d 3, yang terjemahannya kurang lebih sebagai berikut: berkata Ka’ab bin Akbar R.a:
"Ketika Allah Swt hendak menciptakan Maujudat / makhluk, menghamparkan bumi dan meninggikan langit. Allah Swt menggenggam seganggam dari nur-Nya dan berfirman: Kun Muhammad, maka jadilah segenggam nur tadi menjadi sebuah tiang dari nur yang memancarkan cahaya sampai menembus hijab-hijab kegelapan. Lalu tiang itu bersujud dan berkata: Allahu Akbar. 
Allah berfirman kepada tiang nur itu: “Aku ciptakan kamu dan Aku beri nama kamu Muhammad. Darimu Ku-awali semua makhluk, dan darimu Ku-akhiri semua para utusan”. 
Kemudian Allah Swt membagi empat bagian. Kemudian Allah Swt ciptakan Lauhil Mahfudz dari bagian pertama. Lalu Qalam dari bagian yang kedua. 
Allah Swt berfirman : kepada Qalam, “Tulislah !” 
maka bergetarlah Qalam seribu tahun kedahsyatan kedahsyatan kitabullah. 
Lalu Qalam berkata, “Apa yang harus aku tulis ?” 
Allah Swt berfirman : “Tulislah Lailaaha Illallah Muhammadurrasulullah”. Maka Qalam menulis kalimat itu. Lalu Qalam diberi petunjuk tentang ilmu Allah Swt yang berkaitan dengan makhluk, kemudian Qalam menulis, Anak cucu Adam dari Sulbinya; siapa yang taat kepada Allah Swt akan masuk surga, siapa yang maksiyat kepada Allah Swt akan masuk neraka. 
Umat Nuh; siapa yang taat kepada Allah Swt masuk surga…
Umat Ibrahim; siapa yang taat kepada Allah Swt masuk surga, siapa maksiat…
Umat Musa; siapa yang taat kepada Allah Swt masuk surga, siapa maksiat kepada Allah Swt….
Umat Isa; siapa yang taat kepada Allah Swt masuk surga, siapa maksiat kepada Allah Swt…
Umat Muhammad; siapa yang taat kepada Allah Swt masuk surga, siapa maksiat kepada Allah Swt….
ketika Qalam mau menulis kalimat berikutnya ( masuk neraka ) tiba- tiba ada seruan dari Yang Maha Tinggi: “Hai Qalam beradablah kamu..!”
Maka pecahlah Qalam karena karena kedahsyatan seruan itu, dan sobek ujungnya berbentuk garis lurus, dengan tangan Kodrat maka jadilah adap. Qalam tidak bisa menulis kecuali pecah bergaris ujungnya. 
Lalu Allah Swt berfirman: “Tulislah, umat berdosa Tuhan Maha Pengampun” kemudian Allah Swt menciptakan Arasy dari bagian yang ke-tiga. Dari bagian yang ke-empat menjadi empat bagian:
  1. Bagian kesatu dijadikan akal
  2. Bagian kedua dijadikan ma’rifat ( agar dapat mengetahui)
  3. Bagian ketiga dijadikan cahaya Arsy dan sinar penglihatan serta seluruh cahaya termasuk siang ( matahari), sinar malam( bulan dan bintang). Semua cahaya ini berasal dari Nur Muhammad, Nur Muhammad adalah awal segala makhluk
  4. Bagian yang ke empat dititipkan di bawah arasy, sampai Allah Swt menciptakan Adam. Kemudian Allah Swt menitipkan bagian itu (nur Muhammad) pada punggung Adam, bersujudlah para Malaikat.
Kemudian Allah Swt memasukkan Adam ke surga, para Malaikat berbaris rapi di belakang Adam, menyaksikan nur tersebut. 
Adam A.s berkata: “Ya Allah kenapa para Malaikat berkumpul di belakangku?” 
Allah Swt berfirman : “Wahai Adam mereka melihat nur kekasihku Muhammad penutup para utusan yang Aku keluarkan (pancaran cahaya) dari punggung mu” 
Adam A.s berkata: “Ya Tuhan jadikan nur itu di depan saya, supaya saya bisa melihat dan berhadapan dengan malaikat”. Maka Allah Swt memindahkan nur itu pada dahi nabi Adam A.s, Malaikat berbaris di depan Adam A.s. 
Adam A.s berkata: “Ya Tuhan, jadikan Nur ini di tempat yang aku bisa melihat."

Maka Allah Swt jadikan Nur itu pada telunjuk Adam. Adam A.s bisa melihat Nur itu bertambah bagus, megah dan Adam A.s mendengar Nur itu bertasbih penuh keagungan, kemudian Nur itu pindah ke Hawa (istri Adam A.s), seperti matahari yang bersinar.
Kemudian ditentukan permulaan para utusan dari Nabi Sis A.s. Maka hilanglah Nur itu di wajah Hawa pindah ke Nabi Sis A.s. 
Lalu Adam A.s mengambil sumpah Nabi Sis A.s. Bahwasanya: “Tidak akan menyimpan Nur itu kecuali dari yang suci ke yang suci, dari yang mulia ke yang mulia,” 
Sampai pada sulbi Abdullah bin Abdul Mutholib. Kemudian Allah Swt  mengeluarkannya ke dunia ini dan menjadikannya Raja para Utusan Rahmatan lil alamin dan seorang panutan yang memancarkan cahaya yang terang benderang.
Demikian dikala Nabi Muhammad Saw. Diturunkan ke dunia, beliau disinari cahaya yang terang benderang sehingga, cahaya matahari yang menyinarinya tidak bisa memberi bayangan, dikarenakan cahaya Nur Muhammad lebih terang dari pada sinar matahari, itu terjadi di sepanjang hidup sampai beliau wafat. Dan siapa generasi penerusnya setelah Rasulullah Saw. wafat?

Melihat dari sumpah Nabi Adam A.s. yang berbunyi tidak akan menyimpan Nur itu kecuali dari yang suci ke yang suci, dari yang mulia ke yang mulia. Mengingat risalah yang di bawa oleh Rasulullah Saw. Dan dilanjutkan para pewarisnya yaitu para sahabat, para wali yang suci, dan para tabiin serta para ulama’ (yang disucikan dan yang dimuliakan oleh Allah Swt.)

Jadi manusia yang dititipi Nur Muhammad, adalah orang-orang yang suci dan orang-orang yang dimuliakan oleh Allah Swt. Adapun orang- orang yang mensucikan diri sehingga ia mencapai pada tingkat kesucian ruh mereka diberi petunjuk untuk menuju ke jalan yang sampai kepada ruhnya ruh Nur Muhammad, karena ruh tercipta dari percikan Nur Muhammad dikala bersujud dan bertasbih kepada Allah Swt selama ribuan tahun. Sumber dari Penciptaan Nur Muhammad Awal Terciptanya Semua Makhluk.

Makrifat Haji
Keterangan berikut adalah suntingan dari kitab ‘Sirrul Asrar Fi Ma Yahtaju Ilayhil Abrar’ oleh Ghawthul A’zham Shaikh Muhyiddin Abdul Qadir Jilani R.a
Maka berkata Shaikhuna; tentang Nur Muhammad (yaitu hakikat Muhammad) – atau ringkasnya asal kejadian.
Semoga Allah Swt memberikan kamu kejayaan di dalam amalan-amalan kamu yang disukai-Nya dan Semoga kamu memperoleh keridlaan-Nya. Fikirkan, tekankan kepada pemikiran kamu dan fahamkan apa yang aku katakan.
Allah Yang Maha Tinggi pada permulaannya menciptakan cahaya Muhammad daripada cahaya suci Keindahan-Nya. Dalam hadis Qudsi Allah Swt berfirman;
“Aku ciptakan ruh Muhammad daripada cahaya Wajah-Ku”.
Ini dinyatakan juga oleh Nabi Muhammad Saw dengan sabdanya:
“Mula-mula Allah ciptakan ruhku. Pada permulaannya diciptakan-Nya sebagai ruh suci”.
“Mula-mula Allah ciptakan Qalam”.
“Mula-mula Allah ciptakan Akal”.
Apa yang dimaksudkan sebagai ciptaan permulaan itu ialah ciptaan hakikat kepada Nabi Muhammad Saw; kebenaran tentang Muhammad yang tersembunyi. Dia juga diberi nama yang indah-indah.
Dia dinamakan Nur, cahaya suci karena dia dipersucikan dari kegelapan yang tersembunyi di bawah sifat Jalal Allah Swt.
Allah Yang Maha Tinggi berfirman:
قَدْ جَآءَكُمْ مِّنَ اللَّهِ نُورٌ وَكِتَـبٌ مُّبِينٌ
“Sesungguhnya telah datang kepada kamu dari Allah, cahaya dan kitab yang menerangkan”. – Al-Maaidah, ayat 15

Dia dinamakan Aqal yang meliputi (akal universal) karena dia telah melihat dan mengenali segala-galanya.
Dia dinamakan Qalam kerana dia menyebarkan hikmah dan ilmu dan dia mencurahkan ilmu ke dalam huruf-huruf.
Roh Muhammad adalah Dzat atau hakikat kepada segala kejadian, permulaan dan kenyataan alam maya. Baginda Saw menyatakan hal ini dengan sabdanya;
“Aku daripada Allah dan sekalian yang lain daripadaku”.
Allah Yang Maha Tinggi menciptakan sekalian roh daripada roh baginda Saw di dalam alam kejadian yang pertama, dalam bentuk yang paling baik. ‘Muhammad’ adalah nama kepada sekalian kemanusiaan di dalam alam arwah. Dia adalah sumber, asal usul dan kediaman bagi sesuatu dan segala-galanya."

Karomah Sahabat-Sahabat Rasulullah Saw


Karomah Abu Bakar Assidiq, Mengetahui Kematiannya

‘Aisyah bercerita, ‘Ayahku (Abu Bakar Ash-Shiddiq) memberiku 20 wasaq kurma (1 wasaq = 60 gantang) dari hasil kebunnya di hutan. Menjelang wafat, beliau berwasiat, `Demi Allah, wahai putriku, tidak ada seorang pun yang lebih aku cintai ketika aku kaya selain engkau, dan lebih aku muliakan ketika miskin selain engkau. Aku hanya bisa mewariskan 20 wasaq kurma, dan jika lebih, itu menjadi milikmu. Namun, pada hari ini, itu adalah harta warisan untuk dua saudara laki-laki dan dua saudara perempuanmu, maka bagilah sesuai aturan Al-Qur’an.’
Lalu aku berkata, `Ayah, demi Allah, beberapa pun jumlah harta itu, aku akan memberikannya untuk Asma’, dan untuk siapa lagi ya?’ 
Abu Bakar menjawab, `Untuk anak perempuan yang akan lahir.”‘ (Hadis sahih dari `Urwah bin Zubair)

Menurut Al Taj al-Subki, kisah di atas menjelaskan bahwa Abu Bakar R.a. memiliki dua karamah.
Pertama, mengetahui hari kematiannya ketika sakit, seperti diungkapkan dalam perkataannya, “Pada hari ini, itu adalah harta warisan.”
Kedua, mengetahui bahwa anaknya yang akan lahir adalah perempuan. Abu Bakar mengungkapkan rahasia tersebut untuk meminta kebaikan hari `Aisyah agar memberikan apa yang telah diwariskan kepadanya kepada saudara-saudaranya, memberitahukan kepadanya tentang ketentuan-ketentuan ukuran yang tepat, memberitahukan bahwa harta tersebut adalah harta warisan dan bahwa ia memiliki dua saudara perempuan dan dua saudara laki-laki. Indikasi yang menunjukkan bahwa Abu Bakar meminta kebaikan hati ‘Aisyah adalah ucapannya yang menyatakan bahwa tidak ada seorang pun yang ia cintai ketika ia kaya selain `Aisyah (puterinya). Adapun ucapannya yang menyatakan bahwa warisan itu untuk dua saudara laki-laki dan dua saudara perempuanmu menunjukkan bahwa mereka bukan orang asing atau kerabat jauh.

Ketika menafsirkan surah Al-Kahfi, Fakhrurrazi sedikit mengungkapkan karamah para sahabat, di antaranya karamah Abu Bakar R.a. Ketika jenazah Abu Abu Bakar dibawa menuju pintu makam Nabi Saw, jenazahnya mengucapkan “Assalamu 'alaika yaa Rasulullah, Ini aku Abu Bakar telah sampai di pintumu.” 
Mendadak pintu makam Nabi terbuka dan terdengar suara tanpa rupa dari makam, “Masuklah wahai kekasihku ( Abu Bakar )”

Ali bin Abi Thalib R.a : Berbicara Pada Penghuni Kubur

Sid bin Musayyab menceritakan bahwa ia dan para sahabat menziarahi makam-makam di Madinah bersama `Ali bin Abi Thalib R.a.
Ali lalu berseru, “Wahai para penghuni kubur, semoga dan rahmat dari Allah senantiasa tercurah kepada kalian, beritahukanlah keadaan kalian kepada kami atau kami akan memberitahukan keadaan kami kepada kalian.” 
Lalu terdengar jawaban, “Semoga keselamatan, rahmat, dan berkah dari Allah senantiasa tercurah untukmu, wahai amirul mukminin. Kabarkan kepada kami tentang hal-hal yang terjadi setelah kami.” 
Ali berkata, “Istri-istri kalian sudah menikah lagi, kekayaan kalian sudah dibagi, anak-anak kalian berkumpul dalam kelompok anak-anak yatim, bangunan-bangunan yang kalian dirikan sudah ditempati musuh-musuh kalian. Inilah kabar dari kami, lalu bagaimana kabar kalian?”
Salah satu mayat menjawab, “Kain kafan telah koyak, rambut telah rontok, kulit mengelupas, biji mata terlepas di atas pipi, hidung mengalirkan darah dan nanah. Kami mendapatkan pahala atas kebaikan yang kami lakukan dan mendapatkan kerugian atas kewajiban yang yang kami tinggalkan. Kami bertanggung jawab atas perbuatan kami.” (Riwayat Al-Baihagi)

Karomah Abu Bakar R.a, Makanan Jadi Lebih Banyak

Kisah ini diceritakan oleh ‘Abdurrahman bin Abu Bakar R.a, bahwa ayahnya datang bersama tiga orang tamu hendak pergi makan malam dengan Nabi Muhammad Saw. Kemudian mereka datang setelah lewat malam. 
Istri Abu Bakar bertanya, “Apa yang bisa kau suguhkan untuk tamumu?” 
Abu Bakar balik bertanya, “Apa yang kau miliki untuk menjamu makan malam mereka?”
Sang istri menjawab, ‘Aku telah bersiap-siap menunggu engkau datang.” 
Abu Bakar berkata, “Demi Allah, aku tidak akan bisa menjamu mereka selamanya.” 
Abu Bakar mempersilakan para tamunya makan. Salah seorang tamunya berujar, “Demi Allah, setiap kami mengambil sesuap makanan, makanan itu menjadi bertambah banyak. Kami merasa kenyang, tetapi makanan itu malah menjadi lebih banyak dari sebelumnya.”
Abu Bakar melihat makanan itu tetap seperti semula, bahkan jadi lebih banyak, lalu dia bertanya kepada istrinya, “Hai ukhti Bani Firas, apa yang terjadi?” 
Sang istri menjawab, “Mataku tidak salah melihat, makanan ini menjadi tiga kali lebih banyak dari sebelumnya.” 
Abu Bakar menyantap makanan itu, lalu berkata, “Ini pasti ulah setan.”
Akhirnya Abu Bakar membawa makanan itu kepada Rasulullah Saw dan meletakkannya di hadapan beliau. Pada waktu itu, sedang ada pertemuan antara katun muslimin dan satu kaum. Mereka dibagi menjadi 12 kelompok, hanya Allah Yang Maha Tahu berapa jumlah keseluruhan hadirin. Beliau menyuruh mereka menikmati makanan itu, dan mereka semua menikmati makanan yang dibawa Abu Bakar. (HR Bukhari dan Muslim)

Kisah Karomah Utsman bin ‘Affan R.a.

Dalam kitab Al-Thabaqat, Taj al-Subki menceritakan bahwa ada seorang laki-laki bertamu kepada Utsman. Laki-laki tersebut baru saja bertemu dengan seorang perempuan di tengah jalan, lalu ia menghayalkannya. 
Utsman berkata kepada laki-laki itu, “Aku melihat ada bekas zinah di matamu.” 
Laki-laki itu bertanya, “Apakah wahyu masih diturunkan setelah Rasulullah Saw wafat?” 
Utsman menjawab, “Tidak, ini adalah firasat seorang mukmin.” 
Utsman R.a. mengatakan hal tersebut untuk mendidik dan menegur laki-laki itu agar tidak mengulangi apa yang telah dilakukannya.

Selanjutnya Taj al-Subki menjelaskan bahwa bila seseorang hatinya jernih, maka ia akan melihat dengan nur Allah, sehingga ia bisa mengetahui apakah yang dilihatnya itu kotor atau bersih. Maqam orang-orang seperti itu berbeda-beda. Ada yang mengetahui bahwa yang dilihatnya itu kotor tetapi ia tidak mengetahui sebabnya. Ada yang maqamnya lebih tinggi karena mengetahui sebab kotornya, seperti ‘Utsman R .a. Ketika ada seorang laki-laki datang kepadanya, `Utsman dapat melihat bahwa hati orang itu kotor dan mengetahui sebabnya yakni karena menghayalkan seorang perempuan.
Ibnu `Umar R.a. menceritakan bahwa Jahjah al- Ghifari mendekati ‘Utsman R.a. yang sedang berada di atas mimbar. Jahjah merebut tongkat ‘Utsman, lalu mematahkannya. Belum lewat setahun, Allah Swt menimpakan penyakit yang menggerogoti tangan Jahjah, hingga merenggut kematiannya. (Riwayat Al-Barudi dan Ibnu Sakan)

Ali bin Abi Thalib R.a : Menyembuhkan Orang Lumpuh

Kisah Ali bin Abi Tholib ini terdapat dalam kitab Al-Tabaqat, Taj al-Subki meriwayatkan bahwa pada suatu malam, `Ali dan kedua anaknya, Hasan dan Husein R.a. mendengar seseorang bersyair :
“Hai Zat yang mengabulkan doa orang yang terhimpit kedzaliman
Wahai Zat yang menghilangkan penderitaan, bencana, dan sakit
Utusan-Mu tertidur di rumah Rasulullah sedang orang-orang kafir mengepungnya
Dan Engkau Yang Maha Hidup lagi Maha Tegak tidak pernah tidur Dengan kemurahan-Mu, ampunilah dosa- dosaku
Wahai Dzat tempat berharap makhluk di Masjidil Haram
Kalau ampunan-Mu tidak bisa diharapkan oleh orang yang bersalah
Siapa yang akan meng-anugerahi nikmat kepada orang-orang yang durhaka.”
Ali lalu menyuruh orang mencari si pelantun syair itu. Pelantun syair itu datang menghadap Ali seraya berkata, “Aku, yaa Amirul mukminin!”
Laki- laki itu menghadap sambil menyeret sebelah kanan tubuhnya, lalu berhenti di hadapan Ali.
Ali bertanya, “Aku telah mendengar syairmu, apa yang menimpamu?”
Laki-laki itu menjawab, “Dulu aku sibuk memainkan alat musik dan melakukan kemaksiatan, padahal ayahku sudah menasihatiku bahwa Allah memiliki kekuasaan dan siksaan yang pasti akan menimpa orang-orang dzalim. Karena ayah terus-menerus menasihati, aku memukulnya. Karenanya, ayahku bersumpah akan mendo'akan keburukan untukku, lalu ia pergi ke Mekkah untuk memohon pertolongan Allah. Ia berdo'a, belum selesai ia berdo'a, tubuh sebelah kananku tiba-tiba lumpuh. Aku menyesal atas semua yang telah aku lakukan, maka aku meminta belas kasihan dan ridha ayahku sampal la berjanji akan mendo'akan kebaikan untukku jika Ali mau berdo'a untukku. Aku mengendarai untanya, unta betina itu melaju sangat kencang sampai terlempar di antara dua batu besar, lalu mati di sana.”

Ali lalu berkata, “Allah akan meridhaimu, kalau ayahmu meridhaimu.”
Laki-laki itu menjawab, “Demi Allah, demikianlah yang terjadi.”
Kemudian ‘Ali berdiri, shalat beberapa rakaat, dan berdo'a kepada Allah dengan pelan, kemudian berkata, “Hai orang yang diberkahi, bangkitlah!”
Laki-laki itu berdiri, berjalan, dan kembali sehat seperti sedia kala.
”Jika engkau tidak bersumpah bahwa ayahmu akan meridhaimu, maka aku tidak akan mendoakan kebaikan untukmu.” `Kata Ali bin Abi Tholib

Karomah Umar bin Khattab R.a

Umar bin Khattab adalah sahabat Rasul yang diberi karomah dapat berbicara dengan Tuhan. Rasulullah Saw bersabda, “Sungguh pada umat terdahulu terdapat Muhaddatsun, yakni orang-orang yg berbicara dengan Tuhan. Jika salah seorang mereka ada pada umatku, maka tentu Umar bin al-Khattab”.
Allah Swt telah memberikan al-firasah kepada al-muhaddats (seorang Wali mitra dialog Allah Swt) karena hijab diantara Wali dengan Allah Swt sudah terangkat, Firasat seperti inilah yang dialami oleh Umar bin Khattab ketika beliau berdasar ilham berbicara dimimbar di madinah (sedang ceramah di masjid nabawi), memberikan perintah kepada Sariyah ibn Zunaym, panglima tentaranya (yang pada saat itu sedang berperang dan tentaranya kocar-kacir terkepung pasukan kafir di Irak/persia).
Umar bin Khattab berkata (berteriak) : “Wahai Sariyah ibn Zunaym, di atas bukit! di atas bukit!”.  
Para tentara (muslimin) yang sedang berperang di Irak itu mendengar perintah Umar bin Khattab, padahal mereka berada di tempat yang sangat jauh dalam jarak perjalanan satu bulan dari madinah.
Mereka (pasukan muslimin) kemudian menuju ke atas bukit itu dan memperoleh kemenangan atas musuh, berkat pertolongan Allah Swt melalui perintah Umar bin Khattab R.a tersebut” (Apakah Wali itu ada?, 2005)

Karomah Syeikh Abdul Qodir Jailani : Mujahadah

Syeikh Abu Suud al-Harimi meriwayatkan bahwa beliau pernah mendengar Syeikh Abdul Qodir berkata, “Selama 25 tahun aku mendiami padang pasir iraq, tidak pernah bertemu dengan orang dan ditemukan orang. Pada masa itu, sekelompok jin dan Rijal ghaib datang kepadaku dan aku mengajarkan jalan menuju Allah Swt kepada mereka. Nabi Khidir A.s menemaniku pada saat aku tiba di Iraq untuk pertama kali walaupun dan aku tidak pernah berjumpa dengan beliau sebelumnya. Beliau mengajukan syarat kepadaku untuk tidak membantahnya dan berkata kepadaku, “Duduk disini”. 
Aku pun duduk ditempat itu selama tiga tahun dan setiap tahun beliau mendatangiku dan berkata, “Tetap ditempatmu sampai aku datang”.

Pada masa itu, dunia serta segala kemewahan dan keindahannya menjelma dan datang kepadaku namun Allah Swt melindungiku dari semua itu. Kemudian setan mendatangiku dengan bentuk yang menakutkan dan memerangiku namun Allah Swt menguatkanku. Allah Swt tampakkan pula nafsuku dalam bentuk yang terkadang tunduk kepada apa yang aku inginkan tapi kadang pula memerangiku dan Allah Swt memenangkan aku atas dirinya. Semua metode mujahadah aku jalani pada masa awal perjalanan spiritualku. Bertahun-tahun lamanya aku menempati pinggiran kota menempa diri. Adakalanya selama setahun aku hanya memakan makanan sisa dan tidak minum. Kemudian pada tahun berikutnya, aku hanya minum dan tidak makan kemudian pada tahun berikutnya tidak makan dan minum serta tidak tidur selama setahun.
Pada suatu malam yang sangat dingin aku tertidur di Iwan al-Kisra dan bermimpi basah. Aku bangun dan langsung mandi kemudian tidur dan kembali bermimpi. Aku kembali bangun, pergi ke sungai dan mandi besar. Pada malam itu aku berjunub dan mandi sebanyak 40 kali. Akhirnya aku memanjat menara (Iwan) karena takut akan bermimpi lagi.
Bertahun-tahun aku hanya tinggal disebuah gubuk reyot dan hanya makan kain bajuku. Setiap tahun seseorang memakai jubah sufi datang kepadaku dan memasukkan aku ke 1000 fan hingga aku melupakan dunia. Saat itu aku hanya dikenal sebagai si bodoh atau si gila dan berjalan dengan bertelanjang kaki. Aku selalu melewati rintangan yang ada dan tidak takhluk kepada nafsu dan tdk pula tergoda dengan kemewahan dunia” (Mahkota Para Aulia, 2005)

Karomah Syeikh Abdul Qodir Jailani : Bertemu Nabi Khidir as

Taqiyuddin Muhammad al-Waidz al-Lubnani dalam kitabnya Al-Mausum bi Raudhah al-Abrar wa Mahasin al-Akhyar meriwayatkan ketika Syeikh Abdul Qodir diusia 18 tahun hendak memasuki kota Baghdad, beliau menjumpai Nabi Khidir A.s berdiri didepan pintu, menghalanginya masuk dan berkata, “Aku tidak memiliki perintah yang memperbolehkanmu memasuki baghdad hingga 7 tahun ke depan”.  
Syeikh Abdul Qodir akhirnya bermukim ditepian Baghdad dan hidup dari sisa-sisa makanan selama 7 tahun.

Hingga pd suatu malam ditengah hujan deras, sebuah suara berkata kepadanya, “Abdul Qodir, masuklah ke baghdad”. 
Beliau pun memasuki Baghdad dan menuju ke musholla Syeikh Hamad bin Muslim ad-Dabbas. Sebelum beliau tiba syaikh Hamad memerintahkan murid-muridnya untuk mematikan lampu dan menutup semua pintu.
Ketika tiba dan mendapati pintu tertutup serta lampu sudah dimatikan, Syeikh  Abdul Qodir duduk didepan pintu dan tertidur lalu bermimpi basah. Bangun dari tidurnya beliau langsung mandi besar lalu kembali tidur dan kembali bermimpi. Beliau kemudian bangun dan mandi besar. Hal tersebut terus terulang sebanyak 17 kali.
Saat shubuh tiba, pintu dibuka dan masuklah Syeikh Abdul Qodir. 
Syeikh  Hamad bangkit menyambutnya, memeluknya dan menangis sambil berkata, “Anakku Abdul Qodir, saat ini negeri ini milik kami dan besok akan menjadi milikmu. Apabila engkau berkuasa kelak, berlaku adillah terhadap orang tua ini”. (Mahkota Para Aulia, 2005)

Karomah Anas bin Malik R.a dan Umar bin Khottob R.a

Sosok Anas bin Malik R.a sangatlah sederhana. Anas bin Malik sebagai seorang sahabat banyak sekali memiliki kekurangan. Anas adalah orang yang tidak memiliki keahlian, apalagi dalam hal berperang serta dikenal kurang pintar. Namun Umar bin Khattab malah memberikan Anas kepercayaan untuk selalu mendampinginya dalam melakukan perjalanan mensyiarkan syariat islam.
Dibalik kekurangannya itu, Anas ternyata seorang yang taat dalam beribadah. Selain itu kebaikan hati yang ia miliki menjadikan Umar semakin mempercayainya. Suatu hari Umar mengajak Anas untuk mendampinginya melakukan perjalanan menuju suatu daerah. “Anas bin Malik, maukah kau menemaniku melakukan perjalanan?” tanya umar pada Anas yang  sedang berdzikir.
Ternyata Anas diam tidak menjawab pertanyaan Umar. Sehingga Umar bergegas meninggalkan Anas karena mengira tidak mau menemaninya.

DIKEPUNG PERAMPOK
Jauh sudah perjalanan umar dalam melakukan perjalanan, tapi tanpa disadari umar, anas sudah berada dibelakangnya. Anas yang sudah ketinggalan jauh tiba-tiba berada didekat umar. Umar yang baru menyadari itu langsung tercengang karena kaget. “Sejak kapan kau berada dibelakangku?” tanya umar pada Anas
“Aku mulai berangkat menyusulmu seusai sholat ashar dan aku melihat bayanganmu, akhirnya aku ada dibelakangmu “ jawab anas dengan lugunya.
Betapa umar makin terkejut, karena ia berangkat sudah sehari sebelumnya, tepatnya seusai sholat malam ia baru memulai perjalanan. Ia yakin perjalanan yang ia tempuh sudah sangat jauh. Tapi anas yang baru saja berangkat langsung bisa menyusulnya. Walaupun umar terkagum-kagum menyadari keajaiban itu, umar hanya hanya diam dan tersenyum sendiri.
Pada perjalanan malam, sampailah mereka ditempat yang sangat sepi dan gelap. Mereka memutuskan untuk beristirahat. Tidak lama beristirahat, tiba-tiba ada lima perampok. Anas yang tidak memiliki keahlian apapun sangat kebingungan, karena tidak tahu harus melakukan apa untuk menyelamatkan umar. Akhirnya anas mengajak umar untuk menaiki kuda dan mengendalikan kudanya sekencang-kencangnya. Namun, perampok itu juga menaiki kudanya dan lebih kencang dari mereka berdua. Perampok itu terus mengejar umar dan anas.
Sampai akhirnya perampok itu berhasil menyusul anas dan umar. Perampok itu mengeluarkan pisau untuk menodong. Anas yang kala itu berdo'a terus agar bisa melakukan sesuatu untuk menyelamatkan umar, secara tiba-tiba kuda perampok itu langsung berhenti dan tidak mau digerakkan. Ternyata do'a anas adalah, “Ya Allah, aku mohon hentikan kuda perampok itu”.

BERKUDA DI LAUT
Anas dan Umar terus menunggangi kuda dengan sangat kencang dan mereka tidak memperhatikan jalan yang mereka lewati, sampai akhirnya mereka tersesat disuatu tempat yang sudah tidak ada jalan dan didepannya hanya ada laut. Belum sempat Umar menuturkan satu kata pun pada Anas, Anas langsung bertanya, “Kenapa berhenti hai wahai Umar?”
“Bagaimana aku bisa menjalankan kuda ini, jika jalan yang harus kita lewati adalah laut” jawab Umar
“Insya Allah kita bisa melewati jalan ini, Bismillah” tutur Anas sembari menjalankan kudanya menyebarangi laut yang berada didepannya.
Umar pun langsung mengikuti Anas dan betapa terkejutnya Umar, karena ia dan Anas benar-benar bisa melewati lautan yang luas itu. Kuda terus berjalan seolah terbang diatas lautan. Setibanya didaratan, umar meminta anas untuk beristirahat.
“Baiklah Umar, kita istirahat disini, aku juga sangat lelah” jawab Anas
Sewaktu anas pergi untuk mencari buah-buahan, umar terkejut setelah menyentuh kaki kudanya yang tetap kering meski melewati lautan, “Sungguh keajaiban” tutur umar dalam hati. (Kisah Hikmah, 2011)

Karomah Syeh Abdul Qadir Jailani : Godaan Iblis

Syeikh Utsman Shairafi meriwayatkan bahwa Syeikh Abdul Qodir bercerita, “Siang maupun malam aku tinggal di padang pasir, bukan di baghdad. Sepanjang masa itu, para setan mendatangiku berbaris dengan rupa yang menakutkan, menyandang senjata dan melontari aku dengan api. Namun, saat itu pula aku mendapatkan keteguhan dalam hati yang tak dapat aku ceritakan dan aku mendengar suara dari dalam hatiku yang berkata, “Bangkit Abdul Qodir, telah Kami teguhkan engkau dan Kami dukung engkau”
dan ketika aku bangkit mereka pun kocar-kacir, kembali ke tempat mereka semula.
Setelah itu ada satu setan mendatangiku dan mengancamku dengan berbagai ancaman. Aku bangun dan menamparnya hingga dia lari pontang-panting. Kemudian aku baca “Lahaula Wala Quata illa Billah Al-Ali Al-Adzim” (tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Swt) dan terbakarlah dia.
Di lain waktu setan mendatangiku dalam rupa seorang yang buruk rupa dan berbau busuk, dia berkata kepadaku, “aku iblis datang untuk melayanimu karena aku dan para pengikutku telah putus asa terhadap dirimu”.
“Pergi” cetusku kepadanya,
“Aku tidak percaya dengan apa yang engkau ucapkan”. Saat itu muncul tangan dari langit memukul ubun-ubunnya hingga iblis tersebut terbenam kedalam bumi.
Kedua kalinya, iblis tersebut mendatangiku dg membawa sebuah bola api untuk untuk menghancurkan aku. Ketika itu datanglah seorang berjubah mengendarai seekor kuda memberikan sebilah pedang kepadaku. Melihat hal ini sang iblis mundur, tidak jadi menyerangku.
Ketiga kalinya, aku melihat iblis duduk jauh dariku sambil menaburkan tanah diatas kepalanya seraya berkata, “aku putus asa terhadap dirimu wahai Abdul Qodir”. “Aku tetap curiga kepadamu” jawabku kepadanya.
Mendengar jawabanku si iblis berkata, “ini lebih dahsyat daripada bala”
Kemudian disingkapkan kepadaku berbagai jaring.  
“apa ini?” tanyaku.
 “Ini” jawab sebuah suara “adalah jaring-jaring dunia yang menjerat orang-orang sepertimu”.
Aku pun berpaling dan melarikan diri darinya. Aku habiskan satu tahun untuk memeranginya hingga aku dapat lepas dari semua itu. Setelah itu disingkapkan kepadaku berbagai sebab yang berhubungan dengan diriku.  
“Apa ini?” tanyaku.
“Ini adalah sebab musabab kemakhlukan yang berhubungan dengan dirimu” jawab suatu suara kepadaku. Aku pun menghadapinya selama satu tahun sampai hatiku dapat lepas dari semua itu.
Tahap selanjutnya, disingkapkan kepadaku isi dadaku dan aku melihat hatiku bergantung kepada berbagai hubungan. Aku kembali bertanya, “Apa ini?”.
Suara tersebut menjawab, “Ini adalah kemauan dan pilihanmu”.
 Jawaban tersebut membuatku menghabiskan satu tahun lainnya untuk memerangi hingga aku dapat lepas dari semua itu.
Berikutnya disingkapkan kepadaku jiwaku dan aku melihat berbagai penyakitnya masih bercokol, hawa nafsunya masih hidup dan setan yang ada didalamnya masih melawan. Aku memerlukan setahun lainnya untuk memerangi semua itu hingga berbagai penyakit hati hilang, hawa nafsunya mati, dan setan berhasil aku tundukkan. Dengan demikian segala sesuatu hanya untuk Allah Swt semata.
Pada tahap ini, aku benar-benar sendiri, semua yang eksis aku tinggalkan dibelakang dan aku tetap belum berhasil mencapai JUNJUNGANKU. Aku seret diriku ke pintu tawakal agar dapat masuk menemui-Nya. Namun setibanya aku dipintu tersebut, aku mendapatkan kerumunan orang yang membuatku mundur. Begitu pula dipintu syukur, kekayaan, kedekatan, penyaksian (musyahadah), semuanya penuh dengan orang-orang. Akhirnya aku menyeret diriku ke pintu kefakiran. Aku dapati pintu tersebut kosong dari orang-orang, maka aku memasukinya dan mendapatkan dalamnya berisi semua yang aku tinggalkan dan HARTA KARUN PALING BESAR DAN KEMULIAAN PALING AGUNG (Allah Swt).
(Mahkota Para Aulia, 2005)

Karomah Syeikh Abdul Qodir Jailani : Kejujuran

Syeikh Muhammad bin Qaid al-Awani meriwayatkan : Pada suatu hari beliau bertanya kepada sang Syeikh, “Apa yang membuatmu dapat meraih derajad ini?” Beliau menjawab, “Kejujuran, tidak pernah sekalipun aku berbohong bahkan ketika aku masih menuntut ilmu”. 
Kemudian Syeikh Abdul Qodir melanjutkan, “Ketika tiba hari arafah saat aku keil, aku pergi kesekitar Baghdad dan menggembala sapi. 
Tiba tiba sapi tadi menolehkan kepalanya kepadaku dan berkata, “Abdul Qodir! Bukan untuk ini engkau diciptakan”.
Masih dalam keadaan terkejut aku pulang ke rumah dan naik ke atas atap. Disana aku melihat orang-orang sedang melaksanakan Wukuf di Arafah. Aku turun dan berkata kepada ibuku, “Ibu, serahkan diriku kepada Allah Swt dan izinkan aku pergi ke Baghdad menuntut ilmu”.
Ketika beliau menanyakan apa yang menyebabkan aku mengajukan permintaan tersebut, aku pun menceritakan kisah di atas dan beliau menangis. Kemudian beliau mengambil 80 dinar uang peninggalan ayahku dan memberikannya kepadaku. Aku tinggalkan 40 dinar untuk adikku dan ibu menjahitkan uang tersebut dibalik bajuku. Beliau memintaku  untuk berjanji akan selalu jujur dalam kondisi apapun. Aku menyanggupi hal tersebut. Ketika akan melepasku pergi, beliau berkata kepadaku, “Pergilah, aku serahkan engkau kepada Allah Swt. Wajah ini tidak akan aku lihat lagi sampai hari kiamat”.
Aku pun pergi ke Baghdad mengikuti sebuah khafilah kecil. Namun setibanya kami di Rabik, daerah selatan Hamdzaan, muncul 60 orang perampok yang merampok khafilah tersebut tanpa memedulikan diriku. Salah seorang perampok tersebut berkata kepadaku, “Hai orang miskin, apa yang engkau miliki?”.
 “40 dinar” jawabku. 
“Dimana uang tersebut” tanyanya kembali. 
“Dijahitkan dalam bajuku dibawah ketiak” jawabku. 
Mengira aku bercanda, perampok tersebut pergi dan tidak memedulikan aku. Kemudian datang perampok lainnya dan menanyakan pertanyaan yang sama. Aku pun menjawabnya dengan jawaban yang sama. Kali ini perampok tersebut melaporkan apa yang dia dengar kepada ketuanya yang sedang membagi-bagi hasil rampokan disebuah bukit kecil.
Mendengar laporan tersebut, kepala perampok itu berkata, “Bawa dia kemari”. 
Dihadapannya, kepala rampok tersebut menanyakan pertanyaan yang sama dan aku kembali menjawabnya dengan jawaban yang sama. Dia lalu memerintahkan anak buahnya untuk melepaskan bajuku, menyobek jahitannya dan mereka menemukan uang tersebut.
“Mengapa engkau melakukan ini?” tanya kepala rampok kepadaku. 
“Aku telah berjanji kepada ibuku untuk tidak berbohong dan aku tidak ingin mengingkari janjiku kepadanya” jawabku. 
 Kepala perampok tersebut menangis mendengar jawabanku dan berkata, “Engkau tidak mau mengkhianati janjimu kepada ibumu sedangkan aku hingga saat ini selalu mengingkari janji Allah Swt”. Kepala perampok itu pun bertobat ditanganku.
Melihat hal tersebut para pengikutnya berkata, “Engkau ketua kami dalam hal merampok. Sekarang engkau ketua kami dalam hal taubat”, 
dan mereka semua bertaubat dan mengembalikan apa yang mereka ambil dari khafilah tersebut. Merekalah orang-orang pertama yang bertobat ditanganku” (Mahkota Para Aulia, 2005)

Karomah Syeikh Abdul Qodir Jailani : Melihat Malaikat

Saat ada yang bertanya kepada beliau, “Kapan engkau mengetahui bahwa dirimu adalah wali Allah Swt?” 
Syeikh Abdul Qodir Jailani menjawab, “Aku berusia 10 tahun ketika melihat para malaikat berjalan disampingku saat aku berangkat ke sekolah. Dan setibanya disana, para malaikat tersebut berkata, “Berikan jalan bagi wali Allah’ sampai aku duduk.
Pada suatu hari, seseorang lewat dihadapanku dan dia mendengar para malaikat mengatakan hal tersebut. 
Dia bertanya kepada salah seorang malaikat tersebut, “Ada apa dengan anak kecil ini?”. 
Sang malaikat berkata, “Ini sudah ditakdirkan dari bait al-Asyraf (rumah paling mulia/ arsy)”.
Beliau berkata, “Anak ini akan menjadi orang besar. Dia telah diberi anugerah yang tak dapat ditolaknya, dibukakan hijabnya dan telah didekatkan”.
Empat puluh tahun kemudian aku baru mengetahui bahwa orang tersebut adalah salah seorang abdal pada saat itu”
Syeikh Abdul Qodir berkata, “Setiap kali muncul keinginan dalam diriku untuk bermain bersama anak-anak lain, aku mendengar suara yang berkata, “Kemarilah wahai Mubarak (orang yang diberkahi)”. Aku ketakutan dan bersembunyi dikamar ibuku…” (Mahkota Para Aulia, 2005)

Karomah Dzun nun al-Misri

Pengarang kitab al-Risalah al-Qusyairiyyah bercerita bahwa Salim al-Maghriby menghadap Dzun nun dan bertanya “Wahai Abu al-Faidl!” begitu ia memanggil demi menghormatinya. 
“Apa yang menyebabkan Tuan bertaubat dan menyerahkan diri sepenuhnya pada Allah Swt?“ 
“Sesuatu yang menakjubkan, dan aku kira kamu tidak akan mampu.” Begitu jawab al-Misri seperti sedang berteka-teki.
Al-Maghriby semakin penasaran “Demi Dzat yang engkau sembah, ceritakan padaku.”
lalu Dzun nun berkata: “Suatu ketika aku hendak keluar dari Mesir menuju salah satu desa lalu aku tertidur di padang pasir. Ketika aku membuka mata, aku melihat ada seekor anak burung yang buta jatuh dari sangkarnya. Coba bayangkan, apa yang bisa dilakukan burung itu. Dia terpisah dari induk dan saudaranya. Dia buta tidak mungkin terbang apalagi mencari sebutir biji.
Tiba-tiba bumi terbelah. Perlahan-lahan dari dalam muncul dua mangkuk, yang satu dari emas satunya lagi dari perak. Satu mangkuk berisi biji-bijian Simsim, dan yang satunya lagi berisi air. Dari situ dia bisa makan dan minum dengan puas. Tiba-tiba ada kekuatan besar yang mendorongku untuk bertekad: “Cukup… aku sekarang bertaubat dan total menyerahkan diri pada Allah Swt. Aku pun terus bersimpuh di depan pintu taubat-Nya, sampai Dia Yang Maha Asih berkenan menerimaku”.

Imam al-Nabhani dalam kitabnya “Jami’ al-Karamaat“ mengatakan: “Diceritakan dari Ahmad bin Muhammad al-Sulami: “Suatu ketika aku menghadap pada Dzun nun, lalu aku melihat di depan beliau ada mangkuk dari emas dan di sekitarnya ada kayu menyan dan minyak Ambar. Lalu beliau berkata padaku “engkau adalah orang yang biasa datang ke hadapan para raja ketika dalam keadaan bergembira.”
Menjelang aku pamit beliau memberiku satu dirham. Dengan izin Allah uang yang hanya satu dirham itu bisa aku jadikan bekal sampai kota Balkh (kota di Iran).
Suatu hari Abu Ja’far ada di samping Dzun nun. Lalu mereka berbicara tentang ketundukan benda-benda pada wali-wali Allah Swt.
Dzun nun mengatakan “Termasuk ketundukan adalah ketika aku mengatakan pada ranjang tidur ini supaya berjalan di penjuru empat rumah lalu kembali pada tempat asalnya.” Maka ranjang itu berputar pada penjuru rumah dan kembali ke tempat asalnya.
Imam Abdul Wahhab al-Sya’roni mengatakan: “Suatu hari ada perempuan yang datang pada Dzun nun lalu berkata “Anakku telah dimangsa buaya.”
Ketika melihat duka yang mendalam dari perempuan tadi, Dzun nun datang ke sungai Nil sambil berkata “Yaa Allah… keluarkan buaya itu.” 
Lalu keluarlah buaya, Dzun nun membedah perutnya dan mengeluarkan bayi perempuan tadi, dalam keadaan hidup dan sehat. Kemudian perempuan tadi mengambilnya dan berkata “Maafkanlah aku, karena dulu ketika aku melihatmu selalu aku merendahkanmu. Sekarang aku bertaubat kepada Allah Swt.”
Demikianlah sekelumit kisah perjalanan hidup waliyullah, sufi besar Dzun Nun al-Misry yang wafat pada tahun 245 H, semoga Allah me-ridlai-nya.

Karomah Rabiah al-‘Adawiyah

Pada suatu malam majikan Rabiah terbangun dan melihat Rabiah sedang bersujud dan berdoa, “Yaa Allah, hatiku sangat ingin mentaati-Mu dan ingin rasanya ku habiskan seluruh hidupku ini hanya untuk beribadah kepada-Mu, kalaulah aku dapat berbuat semauku, tak ingin rasanya aku meninggalkan ibadah ini, namun apa daya, aku harus memenuhi semua titah tuanku.”
Dan saat itu tuannya melihat cahaya di atas kepalanya yang menyinari seluruh isi rumah. Menyadari hal ini, tuannya pun kaget dan segera kembali ke kamarnya dengan gelisah memikirkan tentang Rabiah. Hingga datang waktu pagi, tuannya pun memanggilnya dan membebaskannya.
Diantara karomah Rabiah yang terkenal adalah hilangnya pintu rumah Rabiah ketika seorang pencuri hendak keluar dari rumahnya setelah mengambil semua barang miliknya, dan ketika pencuri itu meletakkan barang-barangnya pintu itu muncul kembali, kemudian ketika ia mengambilnya lagi pintu itu pun langsung menghilang seperti sebelumnya, sampai akhirnya ia mendengar suara yang menyuruhnya agar meletakkan barang-barang curian itu dan pergi karena rumah itu ada yang menjaganya.