Senin, 02 Januari 2012

Renungan, ** BERSABARLAH … Maka Kamu Akan Mengerti **

Suatu saat kau akan bisa mengerti mengapa mawar yang indah itu harus berduri, ketika saat ini kau selalu mengeluh sakit saat berusaha memetik dan menggenggam mawar karena durinya menusukmu…

Suatu saat kau akan mengerti mengapa air yang jernih itu mampu menjadi keruh dan kotor serta menyimpan banyak penyakit jika kau biarkan air itu diam dan tak mengalir…

Suatu saat kau akan mengerti mengapa waktu adalah uang yang harus kau kau jaga agar waktu itu tak terbuang percuma…

Suatu saat kau akan mengerti tentang sesuatu yang saat ini belum kau mengerti. Dan kau akan bisa mengerti ketika kau telah berjibaku dengan waktu dan akal pikiranmu…

Lihatlah pada apa yang Allah perlihatkan padamu…

Suatu saat kau akan mengerti mengapa hari ini Allah mengambil apa yang Dia titipkan padamu sedang kau mencintainya dengan amat sangat hingga akhirnya membuatmu menangis karena kehilangannya..

Suatu saat kau akan akan mengerti mengapa Allah melakukan sesuatu yang tidak kau sukai hingga membuatmu tak berhenti untuk mengeluh…

Suatu saat kau akan mengerti mengapa Allah memberikanmu sesuatu yang membuat hatimu amat kecewa hingga membuatmu sulit untuk mensyukuri apa yang telah diberi-Nya..

Suatu saat kau akan mengerti mengapa harus ada jalan mulus namun menyesatkan dan jalan terjal namun mengantarmu pada kebahagiaan…

Suatu saat kau akan mengerti mengapa kau harus memperlakukan cinta dihatimu dengan penuh kehati-hatian…

Suatu saat kau akan mengerti mengapa kau harus melelahkan diri dalam perjuangan demi meraih sebuah kebahagiaan…

Suatu saat kau akan mengerti mengapa hidup harus kau jalani dengan tertawa dan menangis..

Dan suatu saat kau akan mengerti mengapa hidupmu harus diatur sedemikian rupa, berbeda dengan makhluk-Nya yang lain…

Kau akan mengerti semuanya tatkala kau biarkan jiwamu mendesah, akalmu berpikir, dan imanmu ikut serta mengiringi..

Kau akan mengerti kala Allah ingin membuatmu menjadi hamba yang kuat..

Menjadi hamba yang teguh…

Menjadi hamba yang cerdas menata hati..

Menjadi hamba yang tak mudah berputus asa…

Menjadi hamba yang mengerti akan hakikat kehidupan…

Dan menjadi hamba yang akan dirindukan oleh syurga dan ridho-Nya…

Setiap masalah memiliki “ MASA” yang berbeda untuk terselesaikan atau terlalui, kita tidak pernah tau akan seperti apa masalah itu nantinya,maka jalan terbaik yang harus ditempuh untuk pertama kalinya adalah bersabarlah,

Sadar atau tidak apapun yang ada sama Kita, baik berupa tingkah laku, cara bicara, prinsip, cara pandang di setiap hal itu adalah “ HASIL DARI BELAJAR ”, belajar dari segala hal yang kita temui, belajar dari apa-apa yang kita dengar belajar dari apa-apa yang kita lihat, belajar dari apa-apa yang kita rasa. Jadi kesabaran bukan paket instan yang kita bisa dapatkan dalam bentuk jadi..melainkan butuh sebuah PROSES… ya.. PROSES belajar menjadi seorang yang SABARr.

Mengutip perkataan orang bijak. “Tuntutlah Ilmu ( Belajar ) dari buaian hingga ke liang lahat”,, bukan saja kesabaran. Tapi belajar setiap hal-hal baik..

“Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar.” (Ali Imran: 146)

--- Mulailah untuk berfikir setiap kali akan melangkah, dan tentukan apa apa yang terbaik bagi masa DEPAN, kejar dan genggamlah ia,lalu tersenyum dan “ BERMIMPILAH”….sebab suatu hari kelak kamu akan terbangun dan tersenyum karena beberapa mimpimu telah kamu genggam dan nyata ---

Jadikanlah kegembiraan itu sebagai syukur dan kesedihan itu sebagai sabar

Dan Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai fitnah (yang sebenar-benarnya).” ( Al-Anbiya`: 35 )

Di dalam hidup kita akan senantiasa melewati cobaan dan ujian yang akan menempa mentalitas kita agar kita menjadi matang dan dewasa dari sebelumnya. Tempaan itu dalam berbagai bentuk dan wujud sesuai dengan kadar dan kondisi masing-masing diri kita.

Ikrimah rahimahullah pernah berkata : “Semua orang itu pasti bergembira dan bersedih, tapi jadikanlah kegembiraan itu sebagai syukur dan kesedihan itu sebagai sabar ”

Ketika kita dulu masih bayi senantiasa mendapatkan apa yang kita inginkan kemudian disapih, bisa jalan sendiri dan bisa berpikir sendiri, mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Setiap perbuatan selalu memiliki konsekwensi yang harus kita pertanggungjawaban. Itulah yang disebut dengan kedewasaan diri. Kedewasaan ditentukan oleh kematangan emosial diri kita namun lingkungan dimana kita berada juga mempengaruhinya. Semua yang kita lihat, kita rasakan berpengaruh dalam penbentukan kedewasaan diri kita.

Hudzaifah ibnul Yaman mengatakan, “Sesungguhnya Allah tidaklah menciptakan sesuatu melainkan dari yang kecil hingga yang besar kecuali musibah. Adapun musibah, Allah menciptakannya dari keadaan besar kemudian akan menjadi kecil.

Salah satu faktor yang berpengaruh dalam pendewasaan diri kita adalah ujian, cobaan, musibah, kesedihan dan penderitaan. Jika kita ditimpa dengan cobaan, ujian, musibah, kesedihan dan penderitaan yang begitu berat akan mampu merubah diri kita. Kita dihadapkan kepada beban yang begitu berat sanggup atau tidak, suka atau tidak suka kita harus menyelesaikan semua masalah yang kita hadapi. Kita harus mampu memetik pelajaran dari setiap masalah yang hadir dalam hidup kita. Kita belajar untuk menerima keadaan, belajar bersabar, belajar menyelesaikan masalah yang menjadikan kita lebih dewasa dalam hidup ini.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :“Yang namanya sabar seharusnya dimulai ketika awal ditimpa musibah.[HR. Bukhari no. 1283, dari Anas bin Malik]

Itulah sabar yang sebenarnya. Sabar yang sebenarnya bukanlah ketika telah mengeluh lebih dulu di awal musibah.

Ingatlah selalu janji ALLAH Subhanahu wa Ta'ala dalam firman-Nya berikut ini :“Sesungguhnya orang-orang yang bersabar, ganjaran bagi mereka adalah tanpa hisab (tak terhingga).”
(QS. Az Zumar: 10)

Ketika kita menangis, bersedih, mengomel, menyalahkan keadaan itu bertanda kita belum dewasa namun begitu kita mampu menyelesaikan setiap masalah yang kita hadapi dengan baik maka kita semakin lebih dewasa. Jadi sambutanlah setiap masalah, cobaan, penderitaan dengan penuh suka cita sebab telah hadir anugerah Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang mendewasakan diri kita. Sebagaimana Firman Allah,

'Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap harta dan dirimu. Dan juga kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertaqwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan.' (QS. ali-Imran : 186).

Semoga ALLAH menganugerahkan kesabaran kepada kita semua... Amin Allahumma Amin...
Jadikanlah kegembiraan itu sebagai syukur dan kesedihan itu sebagai sabar

Renungan Buat Anak Muda

Pernahkah para pembaca melihat seorang tua renta berjalan sambil membawa pikulan dagangan, mendorong gerobak sampah atau menjadi tukang ojek sepeda? Apa yang terpikir para pembaca??

 Pagi kemarin (sekitar pk. 07.00), saya melihat seorang bapak tua yang kurang lebih berusia 50 tahunan sedang menarik sebuah gerobak sampah. Gerobaknya penuh berisi sampah. Melihat isi gerobaknya ini, saya berkesimpulan bapak ini berangkat dari tempat tinggalnya mungkin sekitar pukul 05.00 atau pukul 06.00.

Di sisi lain, kita sering melihat anak-anak muda yang bangun tidur kesiangan.  Mereka tidak melanjutkan pendidikan dan juga tidak bekerja. Mereka menganggur.  Anak-anak muda usia produktif ini lebih memilih menganggur. Mereka lebih senang nongkrong tanpa arah, menyanyi, main gitar dan begadang hingga larut malam. Begitu siklus kehidupan anak muda sekarang. Mereka lebih memilih menganggur daripada bekerja sebagai tukang koran, pencuci piring, tukang kebun atau pekerjaan-pekerjaan kasar lainnya.  Mereka mengatakan bahwa pekerjaan itu tidak prestise, pekerjaan itu tidak sesuai dengan pendidikan tinggi mereka.

Mereka lebih memilih untuk bermalas-malasan daripada melakukan pekerjaan kasar namun halal. Padahal melihat kondisi mereka masih kuat, masih sehat, masih mampu untuk melakukan berbagai pekerjaan yang berat sekalipun.

Ironis memang. Kondisi anak-anak muda yang masih kuat, masih sehat dan mampu melakukan pekerjaan yang berat, namun mereka memilih bermalas-malasan.

Sementara itu kondisi orang-orang tua yang sudah sakit-sakitan, bungkuk, batuk-batuk dan sebenarnya sudah tidak mampu lagi melakukan pekerjaan berat, namun mereka giat bekerja. Mereka masih melakukan pekerjaan-pekerjaan berat.

Pantaskah anak-anak muda berdiam diri menyaksikan pemandangan ?seperti ini?
Masa anak-anak muda kalah sama orang-orang tua??

"Bacalah.......! Dan Menagislah Jika Kalian Hendak Menagis.....!

Cerita ini adalah kisah nyata… dimana perjalanan hidup ini ditulis oleh seorang istri dari teman saya yang di simpan dalam sebuah laptopnya.
Bacalah, semoga kisah nyata ini menjadi pelajaran bagi kita semua. (semoga menjadi pengingat bagiku, ketika ku sudah melangkah ke dalam kehidupan baru)

***
Cinta itu butuh kesabaran…
Sampai dimanakah kita harus bersabar menanti cinta kita???
Hari itu.. aku dengannya berkomitmen untuk menjaga cinta kita..
Aku menjadi perempuan yg paling bahagia…..
Pernikahan kami sederhana namun meriah…..
Ia menjadi pria yang sangat romantis pada waktu itu.
Aku bersyukur menikah dengan seorang pria yang shaleh, pintar, tampan & mapan pula.
Ketika kami berpacaran dia sudah sukses dalam karirnya.
Kami akan berbulan madu di tanah suci, itu janjinya ketika kami berpacaran dulu..Dan setelah menikah, aku mengajaknya untuk umroh ke tanah suci….
Aku sangat bahagia dengannya, dan dianya juga sangat memanjakan aku… sangat terlihat dari rasa cinta dan rasa sayangnya padaku.
Banyak orang yang bilang kami adalah pasangan yang serasi. Sangat terlihat sekali bagaimana suamiku memanjakanku. Dan aku bahagia menikah dengannya.

***
Lima tahun berlalu sudah kami menjadi suami istri, sangat tak terasa waktu begitu cepat berjalan walaupun kami hanya hidup berdua saja karena sampai saat ini aku belum bisa memberikannya seorang malaikat kecil (bayi) di tengah keharmonisan rumah tangga kami.
Karena dia anak lelaki satu-satunya dalam keluarganya, jadi aku harus berusaha untuk mendapatkan penerus generasi baginya.Alhamdulillah saat itu suamiku mendukungku…Ia mengaggap Allah belum mempercayai kami untuk menjaga titipan-NYA.
Tapi keluarganya mulai resah. Dari awal kami menikah, ibu & adiknya tidak menyukaiku. Aku sering mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dari mereka, namun aku selalu berusaha menutupi hal itu dari suamiku…

Didepan suamiku mereka berlaku sangat baik padaku, tapi dibelakang suamiku, aku dihina-hina oleh mereka…
Pernah suatu ketika satu tahun usia pernikahan kami, suamiku mengalami kecelakaan, mobilnya hancur. Alhamdulillah suamiku selamat dari maut yang hampir membuatku menjadi seorang janda itu.

Ia dirawat dirumah sakit pada saat dia belum sadarkan diri setelah kecelakaan. Aku selalu menemaninya siang & malam sambil kubacakan ayat-ayat suci Al – Qur’an. Aku sibuk bolak-balik dari rumah sakit dan dari tempat aku melakukan aktivitas sosialku, aku sibuk mengurus suamiku yang sakit karena kecelakaan.
Namun saat ketika aku kembali ke rumah sakit setelah dari rumah kami, aku melihat di dalam kamarnya ada ibu, adik-adiknya dan teman-teman suamiku, dan disaat itu juga.. aku melihat ada seorang wanita yang sangat akrab mengobrol dengan ibu mertuaku. Mereka tertawa menghibur suamiku.

Alhamdulillah suamiku ternyata sudah sadar, aku menangis ketika melihat suami ku sudah sadar, tapi aku tak boleh sedih di hadapannya.
Kubuka pintu yang tertutup rapat itu sambil mengatakan, “Assalammu’alaikum” dan mereka menjawab salamku. Aku berdiam sejenak di depan pintu dan mereka semua melihatku. Suamiku menatapku penuh manja, mungkin ia kangen padaku karena sudah 5 hari matanya selalu tertutup.

Tangannya melambai, mengisyaratkan aku untuk memegang tangannya erat. Setelah aku menghampirinya, kucium tangannya sambil berkata “Assalammu’alaikum”, ia pun menjawab salamku dengan suaranya yg lirih namun penuh dengan cinta. Aku pun senyum melihat wajahnya.

Lalu.. Ibu nya berbicara denganku …
“Fis, kenalkan ini Desi teman Fikri”.

Aku teringat cerita dari suamiku bahwa teman baiknya pernah mencintainya, perempuan itu bernama Desi dan dia sangat akrab dengan keluarga suamiku. Hingga akhirnya aku bertemu dengan orangnya juga. Aku pun langsung berjabat tangan dengannya, tak banyak aku bicara di dalam ruangan tersebut,aku tak mengerti apa yg mereka bicarakan.
Aku sibuk membersihkan & mengobati luka-luka di kepala suamiku, baru sebentar aku membersihkan mukanya, tiba-tiba adik iparku yang bernama Dian mengajakku keluar, ia minta ditemani ke kantin. Dan suamiku pun mengijinkannya. Kemudian aku pun menemaninya.
Tapi ketika di luar adik iparku berkata, ”lebih baik kau pulang saja, ada kami yg menjaga abang disini. Kau istirahat saja. ”

Anehnya, aku tak diperbolehkan berpamitan dengan suamiku dengan alasan abang harus banyak beristirahat dan karena psikologisnya masih labil. Aku berdebat dengannya mempertanyakan mengapa aku tidak diizinkan berpamitan dengan suamiku. Tapi tiba-tiba ibu mertuaku datang menghampiriku dan ia juga mengatakan hal yang sama. Nantinya dia akan memberi alasan pada suamiku mengapa aku pulang tak berpamitan padanya, toh suamiku selalu menurut apa kata ibunya, baik ibunya Salah ataupun Tidak, suamiku tetap saja membenarkannya. Akhirnya aku pun pergi meninggalkan rumah sakit itu dengan linangan air mata.
Sejak saat itu aku tidak pernah diijinkan menjenguk suamiku sampai ia kembali dari rumah sakit. Dan aku hanya bisa menangis dalam kesendirianku. Menangis mengapa mereka sangat membenciku.

***
Hari itu.. aku menangis tanpa sebab, yang ada dibenakku aku takut kehilangannya, aku takut cintanya dibagi dengan yang lain. Pagi itu, pada saat aku membersihkan pekarangan rumah kami, suamiku memanggilku ke taman belakang, ia baru saja selesai sarapan, ia mengajakku duduk di ayunan favorit kami sambil melihat ikan-ikan yang bertaburan di kolam air mancur itu.
Aku bertanya, ”Ada apa kamu memanggilku?”

Ia berkata, ”Besok aku akan menjenguk keluargaku di Sabang”

Aku menjawab, ”Ia sayang.. aku tahu, aku sudah mengemasi barang-barang kamu di travel bag dan kamu sudah memegang tiket bukan?”

“ Iya, tapi aku tak akan lama disana, cuma 3 minggu aku disana, aku juga sudah lama tidak bertemu dengan keluarga besarku sejak kita menikah dan aku akan pulang dengan mamaku”, jawabnya tegas.

“Mengapa baru sekarang bicara, aku pikir hanya seminggu saja kamu disana?“, tanyaku balik kepadanya penuh dengan rasa penasaran dan sedikit rasa kecewa karena ia baru memberitahukan rencana kepulanggannya itu, padahal aku telah bersusah payah mencarikan tiket pesawat untuknya.

”Mama minta aku yang menemaninya saat pulang nanti”, jawabnya tegas.

”Sekarang aku ingin seharian dengan kamu karena nanti kita 3 minggu tidak bertemu, ya kan?”, lanjutnya lagi sambil memelukku dan mencium keningku. Hatiku sedih dengan keputusannya, tapi tak boleh aku tunjukkan padanya.

Bahagianya aku dimanja dengan suami yang penuh dengan rasa sayang & cintanya walau terkadang ia bersikap kurang adil terhadapku.
Aku hanya bisa tersenyum saja, padahal aku ingin bersama Suamiku, tapi karena keluarganya tidak menyukaiku hanya karena mereka cemburu padaku karena Suamiku sangat sayang padaku.
Kemudian aku memutuskan agar ia saja yg pergi dan kami juga harus berhemat dalam pengeluaran anggaran rumah tangga kami.

Karena ini acara sakral bagi keluarganya, jadi seluruh keluarganya harus komplit. Walaupun begitu, aku pun tetap tak akan diperdulikan oleh keluarganya harus datang ataupun tidak. Tidak hadir justru membuat mereka sangat senang dan aku pun tak mau membuat riuh keluarga ini.
Malam sebelum kepergiannya, aku menangis sambil membereskan keperluan yang akan dibawanya ke Sabang, ia menatapku dan menghapus air mata yang jatuh dipipiku, lalu aku peluk erat dirinya. Hati ini bergumam tak merelakan dia pergi seakan terjadi sesuatu, tapi aku tidak tahu apa yang akan terjadi. Aku hanya bisa menangis karena akan ditinggal pergi olehnya.
Aku tidak pernah ditinggal pergi selama ini, karena kami selalu bersama-sama kemana pun ia pergi.

Apa mungkin aku sedih karena aku sendirian dan tidak memiliki teman, karena biasanya hanya pembantu sajalah teman mengobrolku. Hati ini sedih akan di tinggal pergi olehnya.
Sampai keesokan harinya, aku terus menangis.. menangisi kepergiannya. Aku tak tahu mengapa sesedih ini, perasaanku tak enak, tapi aku tak boleh berburuk sangka. Aku harus percaya apada suamiku. Dia pasti akan selalu menelponku.
***
Berjauhan dengan suamiku, aku merasa sangat tidak nyaman, aku merasa sendiri. Untunglah aku mempunyai kesibukan sebagai seorang aktivis, jadinya aku tak terlalu kesepian ditinggal pergi ke Sabang.

Saat kami berhubungan jarak jauh, komunikasi kami memburuk dan aku pun jatuh sakit. Rahimku terasa sakit sekali seperti dililit oleh tali. Tak tahan aku menahan rasa sakit dirahimku ini, sampai-sampai aku mengalami pendarahan. Aku dilarikan ke rumah sakit oleh adik laki-lakiku yang kebetulan menemaniku disana. Dokter memvonis aku terkena kanker mulut rahim stadium 3.
Aku menangis.. apa yang bisa aku banggakan lagi..
Mertuaku akan semakin menghinaku, suamiku yang malang yang selalu berharap akan punya keturunan dari rahimku.. namun aku tak bisa memberikannya keturunan. Dan kemudian aku hanya bisa memeluk adikku.

Aku kangen pada suamiku, aku selalu menunggu ia pulang dan bertanya-tanya, “kapankah ia segera pulang?” aku tak tahu..Sementara suamiku disana, aku tidak tahu mengapa ia selalu marah-marah jika menelponku. Bagaimana aku akan menceritakan kondisiku jika ia selalu marah-marah terhadapku..

Lebih baik aku tutupi dulu tentang hal ini dan aku juga tak mau membuatnya khawatir selama ia berada di Sabang.Lebih baik nanti saja ketika ia sudah pulang dari Sabang, aku akan cerita padanya. Setiap hari aku menanti suamiku pulang, hari demi hari aku hitung…
Sudah 3 minggu suamiku di Sabang, malam itu ketika aku sedang melihat foto-foto kami, ponselku berbunyi menandakan ada sms yang masuk.

Kubuka di inbox ponselku, ternyata dari suamiku yang sms.
Ia menulis, “aku sudah beli tiket untuk pulang, aku pulangnya satu hari lagi, aku akan kabarin lagi”.Hanya itu saja yang diinfokannya. Aku ingin marah, tapi aku pendam saja ego yang tidak baik ini. Hari yg aku tunggu pun tiba, aku menantinya di rumah.
Sebagai seorang istri, aku pun berdandan yang cantik dan memakai parfum kesukaannya untuk menyambut suamiku pulang, dan nantinya aku juga akan menyelesaikan masalah komunikasi kami yg buruk akhir-akhir ini.

Bel pun berbunyi, kubukakan pintu untuknya dan ia pun mengucap salam. Sebelum masuk, aku pegang tangannya kedepan teras namun ia tetap berdiri, aku membungkuk untuk melepaskan sepatu, kaos kaki dan kucuci kedua kakinya, aku tak mau ada syaithan yang masuk ke dalam rumah kami.Setelah itu akupun berdiri langsung mencium tangannya tapi apa reaksinya..
Masya Allah.. ia tidak mencium keningku, ia hanya diam dan langsung naik keruangan atas, kemudian mandi dan tidur tanpa bertanya kabarku..

Aku hanya berpikir, mungkin dia capek. Aku pun segera merapikan bawaan nya sampai aku pun tertidur. Malam menunjukkan 1/3 malam, mengingatkan aku pada tempat mengadu yaitu Allah, Sang Maha Pencipta.Biasa nya kami selalu berjama’ah, tapi karena melihat nya tidur sangat pulas, aku tak tega membangunkannya. Aku hanya mengelus wajahnya dan aku cium keningnya, lalu aku sholat tahajud 8 rakaat plus witir 3 raka’at.

***
Aku mendengar suara mobilnya, aku terbangun lalu aku melihat dirinya dari balkon kamar kami yang bersiap-siap untuk pergi. Lalu aku memanggilnya tapi ia tak mendengar. Kemudian aku ambil jilbabku dan aku berlari dari atas ke bawah tanpa memperdulikan darah yg bercecer dari rahimku untuk mengejarnya tapi ia begitu cepat pergi.
Aku merasa ada yang aneh dengan suamiku. Ada apa dengan suamiku? Mengapa ia bersikap tidak biasa terhadapku?

Aku tidak bisa diam begitu saja, firasatku mengatakan ada sesuatu. Saat itu juga aku langsung menelpon kerumah mertuaku dan kebetulan Dian yang mengangkat telponnya, aku bercerita dan aku bertanya apa yang sedang terjadi dengan suamiku. Dengan enteng ia menjawab, “Loe pikir aja sendiri!!!”. Telpon pun langsung terputus.

Ada apa ini? Tanya hatiku penuh dalam kecemasan. Mengapa suamiku berubah setelah ia kembali dari kota kelahirannya. Mengapa ia tak mau berbicara padaku, apalagi memanjakan aku.
Semakin hari ia menjadi orang yang pendiam, seakan ia telah melepas tanggung jawabnya sebagai seorang suami. Kami hanya berbicara seperlunya saja, aku selalu diintrogasinya. Selalu bertanya aku dari mana dan mengapa pulang terlambat dan ia bertanya dengan nada yg keras. Suamiku telah berubah..Bahkan yang membuat ku kaget, aku pernah dituduhnya berzina dengan mantan pacarku. Ingin rasanya aku menampar suamiku yang telah menuduhku serendah itu, tapi aku selalu ingat.. sebagaimana pun salahnya seorang suami, status suami tetap di atas para istri, itu pedoman yang aku pegang.

Aku hanya berdo’a semoga suamiku sadar akan prilakunya.
Dua tahun berlalu, suamiku tak kunjung berubah juga. Aku menangis setiap malam, lelah menanti seperti ini, kami seperti orang asing yang baru saja berkenalan.
Kemesraan yang kami ciptakan dulu telah sirna. Walaupun kondisinya tetap seperti itu, aku tetap merawatnya & menyiakan segala yang ia perlukan. Penyakitkupun masih aku simpan dengan baik dan sekalipun ia tak pernah bertanya perihal obat apa yang aku minum. Kebahagiaan ku telah sirna, harapan menjadi ibu pun telah aku pendam. Aku tak tahu kapan ini semua akan berakhir.
Bersyukurlah.. aku punya penghasilan sendiri dari aktifitasku sebagai seorang guru ngaji, jadi aku tak perlu meminta uang padanya hanya untuk pengobatan kankerku. Aku pun hanya berobat semampuku.Sungguh.. suami yang dulu aku puja dan aku banggakan, sekarang telah menjadi orang asing bagiku, setiap aku bertanya ia selalu menyuruhku untuk berpikir sendiri. Tiba-tiba saja malam itu setelah makan malam usai, suamiku memanggilku.

“Ya, ada apa Yah!” sahutku dengan memanggil nama kesayangannya “Ayah”.
“Lusa kita siap-siap ke Sabang ya.” Jawabnya tegas.
“Ada apa? Mengapa?”, sahutku penuh dengan keheranan.
Astaghfirullah.. suami ku yang dulu lembut tiba-tiba saja menjadi kasar, dia membentakku. Sehingga tak ada lagi kelanjutan diskusi antara kami.

Dia mengatakan ”Kau ikut saja jangan banyak tanya!!”
Lalu aku pun bersegera mengemasi barang-barang yang akan dibawa ke Sabang sambil menangis, sedih karena suamiku kini tak ku kenal lagi.

Lima tahun kami menikah dan sudah 2 tahun pula ia menjadi orang asing buatku. Ku lihat kamar kami yg dulu hangat penuh cinta yang dihiasi foto pernikahan kami, sekarang menjadi dingin.. sangat dingin dari batu es. Aku menangis dengan kebingungan ini. Ingin rasanya aku berontak berteriak, tapi aku tak bisa.Suamiku tak suka dengan wanita yang kasar, ngomong dengan nada tinggi, suka membanting barang-barang. Dia bilang perbuatan itu menunjukkan sikap ketidakhormatan kepadanya. Aku hanya bisa bersabar menantinya bicara dan sabar mengobati penyakitku ini, dalam kesendirianku..

***

Kami telah sampai di Sabang, aku masih merasa lelah karena semalaman aku tidak tidur karena terus berpikir. Keluarga besarnya juga telah berkumpul disana, termasuk ibu & adik-adiknya. Aku tidak tahu ada acara apa ini..Aku dan suamiku pun masuk ke kamar kami. Suamiku tak betah didalam kamar tua itu, ia pun langsung keluar bergabung dengan keluarga besarnya.
Baru saja aku membongkar koper kami dan ingin memasukkannya ke dalam lemari tua yg berada di dekat pintu kamar, lemari tua yang telah ada sebelum suamiku lahir, tiba-tiba Tante Lia, tante yang sangat baik padaku memanggil ku untuk bersegera berkumpul diruang tengah, aku pun menuju ke ruang keluarga yang berada ditengah rumah besar itu, yang tampak seperti rumah zaman peninggalan belanda.

Kemudian aku duduk disamping suamiku, dan suamiku menunduk penuh dengan kebisuan, aku tak berani bertanya padanya.Tiba-tiba saja neneknya, orang yang dianggap paling tua dan paling berhak atas semuanya, membuka pembicaraan.

“Baiklah, karena kalian telah berkumpul, nenek ingin bicara dengan kau Fisha”. Neneknya berbicara sangat tegas, dengan sorot mata yang tajam.
”Ada apa ya Nek?” sahutku dengan penuh tanya..
Nenek pun menjawab, “Kau telah bergabung dengan keluarga kami hampir 8 tahun, sampai saat ini kami tak melihat tanda-tanda kehamilan yang sempurna sebab selama ini kau selalu keguguran!!“.

Aku menangis.. untuk inikah aku diundang kemari? Untuk dihina ataukah dipisahkan dengan suamiku?
“Sebenarnya kami sudah punya calon untuk Fikri, dari dulu.. sebelum kau menikah dengannya. Tapi Fikri anak yang keras kepala, tak mau di atur,dan akhirnya menikahlah ia dengan kau.” Neneknya berbicara sangat lantang, mungkin logat orang Sabang seperti itu semua.
Aku hanya bisa tersenyum dan melihat wajah suamiku yang kosong matanya.

“Dan aku dengar dari ibu mertuamu kau pun sudah berkenalan dengannya”, neneknya masih melanjutkan pembicaraan itu.
Sedangkan suamiku hanya terdiam saja, tapi aku lihat air matanya. Ingin aku peluk suamiku agar ia kuat dengan semua ini, tapi aku tak punya keberanian itu.

Neneknya masih saja berbicara panjang lebar dan yang terakhir dari ucapannya dengan mimik wajah yang sangat menantang kemudian berkata, “kau maunya gimana? kau dimadu atau diceraikan?“

MasyaAllah.. kuatkan hati ini.. aku ingin jatuh pingsan. Hati ini seakan remuk mendengarnya, hancur hatiku. Mengapa keluarganya bersikap seperti ini terhadapku..
Aku selalu munutupi masalah ini dari kedua orang tuaku yang tinggal di pulau
kayu, mereka mengira aku sangat bahagia 2 tahun belakangan ini.
“Fish, jawab!.” Dengan tegas Ibunya langsung memintaku untuk menjawab.
Aku langsung memegang tangan suamiku. Dengan tangan yang dingin dan gemetar aku menjawab dengan tegas.
Walaupun aku tidak bisa berdiskusi dulu dengan imamku, tapi aku dapat berdiskusi dengannya melalui bathiniah.

‘’Untuk kebaikan dan masa depan keluarga ini, aku akan menyambut baik seorang wanita baru dirumah kami..”
Itu yang aku jawab, dengan kata lain aku rela cintaku dibagi. Dan pada saat itu juga suamiku memandangku dengan tetesan air mata, tapi air mataku tak sedikit pun menetes di hadapan mereka.

Aku lalu bertanya kepada suamiku, “Ayah siapakah yang akan menjadi sahabatku dirumah kita nanti, yah?”
Suamiku menjawab, ”Dia Desi!”
Aku pun langsung menarik napas dan langsung berbicara, ”Kapan pernikahannya berlangsung? Apa yang harus saya siapkan dalam pernikahan ini Nek?.”
Ayah mertuaku menjawab, “Pernikahannya 2 minggu lagi.”

”Baiklah kalo begitu saya akan menelpon pembantu di rumah, untuk menyuruhnya mengurus KK kami ke kelurahan besok”, setelah berbicara seperti itu aku permisi untuk pamit ke kamar.
Tak tahan lagi.. air mata ini akan turun, aku berjalan sangat cepat, aku buka pintu kamar dan aku langsung duduk di tempat tidur. Ingin berteriak, tapi aku sendiri disini. Tak kuat rasanya menerima hal ini, cintaku telah dibagi. Sakit. Diiringi akutnya penyakitku..
Apakah karena ini suamiku menjadi orang yang asing selama 2 tahun belakangan ini?
Aku berjalan menuju ke meja rias, kubuka jilbabku, aku bercermin sambil bertanya-tanya, “sudah tidak cantikkah aku ini?“

Ku ambil sisirku, aku menyisiri rambutku yang setiap hari rontok. Kulihat wajahku, ternyata aku memang sudah tidak cantik lagi, rambutku sudah hampir habis.. kepalaku sudah botak dibagian tengahnya.

Tiba-tiba pintu kamar ini terbuka, ternyata suamiku yang datang, ia berdiri dibelakangku. Tak kuhapus air mata ini, aku bersegera memandangnya dari cermin meja rias itu.
Kami diam sejenak, lalu aku mulai pembicaraan, “terima kasih ayah, kamu memberi sahabat kepada ku. Jadi aku tak perlu sedih lagi saat ditinggal pergi kamu nanti! Iya kan?.”

Suamiku mengangguk sambil melihat kepalaku tapi tak sedikitpun ia tersenyum dan bertanya kenapa rambutku rontok, dia hanya mengatakan jangan salah memakai shampo.
Dalam hatiku bertanya, “mengapa ia sangat cuek?” dan ia sudah tak memanjakanku lagi. Lalu dia berkata, “sudah malam, kita istirahat yuk!“
“Aku sholat isya dulu baru aku tidur”, jawabku tenang.

Dalam sholat dan dalam tidur aku menangis. Ku hitung mundur waktu, kapan aku akan berbagi suami dengannya. Aku pun ikut sibuk mengurusi pernikahan suamiku.
Aku tak tahu kalau Desi orang Sabang juga. Sudahlah, ini mungkin takdirku. Aku ingin suamiku kembali seperti dulu, yang sangat memanjakan aku atas rasa sayang dan cintanya itu..Malam sebelum hari pernikahan suamiku, aku menulis curahan hatiku di laptopku.
Di laptop aku menulis saat-saat terakhirku melihat suamiku, aku marah pada suamiku yang telah menelantarkanku. Aku menangis melihat suamiku yang sedang tidur pulas, apa salahku? sampai ia berlaku sekejam itu kepadaku. Aku

save di mydocument yang bertitle “Aku Mencintaimu Suamiku.”

Hari pernikahan telah tiba, aku telah siap, tapi aku tak sanggup untuk keluar. Aku berdiri didekat jendela, aku melihat matahari, karena mungkin saja aku takkan bisa melihat sinarnya lagi. Aku berdiri sangat lama.. lalu suamiku yang telah siap dengan pakaian pengantinnya masuk dan berbicara padaku.
“Apakah kamu sudah siap?”

Kuhapus airmata yang menetes diwajahku sambil berkata :
“Nanti jika ia telah sah jadi istrimu, ketika kamu membawa ia masuk kedalam rumah ini, cucilah kakinya sebagaimana kamu mencuci kakiku dulu, lalu ketika kalian masuk ke dalam kamar pengantin bacakan do’a di ubun-ubunnya sebagaimana yang kamu lakukan padaku dulu. Lalu setelah itu..”, perkataanku terhenti karena tak sanggup aku meneruskan pembicaraan itu, aku ingin menagis meledak.

Tiba-tiba suamiku menjawab “Lalu apa Bunda?”
Aku kaget mendengar kata itu, yang tadinya aku menunduk seketika aku langsung menatapnya dengan mata yang berbinar-binar…
“Bisa kamu ulangi apa yang kamu ucapkan barusan?”, pintaku tuk menyakini bahwa kuping ini tidak salah mendengar.

Dia mengangguk dan berkata, ”Baik bunda akan ayah ulangi, lalu apa bunda?”, sambil ia mengelus wajah dan menghapus airmataku, dia agak sedikit membungkuk karena dia sangat tinggi, aku hanya sedadanya saja.

Dia tersenyum sambil berkata, ”Kita lihat saja nanti ya!”. Dia memelukku dan berkata, “bunda adalah wanita yang paling kuat yang ayah temui selain mama”..
Kemudian ia mencium keningku, aku langsung memeluknya erat dan berkata, “Ayah, apakah ini akan segera berakhir? Ayah kemana saja? Mengapa Ayah berubah? Aku kangen sama Ayah? Aku kangen belaian kasih sayang Ayah? Aku kangen dengan manjanya Ayah? Aku kesepian Ayah? Dan satu hal lagi yang harus Ayah tau, bahwa aku tidak pernah berzinah! Dulu.. waktu awal kita pacaran, aku memang belum bisa melupakannya, setelah 4 bulan bersama Ayah baru bisa aku terima, jika yang dihadapanku itu adalah lelaki yang aku cari. Bukan berarti aku pernah berzina Ayah.” Aku langsung bersujud di kakinya dan muncium kaki imamku sambil berkata, ”Aku minta maaf Ayah, telah membuatmu susah”.

Saat itu juga, diangkatnya badanku.. ia hanya menangis.
Ia memelukku sangat lama, 2 tahun aku menanti dirinya kembali. Tiba-tiba perutku sakit, ia menyadari bahwa ada yang tidak beres denganku dan ia bertanya, ”bunda baik-baik saja kan?” tanyanya dengan penuh khawatir.

Aku pun menjawab, “bisa memeluk dan melihat kamu kembali seperti dulu itu sudah mebuatku baik, Yah. Aku hanya tak bisa bicara sekarang“. Karena dia akan menikah. Aku tak mau membuat dia khawatir. Dia harus khusyu menjalani acara prosesi akad nikah tersebut.Setelah tiba dimasjid, ijab-qabul pun dimulai. Aku duduk diseberang suamiku.
Aku melihat suamiku duduk berdampingan dengan perempuan itu, membuat hati ini cemburu, ingin berteriak mengatakan, “Ayah jangan!!”, tapi aku ingat akan kondisiku.
Jantung ini berdebar kencang saat mendengar ijab-qabul tersebut. Begitu ijab-qabul selesai, aku menarik napas panjang. Tante Lia, tante yang baik itu, memelukku.. Dalam hati aku berusaha untuk menguatkan hati ini. Ya… aku kuat.

Tak sanggup aku melihat mereka duduk bersanding dipelaminan. Orang-orang yang hadir di acara resepsi itu iba melihatku, mereka melihatku dengan tatapan sangat aneh, mungkin melihat wajahku yang selalu tersenyum, tapi dibalik itu.. hatiku menangis.
Sampai dirumah, suamiku langsung masuk ke dalam rumah begitu saja. Tak mencuci kakinya. Aku sangat heran dengan perilakunya. Apa iya, dia tidak suka dengan pernikahan ini?
Sementara itu Desi disambut hangat di dalam keluarga suamiku, tak seperti aku dahulu, yang di musuhi.

Malam ini aku tak bisa tidur, bagaimana bisa? Suamiku akan tidur dengan perempuan yang sangat aku cemburui. Aku tak tahu apa yang sedang mereka lakukan didalam sana.
Sepertiga malam pada saat aku ingin sholat lail aku keluar untuk berwudhu, lalu aku melihat ada lelaki yang mirip suamiku tidur disofa ruang tengah. Kudekati lalu kulihat. Masya Allah.. suamiku tak tidur dengan wanita itu, ia ternyata tidur disofa, aku duduk disofa itu sambil menghelus wajahnya yang lelah, tiba-tiba ia memegang tangan kiriku, tentu saja aku kaget.
“Kamu datang ke sini, aku pun tahu”, ia berkata seperti itu. Aku tersenyum dan megajaknya sholat lail. Setelah sholat lail ia berkata, “maafkan aku, aku tak boleh menyakitimu, kamu menderita karena ego nya aku. Besok kita pulang ke Jakarta, biar Desi pulang dengan mama, papa dan juga adik-adikku”

Aku menatapnya dengan penuh keheranan. Tapi ia langsung mengajakku untuk istirahat. Saat tidur ia memelukku sangat erat. Aku tersenyum saja, sudah lama ini tidak terjadi. Ya Allah.. apakah Engkau akan menyuruh malaikat maut untuk mengambil nyawaku sekarang ini, karena aku telah merasakan kehadirannya saat ini. Tapi.. masih bisakah engkau ijinkan aku untuk merasakan kehangatan dari suamiku yang telah hilang selama 2 tahun ini..

Suamiku berbisik, “Bunda kok kurus?”
Aku menangis dalam kebisuan. Pelukannya masih bisa aku rasakan.
Aku pun berkata, “Ayah kenapa tidak tidur dengan Desi?”

”Aku kangen sama kamu Bunda, aku tak mau menyakitimu lagi. Kamu sudah sering terluka oleh sikapku yang egois.” Dengan lembut suamiku menjawab seperti itu.
Lalu suamiku berkata, ”Bun, Ayah minta maaf telah menelantarkan bunda.. Selama ayah di Sabang, ayah dengar kalau bunda tidak tulus mencintai ayah, bunda seperti mengejar sesuatu,

seperti mengejar harta ayah dan satu lagi.. ayah pernah melihat sms bunda dengan mantan pacar bunda dimana isinya kalau bunda gak mau berbuat “seperti itu” dan tulisan seperti itu diberi tanda kutip (“seperti itu”). Ayah ingin ngomong tapi takut bunda tersinggung dan ayah berpikir kalau bunda pernah tidur dengannya sebelum bunda bertemu ayah, terus ayah dimarahi oleh keluarga ayah karena ayah terlalu memanjakan bunda..”
Hati ini sakit ketika difitnah oleh suamiku, ketika tidak ada kepercayaan di dirinya, hanya karena omongan keluarganya yang tidak pernah melihat betapa tulusnya aku mencintai pasangan seumur hidupku ini.

Aku hanya menjawab, “Aku sudah ceritakan itu kan Yah.. Aku tidak pernah berzinah dan aku mencintaimu setulus hatiku, jika aku hanya mengejar hartamu, mengapa aku memilih kamu? Padahal banyak lelaki yang lebih mapan darimu waktu itu Yah.. Jika aku hanya mengejar hartamu, aku tak mungkin setiap hari menangis karena menderita mencintaimu..“
Entah aku harus bahagia atau aku harus sedih karena sahabatku sendirian dikamar pengantin itu. Malam itu, aku menyelesaikan masalahku dengan suamiku dan berusaha memaafkannya beserta sikap keluarganya juga.

Karena aku tak mau mati dalam hati yang penuh dengan rasa benci.
Keesokan harinya…
Ketika aku ingin terbangun untuk mengambil wudhu, kepalaku pusing, rahimku sakit sekali.. aku mengalami pendarahan dan suamiku kaget bukan main, ia langsung menggendongku.
Aku pun dilarikan ke rumah sakit..
Dari kejauhan aku mendengar suara zikir suamiku..
Aku merasakan tanganku basah..
Ketika kubuka mata ini, kulihat wajah suamiku penuh dengan rasa kekhawatiran.

Ia menggenggam tanganku dengan erat.. Dan mengatakan, ”Bunda, Ayah minta maaf…”

Berkali-kali ia mengucapkan hal itu. Dalam hatiku, apa ia tahu apa yang terjadi padaku?

Aku berkata dengan suara yang lirih, ”Yah, bunda ingin pulang.. bunda ingin bertemu kedua orang tua bunda, anterin bunda kesana ya, Yah..”
“Ayah jangan berubah lagi ya! Janji ya, Yah… !!! Bunda sayang banget sama Ayah.”
Tiba-tiba saja kakiku sakit sangat sakit, sakitnya semakin keatas, kakiku sudah tak bisa bergerak lagi.. aku tak kuat lagi memegang tangan suamiku. Kulihat wajahnya yang tampan, berlinang air mata.

Sebelum mata ini tertutup, kulafazkan kalimat syahadat dan ditutup dengan kalimat tahlil.
Aku bahagia melihat suamiku punya pengganti diriku..
Aku bahagia selalu melayaninya dalam suka dan duka..

Menemaninya dalam ketika ia mengalami kesulitan dari kami pacaran sampai kami menikah.
Aku bahagia bersuamikan dia. Dia adalah nafasku.
Untuk Ibu mertuaku : “Maafkan aku telah hadir didalam kehidupan anakmu sampai aku hidup didalam hati anakmu. Ketahuilah Ma.. dari dulu aku selalu berdo’a agar Mama merestui hubungan kami.

Mengapa engkau fitnah diriku didepan suamiku, apa engkau punya buktinya Ma?

Mengapa engkau sangat cemburu padaku Ma?

Fikri tetap milikmu Ma, aku tak pernah menyuruhnya untuk durhaka kepadamu, dari dulu aku selalu mengerti apa yang kamu inginkan dari anakmu, tapi mengapa kau benci diriku.. Dengan Desi kau sangat baik tetapi denganku menantumu kau bersikap sebaliknya..”

Setelah ku buka laptop, kubaca curhatan istriku.

==========================
===========================

Ayah, mengapa keluargamu sangat membenciku?
Aku dihina oleh mereka ayah..
Mengapa mereka bisa baik terhadapku pada saat ada dirimu?
Pernah suatu ketika aku bertemu Dian di jalan, aku menegurnya karena dia adik iparku tapi aku disambut dengan wajah ketidaksukaannya. Sangat terlihat Ayah..
Tapi ketika engkau bersamaku, Dian sangat baik, sangat manis dan ia memanggilku dengan panggilan yang sangat menghormatiku. Mengapa seperti itu ayah ?
Aku tak bisa berbicara tentang ini padamu, karena aku tahu kamu pasti membela adikmu, tak ada gunanya Yah..

Aku diusir dari rumah sakit.
Aku tak boleh merawat suamiku.
Aku cemburu pada Desi yang sangat akrab dengan mertuaku.
Tiap hari ia datang ke rumah sakit bersama mertuaku.
Aku sangat marah..

Jika aku membicarakan hal ini pada suamiku, ia akan pasti membela Desi dan ibunya..
Aku tak mau sakit hati lagi..
Ya Allah kuatkan aku, maafkan aku..
Engkau Maha Adil..
Berilah keadilan ini padaku, Ya Allah..
Ayah sudah berubah, ayah sudah tak sayang lagi pada ku..
Aku berusaha untuk mandiri ayah, aku tak akan bermanja-manja lagi padamu..
Aku kuat ayah dalam kesakitan ini..
Lihatlah ayah, aku kuat walaupun penyakit kanker ini terus menyerangku..
Aku bisa melakukan ini semua sendiri ayah..

Besok suamiku akan menikah dengan perempuan itu. Perempuan yang aku benci, yang aku cemburui, tapi aku tak boleh egois, ini untuk kebahagian keluarga suamiku. Aku harus sadar diri.
Ayah, sebenarnya aku tak mau diduakan olehmu..
Mengapa harus Desi yang menjadi sahabatku?
Ayah.. aku masih tak rela..
Tapi aku harus ikhlas menerimanya.

Pagi nanti suamiku melangsungkan pernikahan keduanya. Semoga saja aku masih punya waktu untuk melihatnya tersenyum untukku. Aku ingin sekali merasakan kasih sayangnya yang terakhir. Sebelum ajal ini menjemputku.
''Ayah.. aku kangen Ayah..''
================================================== ===
’’Dan kini aku telah membawamu ke orang tuamu, Bunda..
Aku akan mengunjungimu sebulan sekali bersama Desi di Pulau Kayu ini.
Aku akan selalu membawakanmu bunga mawar yang berwana pink yang mencerminkan keceriaan hatimu yang sakit tertusuk duri.’’

Bunda tetap cantik, selalu tersenyum disaat tidur..
Bunda akan selalu hidup dihati ayah..
Bunda.. Desi tak sepertimu, yang tidak pernah marah..
Desi sangat berbeda denganmu, ia tak pernah membersihkan telingaku, rambutku tak pernah di creambathnya, kakiku pun tak pernah dicucinya.
Ayah menyesal telah menelantarkanmu selama 2 tahun, kamu sakit pun aku tak perduli, hidup dalam kesendirianmu..

Seandainya Ayah tak menelantarkan Bunda, mungkin Ayah masih bisa tidur dengan belaian tangan Bunda yang halus..

Sekarang Ayah sadar, bahwa ayah sangat membutuhkan bunda..
Bunda.. kamu wanita yang paling tegar yang pernah kutemui..
Aku menyesal telah asik dalam ke-egoanku..
Bunda.. maafkan aku.. Bunda tidur tetap manis. Senyum manjamu terlihat di tidurmu yang panjang..

’’Maafkan aku, tak bisa bersikap adil dan membahagiakanmu, aku selalu meng-iyakan apa kata ibuku, karena aku takut menjadi anak durhaka.

Maafkan aku ketika kau di fitnah oleh keluargaku, aku percaya begitu saja..
Apakah Bunda akan mendapat pengganti ayah di surga sana?
Apakah Bunda tetap menanti ayah disana? Tetap setia dialam sana?
Tunggulah Ayah disana Bunda..

Bisakan? Seperti Bunda menunggu ayah di sini.. Aku mohon..
’’Ayah Sayang Bunda…."

Tuhan Punya Cara Untuk Menegur Diriku

Bahan Renungan Untuk Anda, Sahabatku, yang mungkin terlalu sibuk bekerja…

Luangkanlah waktu sejenak untuk membaca dan merenungkan pesan ini…
Alhamdulillah, Anda beruntung telah terpilih untuk mendapatkan kesempatan membaca Renungan ini.

Aktifitas keseharian kita selalu mencuri konsentrasi kita. kita seolah lupa dengan sesuatu yang kita tak pernah tau kapan kedatangannya. Sesuatu yang bagi sebagian orang sangat menakutkan.
Tahukah kita kapan kematian akan menjemput kita???
Berikanlah waktu anda dan bacalah sampai habis, semoga dapat menjadikan hikmah buat kita semua dan sadar, bahwa kita akan mati dan tinggal menunggu waktunya,
Semoga kita termasuk dalam orang-orang yang khusnul khotimah…. amien…. .

Tatkala masih di bangku sekolah, aku hidup bersama kedua orang tuaku dalam lingkungan yang baik. Aku selalu mendengar doa ibuku saat pulang dari keluyuran dan begadang malam. Demikian pula ayahku, ia selalu dalam shalatnya yang panjang. Aku heran, mengapa ayah shalat begitu lama, apalagi jika saat musim dingin yang menyengat tulang. Aku sungguh heran, bahkan hingga aku berkata kepada diri sendiri:
Alangkah sabarnya mereka….setiap hari begitu…benar- benar mengherankan!

Aku belum tahu bahwa disitulah kebahagiaan orang mukmin dan itulah shalat orang orang pilihan. Mereka bangkit dari tempat tidurnya untuk munajat kepada Allah.

Setelah menjalani pendidikan militer, aku tumbuh sebagai pemuda yang matang. Tetapi diriku semakin jauh dari Allah padahal berbagai nasehat selalu kuterima dan kudengar dari waktu ke waktu. Setelah tamat dari pendidikan, aku ditugaskan di kota yang jauh dari kotaku.
Perkenalanku dengan teman-teman sekerja membuatku agak ringan menanggung beban sebagai orang terasing. Disana, aku tak mendengar lagi suara bacaan Al-Qur’an. Tak ada lagi suara ibu yang membangunkan dan menyuruhku shalat. Aku benar-benar hidup sendirian, jauh dari lingkungan keluarga yang dulu kami nikmati. Aku ditugaskan mengatur lalu lintas di sebuah jalan tol..
Di samping menjaga keamanan jalan, tugasku membantu orang-orang yang membutuhkan bantuan.

Pekerjaan baruku sungguh menyenangkan. Aku lakukan tugas-tugasku dengan semangat dan dedikasi tinggi.
Tetapi, hidupku bagai selalu diombang-ambingkan ombak. Aku bingung dan sering melamun sendirian …. banyak waktu luang … pengetahuanku terbatas.
Aku mulai jenuh … tak ada yang menuntunku di bidang agama. Aku sebatang kara. Hampir tiap hari yang kusaksikan hanya kecelakaan dan orang-orang yang mengadu kecopetan atau bentuk-bentuk penganiayaan lain. Aku bosan dengan rutinitas.. Sampai suatu hari terjadilah sebuah peristiwa yang hingga kini tak pernah aku lupakan.
Ketika itu, kami dengan seorang kawan sedang bertugas disebuah pos jalan..
Kami asyik ngobrol … tiba-tiba kami dikagetkan oleh suara benturan yang amat keras. Kami mengedarkan pandangan. Ternyata, sebuah mobil bertabrakan dengan mobil lain yang meluncur dari arah yang berlawanan. Kami segera berlari menuju tempat kejadian untuk menolong korban. Kejadian yang sungguh tragis.

Kami lihat dua awak salah satu mobil dalam kondisi kritis. Keduanya segera kami keluarkan dari mobil lalu kami bujurkan di tanah. Kami cepat-cepat menuju mobil satunya. Ternyata pengemudinya telah tewas dengan amat mengerikan.
Kami kembali lagi kepada dua orang yang berada dalam kondisi koma.
Temanku menuntun mereka mengucapkan kalimat syahadat. Ucapkanlah “Laailaaha Illallaah …. Laailaaha Illallaah ..” perintah temanku..
Tetapi sungguh mengerikan, dari mulutnya malah meluncur lagu-lagu. Keadaan itu membuatku merinding.
Temanku tampaknya sudah biasa menghadapi orang-orang yang sekarat ..
Kembali ia menuntun korban itu membaca syahadat. Aku diam membisu. Aku tak berkutik dengan pandangan nanar. Seumur hidupku, aku belum pernah menyaksikan orang yang sedang sekarat, apalagi dengan kondisi seperti ini.
Temanku terus menuntun keduanya mengulang-ulang bacaan syahadat.
tetapi …. keduanya tetap terus saja melantunkan lagu.
Tak ada gunanya …. Suara lagunya terdengar semakin melemah ….lemah dan lemah sekali.. Orang pertama diam, tak bersuara lagi, disusul orang kedua.
Tak ada gerak …. keduanya telah meninggal dunia. Kami segera membawa mereka ke dalam mobil. Temanku menunduk, ia tak berbicara sepatah katapun. Selama perjalanan hanya ada kebisuan. Hening…
kesunyian pecah ketika temanku mulai bicara…Ia berbicara tentang hakikat kematian dan su’ul khatimah (kesudahan yang buruk).
Ia berkata “Manusia akan mengakhiri hidupnya dengan baik atau buruk..

Kesudahan hidup itu biasanya pertanda dari apa yang dilakukan olehnya selama di dunia.
Ia bercerita panjang lebar padaku tentang berbagai kisah yang diriwayatkan dalam buku-buku islam. Ia juga berbicara bagaimana seseorang akan mengakhiri hidupnya sesuai dengan masa lalunya secara lahir batin.
Perjalanan kerumah sakit terasa singkat oleh pembicaraan kami tentang kematian. Pembicaraan itu makin sempurna gambarannya tatkala ingat bahwa kami sedang membawa mayat. Tiba-tiba aku menjadi takut mati. Peristiwa ini benar-benar memberi pelajaran berharga bagiku. Hari itu, aku shalat khusyu’ sekali.
Tetapi perlahan-lahan aku mulai melupakan peristiwa itu. Aku kembali pada kebiasaanku semula …
Aku seperti tak pernah menyaksikan apa yang menimpa dua orang yang tak kukenal beberapa waktu yang lalu. Tetapi sejak saat itu, aku memang benar-benar menjadi benci kepada yang namanya lagu-lagu. Aku tak mau tenggelam menikmatinya seperti sedia kala.

Mungkin itu ada kaitannya dengan lagu yang pernah kudengar dari dua orang yang sedang sekarat dahulu. Kejadian yang menakjubkan !.

Selang enam bulan dari peristiwa mengerikan itu …. sebuah kejadian menakjubkan kembali terjadi di depan mataku. Seseorang mengendarai mobilnya dengan pelan, tetapi tiba-tiba mobilnya mogok di sebuah terowongan menuju kota . Ia turun dari mobilnya untuk mengganti ban yang kempes. Ketika ia berdiri dibelakang mobil untuk menurunkan ban serep, tiba-tiba sebuah mobil dengan kecepatan tinggi menabraknya dari arah belakang. Lelaki itupun langsung tersungkur seketika.
Aku dengan seorang kawan, bukan yang menemaniku pada peristiwa pertama cepat-cepat menuju tempat kejadian. Dia kami bawa dengan mobil dan segera pula kami menghubungi rumah sakit agar langsung mendapat penanganan.
Dia masih sangat muda, wajahnya begitu bersih.Ketika mengangkatnya ke mobil, kami berdua cukup panik, sehingga tak sempat memperhatikan kalau ia menggumamkan sesuatu.
Ketika kami membujurkannya di dalam mobil, kami baru bisa membedakan suara yang keluar dari mulutnya.
Ia melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an … dengan suara amat lemah.

Subhanallah ! dalam kondisi kritis seperti itu ia masih sempat melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an ?
Darah mengguyur seluruh pakaiannya, tulang-tulangnya patah, bahkan ia hampir mati. Dalam kondisi seperti itu, ia terus melantunkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan suaranya yang merdu.
Selama hidup, aku tak pernah mendengar bacaan Al-Qur’an seindah itu.

Dalam batin aku bergumam sendirian “Aku akan menuntunnya membaca syahadat sebagaimana yang dilakukan oleh temanku terdahulu …apalagi aku sudah punya pengalaman.” aku meyakinkan diriku sendiri. Aku dan kawanku seperti terhipnotis mendengarkan suara bacaan Al-Qur’an yang merdu itu.

Sekonyong-konyong sekujur tubuhku merinding, menjalar dan menyelusup ke setiap rongga. Tiba-tiba, suara itu terhenti. Aku menoleh kebelakang. Kusaksikan dia mengacungkan jari telunjuknya lalu bersyahadat. Kepalanya terkulai, aku melompat kebelakang.
kupegang tangannya, degup jantungnya, nafasnya, tidak ada yang terasa..

Dia telah meninggal. Aku lalu memandanginya lekat-lekat, air mataku menetes, kusembunyikan tangisku, takut diketahui kawanku. Kukabarkan kepada kawanku kalau pemuda itu telah meninggal. Kawanku tak kuasa menahan tangisnya. Demikian pula halnya dengan diriku. Aku terus menangis air mataku deras mengalir. Suasana dalam mobil betul-betul sangat mengharukan. …Sampai di rumah sakit …..Kepada orang-orang di sana, kami mengabarkan perihal kematian pemuda itu dan peristiwa menjelang kematiannya yang menakjubkan.
Banyak orang yang terpengaruh dengan kisah kami, sehingga tak sedikit
yang meneteskan air mata.
Adalah seorang dari mereka, demi mendengar kisahnya, segera menghampiri jenazah dan mencium keningnya. Semua orang yang hadir memutuskan untuk tidak beranjak sebelum mengetahui secara pasti kapan jenazah akan dishalatkan. . . Mereka ingin memberi penghormatan terakhir kepada
jenazah. Semua ingin ikut mensholatinya. Ia adalah seorang petugas rumah sakit menghubungi rumah almarhum. Kami ikut mengantar jenazah hingga ke rumah keluarganya. .
Salah seorang saudaranya mengisahkan, ketika kecelakaan, sebetulnya almarhum hendak menjenguk neneknya di desa. Pekerjaan itu rutin ia lakukan setiap hari senin. Disana almarhum juga menyantuni para janda, anak yatim dan orang-orang miskin.
Ketika terjadi kecelakaan, mobilnya penuh dengan beras, gula, buah-buahan dan barang-barang kebutuhan pokok lainnya. Ia juga tak lupa membawa buku-buku agama dan kaset-kaset pengajian. Semua itu untuk dibagi-bagikan kepada orang-orang yang dia santuni. Bahkan juga membawa permen untuk dibagikan kepada anak-anak kecil.

Bila tiba saatnya kelak, kita menghadap Allah Yang Perkasa. hanya ada satu harap, semoga kita menjadi penghuni surga. Biarlah dunia jadi kenangan, juga langkah-langkah kaki yang terseok, di sela dosa dan pertaubatan. Hari ini, semoga masih ada usia, untuk mengejar surga itu, dengan amal-amal yang nyata : “memperbaiki diri dan mengajak orang lain “?

Allah Swt berfirman: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan
yang memperdayakan. ” (QS. Al-Imran:185)

Rasulullah Saw telah mengingatkan dalam sabdanya, “Barangsiapa yang lambat amalnya, tidak akan dipercepat oleh nasabnya.” Saudaraku, siapa yang tau kapan, dimana, bagaimana, sedang apa, kita menemui tamu yang pasti menjumpai kita, yang mengajak menghadap Allah SWT.
Orang yang cerdik dan pandai adalah yang senantiasa mengingat kematian dalam waktu-waktu yang ia lalui kemudian melakukan persiapan persiapan untuk menghadapinya. Suruh dirimu berbuat taat, sudah pasti dirimu tidak akan patuh kepadamu dan pasti ia akan menolak dan merasa berat untuk mengerjakan ketaatan.asehat ini terutama untuk diri saya sendiri, dan saudara-saudaraku seiman pada umumnya.

Orang Cerdas Adalah Orang Yang Banyak Mengingat Akan Kematian, dan berusaha memanifestasikan dan optimalisasi amal demi menghadapi hidup setelah kematian

Air Mendidih

Seorang anak mengeluh pada ayahnya mengenai kehidupannya dan menanyakan mengapa hidup ini terasa begitu berat baginya. Ia tidak tahu bagaimana menghadapinya dan hampir menyerah. Ia sudah lelah untuk berjuang. Sepertinya setiap kali satu masalah selesai, timbul masalah baru.

Ayahnya, seorang koki, membawanya ke dapur. Ia mengisi 3 panci dengan air dan menaruhnya di atas api. Setelah air di panci-panci tersebut mendidih. Ia menaruh wortel di dalam panci pertama, telur di panci kedua dan ia menaruh kopi bubuk di panci terakhir. Ia membiarkannya mendidih tanpa berkata-kata. Si anak membungkam dan menunggu dengan tidak sabar, memikirkan apa yang sedang dikerjakan sang ayah. Setelah 20 menit, sang ayah mematikan api. Ia menyisihkan wortel dan menaruhnya di mangkuk, mengangkat telur dan meletakkannya di mangkuk yang lain, dan menuangkan kopi di mangkuk lainnya.

Lalu ia bertanya kepada anaknya, “Apa yang kau lihat, nak?”
“Wortel, telur, dan kopi” jawab si anak.
Ayahnya mengajaknya mendekat dan memintanya merasakan wortel itu. Ia melakukannya dan merasakan bahwa wortel itu terasa lunak. Ayahnya lalu memintanya mengambil telur dan memecahkannya. Setelah membuang kulitnya, ia mendapati sebuah telur rebus yang mengeras. Terakhir, ayahnya memintanya untuk mencicipi kopi. Ia tersenyum ketika mencicipi kopi dengan aromanya yang khas.

Setelah itu, si anak bertanya, “Apa arti semua ini, Ayah?”
Ayahnya menerangkan bahwa ketiganya telah menghadapi kesulitan yang sama, perebusan, tetapi masing-masing menunjukkan reaksi yang berbeda.
Wortel sebelum direbus kuat, keras dan sukar dipatahkan. Tetapi setelah direbus, wortel menjadi lembut dan lunak.

Telur sebelumnya mudah pecah. Cangkang tipisnya melindungi isinya yang berupa cairan. Tetapi setelah direbus, isinya menjadi keras.
Bubuk kopi mengalami perubahan yang unik. Setelah berada di dalam rebusan air, bubuk kopi merubah air tersebut. “Kamu termasuk yang mana?,” tanya ayahnya.
“Ketika kesulitan mendatangimu, Bagaimana kau menghadapinya? Apakah kamu wortel, telur atau kopi?”

Bagaimana dengan kamu?
Apakah kamu adalah wortel yang kelihatannya keras, tapi dengan adanya penderitaan dan kesulitan, kamu menyerah, menjadi lunak dan kehilangan kekuatanmu.

Apakah kamu adalah telur, yang awalnya memiliki hati lembut?
Dengan jiwa yang dinamis, namun setelah adanya kematian, patah hati, perceraian atau pemecatan menjadi keras dan kaku. Dari luar kelihatan sama, tetapi apakah kamu menjadi pahit dan keras dengan jiwa dan hati yang kaku?

Ataukah kamu adalah bubuk kopi?
Bubuk kopi merubah air panas, sesuatu yang menimbulkan kesakitan, untuk mencapai rasanya yang maksimal pada suhu 100 derajat Celcius. Ketika air mencapai suhu terpanas, kopi terasa semakin nikmat. Jika kamu seperti bubuk kopi, ketika keadaan menjadi semakin buruk, kamu akan menjadi semakin baik dan membuat keadaan di sekitarmu juga membaik.

** Kisah Inspiratif **

Kisah ini berawal dari curhat di chatting antara aku dan sahabatku, sebut saja namanya "Diana". Ini kisah sahabatku "Diana" yang sangat aku sayangi.

Pernah suatu hari diana bertanya padaku : Lia, salahkah bila aku mencintainya?, aku bingung dengan pertanyaannya, emang kenapa di??, gak ada yang salah dalam cinta, karena itu anugerah Allah untuk hambanya.
Tapi masalahnya, aku bukanlah seorang wanita biasa seperti kamu lia, aku berbeda dengan wanita lainnya.Aku semakin bingung dengan pernyataannya, ada apa dengan diana sebenarnya, kenapa dia begitu aneh.

Disitulah semua terungkap semua kisah hidup diana, yang jujur gak pernah aku dengar dan gak pernah aku tahu selama ini. kisah hidup yang dramatis dan menyedihkan. Maafkan aku sahabat, bila aku ceritakan kisah mu disini, bukan maksud hatiku untuk mempermalukan atau memperolok2 dirimu tapi hanya untuk berbagi, agar kejadian ini gak terulang kepada wanita lainnya.

Diana seorang gadis berumur 21 tahun, diusia belianya 16 tahun tepatnya 5 tahun yang lalu, disaat dia duduk dikelas 1 smu. Kejadian yang menyedihkan dialaminya, sungguh aku gak tega menceritakannya. Dia di jodohkan sama seorang pria muda yang tampan dan kaya oleh orang tuanya, ternyata tujuan dari perjodohan ini adalah untuk menutupi utang kedua orang tuanya yang sudah menumpuk dan mereka gak sanggup lagi membayarnya. Dan jalan satu-satunya adalah dengan menikahkan diana dengan rentenir itu. Diana sempat menolah mentah-mentah permintaan orang tuanya itu, alasannya karena dia masih smu dan gak mau menikah muda. Tapi sudah alang kepalang, orang tuanya yang sudah buta mata hatinya oleh kemilau harta bila si rentenir itu menjadi menantunya, tentu mereka akan menjadi orang kaya. Dan diana dipaksa nikah dengan rentenir itu.

Setelah menikah, otomatis diana pindah kerumah gedung sang rentenir itu dan mulailah hidup sebagai sepasang suami istri.

Pada awal mulanya kehidupan pernikahan mereka biasa saja, sama seperti pernikahan pada umumnya, tapi memasuki bulan ke tiga pernikahan, sang rentenir itu mulai menampakkan wujud aslinya yang bengas dan sadis. Ternyata sang rentenir mempunyai kelainan sex..setiap hari diana diminta untuk melayaninya dengan cara yang tidak masuk akal, salah satunya dia diikat di bak kamar mandi dengan air penuh, lalu dia di telungkupkan kedalam air itu lalu ditarik lagi, sampai beberapa kali. Menurut diana, suaminya merasa istrinya sexy kalau melihat dia dalam keadaan teraniaya begitu, subhanallah, ada ya orang aneh seperti itu. Bayangkan itu terus terjadi selama 5 tahun pernikahan mereka, kenapa cuma lima tahun. Karena pada tahun kelima pernikahannya, suaminya meninggal ditembak oleh oknum polisi karena berusaha melarikan diri dalam suatu penyergapan di rumahnya.

Selama lima tahun hidup teraniaya dengan suaminya, membuat fisik dan bathin diana terguncang, secara fisik diana bilang dia sudah tidak normal lagi sebagai seorang wanita, sedangkan secara bathin dia hampir gila. Alhamdulillah setelah itu dia bertemu dengan seorang pria baik yang mau membimbingnya kembali kejalan yang benar, pria itu seorang ustad di komplek rumah mantan suaminya. Terjawablah sudah teka-teki itu, ternyata diana mencintai ustad itu dan dia merasa gak layak dengan keadaan fisiknya yang sudah cacat sebagai seorang wanita. Jodoh ditangan Allah sahabatku, jangan merasa minder dengan keadaan fisikmu yang sudah cacat, itu bukanlah suatu kehinaan, bahkan menurutkan kamu adalah seorang wanita yang luar biasa. Allah memberimu cobaan yang berat, itu artinya kamu wanita yang kuat. Jangan ragukan kuasa Allah, tetaplah memohon padaNya agar diberikan yang terbaik untuk mu, wahai sahabatku.

KISAH IBU BUTA YANG MEMALUKANKU (Kisah Sedih Yang Mengharukan).

Saat aku beranjak dewasa, aku mulai mengenal sedikit kehidupan yang menyenangkan, merasakan kebahagiaan memiliki wajah yang tampan, kebahagiaan memiliki banyak pengagum di sekolah, kebahagiaan karena kepintaranku yang dibanggakan banyak guru. Itulah aku, tapi satu yang harus aku tutupi, aku malu mempunyai seorang ibu yang BUTA! Matanya tidak ada satu. Aku sangat malu, benar-benarAku sangat menginginkan kesempurnaan terletak padaku, tak ada satupun yang cacat dalam hidupku juga dalam keluargaku. Saat itu ayah yang menjadi tulang punggung kami sudah dipanggil terlebih dahulu oleh yang Maha Kuasa. Tinggallah aku anak semata wayang yang seharusnya menjadi tulang punggung pengganti ayah. Tapi semua itu tak kuhiraukan. Aku hanya mementingkan kebutuhan dan keperluanku saja. Sedang ibu bekerja membuat makanan untuk para karyawan di sebuah rumah jahit sederhana.

Pada suatu saat ibu datang ke sekolah untuk menjenguk keadaanku. Karena sudah beberapa hari aku tak pulang ke rumah dan tidak tidur di rumah. Karena rumah kumuh itu membuatku muak, membuatku kesempurnaan yang kumiliki manjadi cacat. Akan kuperoleh apapun untuk menggapai sebuah kesempurnaan itu.

Tepat di saat istirahat, Kulihat sosok wanita tua di pintu sekolah. Bajunya pun bersahaja rapih dan sopan. Itulah ibu ku yang mempunyai mata satu. Dan yang selalu membuat aku malu dan yang lebih memalukan lagi Ibu memanggilku.
“Mau ngapain ibu ke sini? Ibu datang hanya untuk mempermalukan aku!” Bentakkan dariku membuat diri ibuku segera bergegas pergi. Dan itulah memang yang kuharapkan. Ibu punbergegas keluar dari sekolahku. Karena kehadiranya itu aku benar-benar malu, sangat malu. Sampai beberapa temanku berkata dan menanyakan.
“Hai, itu ibumu ya???, Ibumu matanya satu ya?” yang menjadikanku bagai disambar petir mendapat pertanyaan seperti itu.

Beberapa bulan kemudian aku lulus sekolah dan mendapat beasiswa di sebuah sekolah di luar negeri. Aku mendapatkan beasiswa yang ku incar dan kukejar agar aku bisa segera meninggalkan rumah kumuhku dan terutama meninggalkan ibuku yang membuatku malu. Ternyata aku berhasil mendapatkannya. Dengan bangga kubusungkan dada dan aku berangkat pergi tanpa memberi tahu Ibu karena bagiku itu tidak perlu. Aku hidup untuk diriku sendiri. Persetan dengan Ibuku. Seorang yang selalu mnghalangi kemajuanku.

Di Selolah itu, aku menjadi mahasiswa terpopuler karena kepintaran dan ketampananku. Aku telah sukses dan kemudian aku menikah dengan seorang gadis Indonesia dan menetap di Singapura.

Singkat cerita aku menjadi seorang yang sukses, sangat sukses. Tempat tinggalku sangat mewah, aku mempunyai seorang anak laki-laki berusia tiga tahun danaku sangat menyayanginya. Bahkan aku rela mempertaruhkan nyawaku untuk putraku itu.

10 tahun aku menetap di Singapura, belajar dan membina rumah tangga dengan harmonis dan sama sekali aku tak pernah memikirkan nasib ibuku. Sedikit punaku tak rindu padanya, aku tak mencemaskannya. Aku BAHAGIA dengan kehidupan ku sekarang.Tapi pada suatu hari kehidupanku yang sempurna tersebut terusik, saat putraku sedang asyik bermain di depan pintu. Tiba-tiba datang seorang wanita tua renta dan sedikit kumuh menghampirinya. Dan kulihat dia adalah Ibuku, Ibuku datang ke Singapura. Entah untuk apa dan dari mana dia memperoleh ongkosnya. Dia datang menemuiku.

Seketika saja Ibuku ku usir. Dengan enteng aku mengatakan:
“HEY, PERGILAH KAU PENGEMIS. KAU MEMBUAT ANAKKU TAKUT!” Dan tanpa membalas perkataan kasarku, Ibu lalu tersenyum,
“MAAF, SAYA SALAH ALAMAT”Tanpa merasa besalah, aku masuk ke dalam rumah.

Beberapa bulan kemudian datanglah sepucuk surat undangan reuni dari sekolah SMA ku. Aku pun datang untuk menghadirinya dan beralasan pada istriku bahwa aku akan dinas ke luar negeri.Singkat cerita, tibalah aku di kota kelahiranku. Tak lama hanya ingin menghadiri pesta reuni dan sedikit menyombongkan diri yang sudah sukses ini. Berhasil aku membuat seluruh teman-temanku kagum pada diriku yang sekarang ini.

Selesai Reuni entah megapa aku ingin melihat keadaan rumahku sebelum pulang ke Sigapore. Tak tau perasaan apa yang membuatku melangkah untuk melihat rumah kumuh dan wanita tua itu. Sesampainya di depan rumah itu, tak ada perasaansedih atau bersalah padaku, bahkanaku sendiri sebenarnya jijik melihatnya. Dengan rasa tidak berdosa, aku memasuki rumah itu tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Ku lihat rumah ini begitu berantakan. Aku tak menemukan sosok wanita tua di dalam rumah itu, entahlah dia ke mana, tapi justru aku merasa lega tak bertemu dengannya.

Bergegas aku keluar dan bertemu dengan salah satu tetangga rumahku.
“Akhirnya kau datang juga. Ibu mu telah meninggal dunia seminggu yang lalu”

“OH…” Hanya perkataan itu yang bisa keluar dari mulutku. Sedikit pun tak ada rasasedih di hatiku yang kurasakan saat mendengar ibuku telah meninggal.
“Ini, sebelum meninggal, Ibumu memberikan surat ini untukmu” Setelah menyerahkan surat ia segera bergegas pergi. Ku buka lembar surat yang sudah kucal itu.

Untuk anakku yang sangat Aku cintai,
Anakku yang kucintai aku tahu kau sangat membenciku. Tapi Ibu senang sekali waktu mendengar kabar bahwa akan ada reuni disekolahmu.
Aku berharap agar aku bisa melihatmu sekali lagi. karena aku yakin kau akan datang ke acara Reuni tersebut.
Sejujurnya ibu sangat merindukanmu, teramat dalam sehingga setiap malam Aku hanya bisa menangis sambil memandangi fotomu satu-satunya yang ibu punya.
Ibu tak pernah lupa untuk mendoakan kebahagiaanmu, agar kau bisa sukses dan melihat dunia luas.
Asal kau tau saja anakku tersayang, sejujurnya mata yang kau pakai untuk melihat dunia luas itu salah satunya adalah mataku yang selalu membuatmu malu.
Mataku yang kuberikan padamu waktu kau kecil. Waktu itu kau dan Ayah mu mengalami kecelakaan yang hebat, tetapi Ayahmu meninggal, sedangkan mata kananmu mengalami kebutaan. Aku tak tega anak tersayangku ini hidup dan tumbuh dengan mata yang cacat maka aku berikan satu mataku ini untukmu.
Sekarang aku bangga padamu karena kau bisa meraih apa yang kau inginkan dan cita-citakan.
Dan akupun sangat bahagia bisa melihat dunia luas dengan mataku yang aku berikan untukmu.
Saat aku menulis surat ini, aku masih berharap bisa melihatmu untuk yang terakhir kalinya, Tapi aku rasa itu tidak mungkin, karena aku yakin maut sudah di depan mataku.

Peluk cium dari Ibumu tercinta .

Bak petir di siang bolong yang menghantam seluruh saraf-sarafku,
Aku terdiam!

Baru kusadari bahwa yang membuatku malu sebenarnya bukan ibuku, tetapi diriku sendiri....

Suatu saat kau akan mengerti..... Karena Engkau Lebih Mahal Dari Dunia…

Suatu saat kau akan bisa mengerti mengapa mawar yang indah itu harus berduri, ketika saat ini kau selalu mengeluh sakit saat berusaha memetik dan menggenggam mawar karena durinya menusukmu…

Suatu saat kau akan mengerti mengapa air yang jernih itu mampu menjadi keruh dan kotor serta menyimpan banyak penyakit jika kau biarkan air itu diam dan tak mengalir…

Suatu saat kau akan mengerti mengapa waktu adalah uang yang harus kau kau jaga agar waktu itu tak terbuang percuma…

Suatu saat kau akan mengerti tentang sesuatu yang saat ini belum kau mengerti. Dan kau akan bisa mengerti ketika kau telah berjibaku dengan waktu dan akal pikiranmu…

Lihatlah pada apa yang Allah perlihatkan padamu…

Suatu saat kau akan mengerti mengapa hari ini Allah mengambil apa yang Dia titipkan padamu sedang kau mencintainya dengan amat sangat hingga akhirnya membuatmu menangis karena kehilangannya..

Suatu saat kau akan akan mengerti mengapa Allah melakukan sesuatu yang tidak kau sukai hingga membuatmu tak berhenti untuk mengeluh…

Suatu saat kau akan mengerti mengapa Allah memberikanmu sesuatu yang membuat hatimu amat kecewa hingga membuatmu sulit untuk mensyukuri apa yang diberi-Nya..

Suatu saat kau akan mengerti mengapa harus ada jalan mulus namun menyesatkan dan jalan terjal namun mengantarmu pada kebahagiaan…

Suatu saat kau akan mengerti mengapa kau harus memperlakukan cinta dihatimu dengan penuh kehati-hatian…

Suatu saat kau akan mengerti mengapa kau harus melelahkan diri dalam perjuangan demi meraih sebuah kebahagiaan…

Suatu saat kau akan mengerti mengapa hidup harus kau jalani dengan tertawa dan menangis..
Dan suatu saat kau akan mengerti mengapa hidupmu harus diatur sedemikian rupa, berbeda dengan makhluk-Nya yang lain…

Kau akan mengerti semuanya tatkala kau biarkan jiwamu mendesah, akalmu berpikir, dan imanmu ikut serta mengiringi..

Kau akan mengerti kala Allah ingin membuatmu menjadi hamba yang kuat..
Menjadi hamba yang teguh…
Menjadi hamba yang cerdas menata hati..
Menjadi hamba yang tak mudah berputus asa…
Menjadi hamba yang mengerti akan hakikat kehidupan…
Dan menjadi hamba yang akan dirindukan oleh syurga dan ridho-Nya…

Sedikti saja…kupersembahkan coretan sederhana ini untuk kalian para umat di bumi Allah….

Allah telah menciptakan kita dengan penuh kesempurnaan dan berhiaskan keindahan yang luar biasa…bahkan di bandingkan dengan laki-laki..kita jauh lebih indah karena keindahan kita terlihat dari ujung rambut hingga ujung kaki. Itulah kenapa ada yang berkata betapa semu dunia ini walau penuh dengan permata yang berkilauan, pemandangan yang menyejukkan, atau pelangi yang menghiasi langit, tak ada artinya bila dunia tanpa sosok makhluk bernama wanita. Bahkan syurga yang indahnya tak pernah bisa dibayangkan oleh manusia manapun terasa hampa oleh Adam karna sehingga Allah ciptakan Hawa dari tulang rusuk kirinya.

Itulah kenapa rasanya wajar jika banyak wanita yang bangga akan dirinya….mereka merasa bahagia ketika menunjukkan dirinya pada dunia dengan segala keindahan dirinya. Itulah kenapa pula banyak sekali orang-orang yang memanfaatkan kecantikan sosok wanita untuk kepentingan usaha dan bisnisnya. Lihatlah iklan-iklan yang sering bertebaran mulai dari produk kecantikan, otomotif, rumah dan sebagainya, bukankah tak ada penawaran mereka tanpa wanita? Ya….itu karena wanita memiliki energi magnetik yang luar biasa…hebat bukan?


Ada sebuah pernyataan sekaligus pertanyaan yang ditujukan pada sosok bernama wanita. Pernyataan yang paling menyeruak adalah bahwa seharusnya seorang wanita menyembunyikan kecantikannya dari dunia agar kehormatan dan kemuliaannya tetap terjaga. Namun dibalik pernyataan itu pula ada lagi sebuah pertanyaan dari mereka yang juga dari wanita yaitu bukankah kami tercipta dengan keindahan, lalu mengapa kami tak boleh menunjukkannya pada dunia agar dunia pun takjub dan semakin mengagumi bahwa Tuhan telah menciptakan makhluk yang paling indah bernama wanita?


Pernyataan ataupun pertanyaan itu tidak ada yang salah, semuanya benar. Tapi mempertanyakan kenapa kecantikan kita tak boleh di tunjukkan pada dunia, maka inilah jawabannya…
“ Karna engkau lebih berharga dari dunia dan seisinya…. Karna engkau lebih mahal dari dunia dan seluruh permata yang terkandung di dalamnya.. Dan karna dunia pun tak berhak untuk melihat dan menikmati keindahan dirimu begitu saja…”

Maka bila engkau rapi menyimpan keindahan yang ada pada dirimu…bukan berarti engkau tak cantik….bukan berarti engkau tak indah….tapi karena bagimu keindahan dan kecantikan itu tak boleh dibeli murah oleh siapapun… Itulah kemuliaanmu…Itulah bentuk kehormatan dirimu saudariku…!

Maka percayalah….dunia itu akan indah bukan karena keindahan ragamu tetapi akan semakin indah dengan akhlakmu…

Kisah Batu Nisan Berlumur Darah (Cerita Rakyat Martapura - Kalimantan Selatan)

Mashor adalah pemuda yang bertempat tinggal di desa yang sekarang  sekitar Pekauman danTeluk Selong. Mashor berasal dari keluarga yang  miskin, tetapi mempunyai pendidikan yang tinggi dan budi akhlaknya  tinggi. Dia mempunyai keahlian membaca Al-Quran yang sangat indah  didengar. Mashor sebagai orang yang tidak mampu ikut bekerja di rumah  Fatimah sebagai pembantu.

Fatimah merupakan gadis dari keluarga sangat kaya. Mereka tinggal  di seberang desa Mashor, mungkin sekarang daerah Kampung Melayu. Orang  tuanya merupakan pedagang yang mempunyai hubungan dagang keluar daerah.  Terutama daerah Singapura.

Mashor sebagai pembantu mempunyai banyak pekerjaan yang harus  dilakukannya seperti menimba air, memotong kayu, dan lain-lain. Hari  demi hari, bulan demi bulan itu saja yang dilakukannya untuk membiayai  hidup dan orang tuanya. Selama beberapa tahun Mashor bekerja dirumah  kaya itu membuat Fatimah secara tidak sadar jatuh cinta kepadanya begitu  juga sebaliknya. Tetapi karena adat yang menjaga ketat pertemuan antara  perawan dengan bujangan membuat hubungan mereka tidak diketahui oleh  keluarga.

Mashor sadar percintaan mereka pasti akan ditentang oleh keluarga  Fatimah yang memegang adat keluarga. Mereka hanya akan menikahkan anak  gadisnya hanya dengan orang yang sederajat dan mempunyai hubungan  keluarga bangsawan dan pasti tentu harus pilihan keluarga.

Tetapi Cinta  di hati tidak bisa menolaknya. Tidak lama kemudian hubungan mereka mulai diketahui orang tua Fatimah.  Betapa marahnya orang tua Fatimah mengetahui hal itu. Mereka  memutuskan untuk menjauhkan Mashor dari Fatimah dengan menugaskan Mashor  menjaga kebun karet dan ladang keluarga Fatimah di seberang sungai.

Kebun karet ini berada jauh dari rumah Fatimah, menujunya hanya bisa  dengan perahu “jukung” karena melewati sungai yang kecil. Mashor  diberikan pondok kecil untuk berteduh dan melakukan kegiatan  sehari-hari. Setiap hari dia bekerja merawat kebun karet tersebut.  Setiap hasil karet hanya orang suruhan keluarga Fatimah saja yang  mengambilnya. Dia tidak diberikan kesempatan untuk ke rumah sang  Majikan.
Fatimah mengetahui kabar Mashor hanya dengan meminta keterangan acil ijah, pembantu yang sering mengatarkan beras buat Mashor.

Suatu hari ada orang kaya bernama Muhdar yang masih ada hubungan  keluarga dengan Fatimah badatang (melamar) ke rumah Fatimah dengan  menggunakan satu buah kapal yang sangat besar sesuai dengan derajat  kekayaan orang tersebut. Niat Muhdar disambut baik oleh keluarga  Fatimah, mereka sepakat untuk mengadakan perkawinan besar-besaran. Hal  ini tidak menjadi beban bagi Muhdar karena kakayaannya.

Fatimah sangat menentang niat orang tuanya yang menjodohkannya dengan  Muhdar. Dia kenal betul perangai Muhdar. Walaupun kaya tetapi dia tidak  mempunyai budi pekerti dan ilmu agama sebaik Mashor. Tetapi dia harus  menjalankan dua pilihan yang sangat berat. Di satu sisi dia mempunyai  pilihan dan cinta yang diyakininya membawa kebahagian di dunia dan di  akhirat yaitu hidup bersama Mashor. Di satu sisi dia harus mengikuti  perintah orang tuanya, dia sadar menyakiti hati orang tua adalah  perbuatan yang durhaka. Akhirnya Fatimah pasrah terhadap perjodohan ini.  Perjodohan yang dilandasi oleh harta, hubungan keluarga bukan oleh  Cinta. Mashor yang berada jauh tidak mengetahui perjodohan ini. Semuanya  yang datang ke gubuk Mashor bekerja selalu menutupinya. Mereka tidak  ingin dipecat majikan jika menceritakan hal tersebut.

Akhirnya acara pernikahan dimulai, Muhdar datang dengan beberapa  kapal besar yang membawa mas kawin atau jujuran. Ada kapal yang membawa  isi kamar lengkap, ada kapal yang membawa perhiasan emas dan batu  permata, ada kapal yang membawa pakaian wanita yang sangat indah-indah.  Bagi mereka semua itu hal biasa, karena bisnis dagang keluarga ini ke  Singapura berupa batu permata dan kain. Mereka mempunyai banyak  pelanggan di Singapura. Pada jaman tersebut sungai Martapura digunakan  sebagai jalur perdagangan. Kapal-kapal besar pedagang Martapura sering  berangkat membawa barang dagangan ke Pulau Jawa dan Sumatera hingga  Singapura dan Malaysia. Sesuai dengan jalur perdagangan dunia antara  Malaysia dan pulau Sumatera.

Pada malam harinya ketika semua kelelahan. Muhdar dan Fatimah tidur  di kamar penganten. Belum sempat malam pertama itu terjadi ternyata  rumah Fatimah terbakar akibat api dapur lupa dimatikan. Muhdar lari  keluar dengan segera tanpa memperdulikan Fatimah. Api semakin membesar  Fatimah terjebak di dalamnya.

Mashor yang belum tidur melihat dari kejauhan warna merah di langit yang  menadakan kebakaran. Dia yakin kebakaran itu berada di rumah Fatimah.  Tanpa peduli aturan majikannya yang tidak memperbolehkannya mendekati  rumah dia langsung berlari mengambil jukung. Setelah sampai di rumah  Fatimah dia diberitahu bahwa Fatimah terjebak di dalamnya.

Dengan  kekuatan Cintanya dia terobos api dan menemukan Fatimah pingsan karena  terlalu banyak menghirup asap. Dia angkat Fatimah melewati api yang  besar. Dengan badannya dia melindungi Fatimah dari api dan kayu rumah  yang berjatuhan. Setelah dia bawa keluar Mashor disambut Muhdar dengan  merebut Fatimah dari pangkuan Mashor. Dengan demikian Mashor akhirnya  mengetahui perkawinan tersebut. Belum sempat dia mendapatkan penjelasan,  Mashor pingsan karena terlalu banyak luka bakar yang dialaminya.
Keluarga Fatimah memerintahkan agar Mashor dirawat kembali di gubuknya  tempatnya bekerja. Dan menginginkan agar peristiwa heroic ini jangan  sampai diketahui Fatimah.

Subuh harinya mashor tidak bisa bertahan. Dia meninggal karena luka  yang terlalu parah. Setelah sholat dzuhur dia dimakamkan di daerah  perkebunan karet tersebut. Atau tepatnya sekarang berada di desa  Tungkaran. Makam Mashor sederhana dengan nisan ulin. Untuk mencegah babi  hutan kuburannya juga dipagar bambu.

Semuanya berada di pemakaman, baik teman-teman Mashor maupun keluarga  Fatiamah. Tetapi Fatimah tidak mengetahui kematian ini. Dia masih lemah  di kamar rumah Muhdar. Dia masih bertanya di dalam hati bagaimana dia  bisa selamat, suaminya sendiri meninggalkannya saat kebakaran itu  terjadi.

Sewaktu malam hari pertanyaan itu dikeluarkannya pada Acil Ijah yang  sejak kecil merawatnya. Acil Ijah tahu betul perasaan Fatimah kepada  Mashor. Karena tidak dapat mendustai tuannya yang sejak kecil dia  pelihara tersebut akhirnya dia ceritakan peristiwa kebakaran itu.

Fatimah yang sangat rindu Mashor akhirnya menanyakan keberadaan  Mashor. Dengan sangat hati-hati Acil Ijah menceritakan kematian Mashor  dan memberitahukan letak kuburannya. Dia berjanji menemani Fatimah besok  untuk ziarah ke kuburan Mashor.

Fatimah Sangat terpukul hatinya mengetahui pemuda yang melindungi dan  dicintainya telah tiada. Menangislah Fatimah sejadinya. Setelah semua  orang terlelap tidur, jam 3subuh tanpa sepengetahuan yang lain Fatimah  keluar rumah. Dia tidak dapat menyimpan perasaan rindu dan dukanya.  Tanpa menunggu siang dia bertekad harus menemukan ke kuburan Mashor. Dia  tidak yakin kekasihnya sudah meninggal jika tidak menemukan kuburannya  langsung. Dia seberangi sungai Martapura dan berjalan menyisir jalan  setapak. Dia masih ingat letak kebun karet keluarganya ketika ayahnya  pernah mengajak sewaktu kecil. Malam itu hari hujan dengan deras tetapi  tidak menyurutkan hati Fatimah, di dalam hatinya hanya ada satu nama  Mashor. Di pikirannya hanya ada satu wajah Mashor, pemuda yang sangat  mengerti dirinya. Setelah tiba di kebun karet keluarganya, Fatimah tanpa  sadar dan mungkin karena ilusi yang muncul karena obsesinya bertemu  Mashor, dia melihat Mashor berdiri tersenyum kepadanya di tengah  rintikan hujan. Tanpa berpikir panjang Fatimah berlari ingin memeluk  tubuh kekasihnya melepaskan segala kerinduannya. Fatimah menabrak tubuh  lelaki itu hingga terjatuh tanpa disadari pagar yang terbuat dari bambu  yang melindungi kuburan Mashor menusuk tubuh Fatimah tepat di dadanya.  Darah mengucur dan menetes di atas kubur Mashor dan melumuri nisannya.  Fatimah meninggal dengan senyum dia yakin menemukan cintanya.

Lihatlah, Dialah Suamimu!

Wahai para istri, pernahkah kau perhatikan lebih jauh tentang sosok perkasa yang ada dirumahmu, yang menjadi separuh nyawamu itu, dan yang menjadi teman seumur hidup bagimu untuk menghabiskan hari?

Lihatlah dia dalam tidurnya...
Tidur nyenyaknya seakan menggambarkan betapa seharian ini beliau begitu lelah guna mencukupi nafkah untukmu. Dia menyingsingkan lengannya dan mengusap keringatnya, demi dirimu untuk sebuah tercukupi. Katup sayu matanya mungkin tengah menahan derasnya air mata dalam tidur, karena jebolnya bendungan hati yang kian tergerus setumpuk masalah hidup. Tapi semua masih tertahan, karena tidak akan tega membiarkan kau dan keluargamu terlunta.

L ihatlah kaki kuat itu...
Dia yang menopang tubuh renta suamimu, yang menjadi penopang ketika harus menyusuri dunia untuk sebuah kebahagiaanmu, wahai wanita. Bahkan seperti yang di sabdakan Nabi Muhammad salallahu alaihi wassalam, jikapun memang sesama manusia boleh bersujud, maka di kaki itu, kau harus meletakkan sujudmu dan memasrahkan tanganmu kepadanya.

Lihatlah gurat garis wajahnya...
Kulitnya yang legam dan kasar itu menandakan beratnya perjuangannya. Seakan disana terukir sebuah perjuangan yang begitu melelahkan namun menenangkan seluruh anggota keluargamu. Dengan tanpa keluh walaupun sesekali bimbang dalam melintasi, namun tetep menyediakan pundak yang kuat, dan dada yang lapang demi kau bersandar. Lihatlah gurat wajah lelah itu, yang seakan semakin rapuh dari hari ke hari namun tetap teguh demi sebuah yang bernama tanggung jawab.

LIhatlah para istri yang sholihah, dialah suamimu!!

Lihatlah tangannya...
Rasakan tangan berkulit kasar itu yang semakin hari semakin terasa kasar. Tangan itulah yang telah menyelamatkanmu menuju sebuah kehormatan dan menggandengmu pada sebuah perlindungan. Tangan inilah yang terkait dengan hati mereka dimana mereka seumur hidup menghabiskan hari harinya untuk memenuhi kebutuhan dan kesenanganmu.

Lihatlah mata mereka
Pandangan teduh itulah yang mendamaikanmu. Mengajakmu dengan lindungan dalam kekuatan mereka. Berharap kedamaian menyelimutimu, menghapus sedihmu dan kembali membawa senyum untukmu, wahai para istri. Pandangan teduh itu yang mengoyak arogansi dan kekuatan mereka demi sebah mencintai makhluk sepertimu. Pandangan teduh yang juga begitu lelah.

Wahai para istri, betapa banyak suami yang tidak dapat memejamkan mata mereka karena beratnya pikiran dan tanggung jawab mereka saat ini. SubhanAllah, maka bahagiakan dan alihkan sedikit beban mereka dengan sebuah kesenangan dan kesyukuran karena kehadiranmu. Bahagiakan mereka dengan meminimalisir keluhanmu atas mereka, dan menghadirkan senyum hari- hari mereka.

Lihatlah ketulusan hati mereka...
Seorang lelaki yang dengan penuh pengayoman tulus dan pengabdian penuh, telah menghabiskan jatah umur mereka demi memegang kendali kapal rumah tanggamu. Mereka tak mengharapkan balas kecuali kesetiaanmu. Mereka tak mengharapkan puji kecuali kepandaianmu menjaga anak- anak mereka. Mereka tak mengharapkan pamrih kecuali dengan kebahagiaan karena terjaganya bidadari yang ada dirumahnya, yaitu dirimu sendiri. Dialah pemimpin yang sholeh dan bertanggungjawab itu, dialah suamimu, wahai para istri.

Sungguh para wanita, ridho suamimu adalah kunci surga dunia bagi dirimu dan surga akherat untuk kau dan keluargamu. Maka hargailah beliau, lebih dari dirimu sendiri.

Maka dahulukan pertimbangan mereka diatas ego dan kemauanmu. Maka rendahkan suaramu, walaupun mungkin dalam amarahnya yang sempat memuncak.

Tak apalah jika mengalahmu bisa menjadi sedikit balasan bagi kelegaan hati mereka.

Allah Ta'alla akan tersenyum kepadamu, Allah akan ridho kepadamu, surgapun akan merindukanmu atas semua kebesaran hati dan keluasan jiwamu.

Maka jangan kau teruskan kemanjaanmu dengan tetap terus menuntut tentang apa yang mereka bisa bagikan dengan lebih untuk dirimu, namun tanyakan kepada batinmu sendiri, sudah sejauh mana kau telah menjadi berkah dalam kehidupan beliau, suamimu sendiri.

Dan...sudahkah hari ini kau mengucapkan kata terimakasih untuknya, seraya mencium tangannya yang mulia?

Kisah Nyata Mengharukan

Eko Pratomo Suyatno, siapa yang tidak kenal lelaki bersahaja ini?
Namanya sering muncul di koran, televisi, di buku-buku investasi dan keuangan. Dialah salah seorang dibalik kemajuan industri reksadana di Indonesia dan juga seorang pemimpin dari sebuah perusahaan investasi reksadana besar di negeri ini.

Dalam posisinya seperti sekarang ini, boleh jadi kita beranggapan bahwa pria ini pasti super sibuk dengan segudang jadwal padat. Tapi dalam note ini saya tidak akan menyoroti kesuksesan beliau sebagai eksekutif. Karena ada sisi kesehariannya yang luar biasa!!!!

Usianya sudah tidak terbilang muda lagi, 60 tahun. Orang bilang sudah senja bahkan sudah mendekati malam, tapi Pak Suyatno masih bersemangat merawat istrinya yang sedang sakit. Mereka menikah sudah lebih 32 tahun. Dikaruniai 4 orang anak.

Dari isinilah awal cobaan itu menerpa, saat istrinya melahirkan anak yang ke empat. tiba-tiba kakinya lumpuh dan tidak bisa digerakkan. Hal itu terjadi selama 2 tahun, menginjak tahun ke tiga seluruh tubuhnya menjadi lemah bahkan terasa tidak bertulang, lidahnyapun sudah tidak bisa digerakkan lagi.

Setiap hari sebelum berangkat kerja Pak Suyatno sendirian memandikan, membersihkan kotoran, menyuapi dan mengangkat istrinya ke tempat tidur. Dia letakkan istrinya di depan TV agar istrinya tidak merasa kesepian. Walau istrinya sudah tidak dapat bicara tapi selalu terlihat senyum. Untunglah tempat berkantor Pak Suyatno tidak terlalu jauh dari kediamannya, sehingga siang hari dapat pulang untuk menyuapi istrinya makan siang.

Sorenya adalah jadwal memandikan istrinya, mengganti pakaian dan selepas maghrib dia temani istrinya nonton televisi sambil menceritakan apa saja yg dia alami seharian. Walaupun istrinya hanya bisa menanggapi lewat tatapan matanya, namun begitu bagi Pak Suyatno sudah cukup menyenangkan. Bahkan terkadang diselingi dengan menggoda istrinya setiap berangkat tidur. Rutinitas ini dilakukan Pak Suyatno lebih kurang 25 tahun. Dengan penuh kesabaran dia merawat istrinya bahkan sambil membesarkan ke 4 buah hati mereka. Sekarang anak- anak mereka sudah dewasa, tinggal si bungsu yg masih kuliah.

Pada suatu hari…saat seluruh anaknya berkumpul di rumah menjenguk ibunya karena setelah anak-anak mereka menikah dan tinggal bersama keluarga masing-masing Pak Suyatno memutuskan dirinyalah yang merawat ibu mereka karena yang dia inginkan hanya satu ‘agar semua anaknya dapat berhasil' .

Dengan kalimat yang cukup hati-hati, anak yang sulung berkata: “Pak kami ingin sekali merawat ibu, semenjak kami kecil melihat bapak merawat ibu tidak ada sedikitpun keluhan keluar dari bibir bapak……bahkan bapak tidak ijinkan kami menjaga ibu.” Sambil air mata si sulung berlinang.

“Sudah keempat kalinya kami mengijinkan bapak menikah lagi, kami rasa ibupun akan mengijinkannya, kapan bapak menikmati masa tua bapak, dengan berkorban seperti ini, kami sudah tidak tega melihat bapak, kami janji akan merawat ibu sebaik-baik secara bergantian”. Si Sulung melanjutkan permohonannya.

”Anak-anakku…Jikalau perkawinan dan hidup di dunia ini hanya untuk nafsu, mungkin bapak akan menikah lagi, tapi
ketahuilah dengan adanya ibu kalian di sampingku itu sudah lebih dari cukup,dia telah melahirkan Created with the Freeware Edition of HelpNDoc: Free Web Help generator kalian….*sejenak kerongkongannya tersekat*… kalian yang selalu kurindukan hadir di dunia ini dengan penuh cinta yang tidak satupun dapat dihargai dengan apapun. Coba kalian tanya ibumu apakah dia menginginkan keadaanya seperti ini ?? Kalian menginginkan bapak bahagia, apakah bathin bapak bisa bahagia meninggalkan ibumu dengan keadaanya seperti sekarang, kalian menginginkan bapak yang masih diberiTuhan kesehatan dirawat oleh orang lain, bagaimana dengan ibumu yang masih sakit.” Pak Suyatno menjawab hal yang sama sekali tidak diduga anak-anaknya

Sejenak meledaklah tangis anak-anak Pak Suyatno, merekapun melihat butiran-butiran kecil jatuh di pelupuk mata Ibu Suyatno..dengan pilu ditatapnya mata suami yang sangat dicintainya itu…… Sampailah akhirnya Pak Suyatno diundang oleh salah satu stasiun TV swasta untuk menjadi nara sumber dan mereka pun mengajukan pertanyaan kepada Pak Suyatno kenapa mampu bertahan selama 25 tahun merawat Istrinya yg sudah tidak bisa apa-apa….disaat itulah meledak tangisnya dengan tamu yang hadir di studio kebanyakan kaum perempuanpun tidak sanggup menahan haru.

Disitulah Pak Suyatno bercerita : “Jika manusia di dunia ini mengagungkan sebuah cinta dalam perkawinannya, tetapi tidak mau memberi waktu, tenaga, pikiran, perhatian itu adalah kesia-siaan. Saya memilih istri saya menjadi pendamping hidup saya, dan sewaktu dia sehat diapun dengan sabar merawat saya, mencintai saya dengan hati dan bathinnya bukan dengan mata, dan dia memberi saya 4 anak yang lucu-lucu..Sekarang saat dia sakit karena berkorban untuk cinta kami bersama… dan itu merupakan ujian bagi saya, apakah saya dapat memegang komitmen untuk mencintainya apa adanya. Sehatpun belum tentu saya mencari penggantinya apalagi dia sakit…” Sambil menangis ”Setiap malam saya bersujud dan menangis dan saya hanya dapat bercerita kepada Allah di atas sajadah..dan saya yakin hanya kepada Allah saya percaya untuk menyimpan dan mendengar rahasia saya…”BAHWA CINTA SAYA KEPADA ISTRI, SAYA SERAHKAN SEPENUHNYA KEPADA ALLAH”.

Itulah cerita / Kisah Paling Mengharukan yang semoga dapat menjadi teladan bagi anda yang sudah menikah
bahwa cinta sejati bukan memandang dari mata, tapi dari hati

PEMUDA YANG DIKARUNIAKAN WANGI KESTURI OLEH TUHAN

Semoga kisah pemuda ini bisa menjadi bahan renungan kita bersama .Seorang pemuda yang shalih yang meninggalkan kemaksiatan karena takutnya kepada Allah padahal telah datang kepadanya waktu dan kesempatan . Sehingga Allah pun tidak menyia-nyiakan pengorbanannya dan menggantikannya dengan yang lebih baik dan lebih mulia. Inilah dia kisahnya.

Ada seorang pemuda yang pekerjaannya menjual kain. Setiap hari dia memikul kain-kain dagangannya dan berkeliling dari rumah ke rumah. Pemuda ini memiliki wajah yang sangat tampan dan bertubuh tegap sehingga setiap orang yang melihatnya pasti menyukainya.

Pada suatu hari ketika ia sedang menawarkan barang dagangannya, tiba-tiba ada seorang wanita yang melihatnya. Begitu melihat pemuda tersebut wanita itupun terpesona dan dia mempersilahkan pemuda tersebut masuk ke dalam rumahnya.

Timbullah rasa cinta yang begitu besar dalam hati wanita tersebut. lalu si wanita itu berkata:”Aku memang memanggilmu tidak untuk membeli daganganmu, tetapi aku memanggilmu karena kecintaanku kepadamu dan dirumah ini sekarang sedang kosong”. Selanjutnya wanita tersebut membujuk dan merayunya agar mau berbuat ”sesuatu” dengan dirinya.

Pemuda itu menolak, bahkan dia mengingatkan si wanita kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan menakut-nakutinya dengan adzab yang pedih disisi-Nya. Tetapi sayang nasihat itu tidak membuatnya takut bahkan semakin bertambah hasratnya pada pemuda tersebut. Akhirnya, karena si pemuda itu tidak mau melakukan yang haram, maka wanita itu mengancamnya dengan berkata:

”Bila engkau tidak mau menuruti perintahku, aku akan berteriak kepada semua orang dan akan aku katakan kepada mereka, bahwa engkau telah masuk ke dalam rumahku dan ingin merenggut kesucianku. Dan mereka akan mempercayaiku karena engkau telah berada dalam rumahku, dan sama sekali tidak mencurigaiku”

Setelah si pemuda itu melihat betapa si wanita itu terlalu memaksanya untuk mengikuti keinginannya berbuat dosa akhirnya dia berkata:”Baiklah, tapi apakah engkau mengizinkanku untuk ke kamar mandi agar bisa membersihkan diri dulu?”

Betapa gembiranya wanita itu mendengar jawaban ini, dia mengira bahwa keinginannya sebentar lagi akan terpenuhi. Dengan penuh semangat dia menjawab: “Bagaimana tidak, wahai kekasihku, ini adalah sebuah ide yang bagus”

Kemudian masuklah si pemuda ke kamar mandi, sementara tubuhnya gemetar karena takut dirinya akan terjerumus dalam kubangan maksiat. Sebab, wanita itu adalah perangkap setan dan tidak ada seorang laki-laki yang menyendiri bersama seorang wanita kecuali setan akan menjadi pihak ketiga.

”Ya, Allah apa yang harus kuperbuat? berilah aku petunjuk-Mu, Wahai Dzat yang dapat memberi petunjuk bagi orang-orang yang sedang kebingungan”.

Tiba-tiba timbullah ide dalam benaknya.

”Aku tahu benar, bahwa termasuk salah satu kelompok yang akan dinaungi oleh Allah dalam naungan-Nya pada hari yang tidak ada naungan saat itu kecuali naungan-Nya adalah seorang laki-laki yang diajak berbuat mesum oleh wanita yang mempunyai kedudukan tinggi dan berwajah cantik”.

Kemudian dia berkata ”Aku takut kepada Allah” Dan aku yakin bahwa orang yang meninggalkan sesuatu karena takut kepada-Nya pasti akan mendapat ganti yang lebih baik…
Dan seringkali satu keinginan syahwat itu akan melahirkan penyesalan seumur hidup…
Apa yang akan aku dapatkan dari perbuatan maksiat ini selain Allah akan mengangkat cahaya dan nikmatnya iman dari hatiku…
Tidak..tidak..aku tidak akan mengerjakan perbuatan yang haram…tapi apa yang harus aku lakukan?
Apakah aku harus melemparkan diri dari jendela ini?
Tidak bisa, jendela ini tertutup rapat sekali, kalau begitu aku akan mengolesi tubuhku dengan kotoran yang ada di WC ini, dengan harapan bila nanti dia melihatku dalam keadaan begini dia akan jijik dan membiarkan aku pergi”.

Ternyata memang benar, ia mengerjakan ide tersebut, dia mulai mengolesi tubuhnya dengan kotoran -kotoran itu. Memang menjijikan, sambil menangis dia berkata ”Ya, Rabbi, perasaan takutku kepada-Mu itulah yang mendorongku melakukan hal ini. Karena itu karuniakanlah kepadaku kebaikan sebagai gantinya.”

Kemudian ia keluar, tatkala wanita itu melihat pemuda tersebut dalam keadaan demikian, si wanita itu berteriak: ”Keluar kau, hai orang gila! ”
Dia pun cepat-cepat keluar sambil membawa barang dagangannya. Sementara orang-orang di jalan tertawa melihatnya. Setibanya di rumah ia bernafas lega. Lalu menanggalkan pakaiannya, mandi dengan sebersih-bersihnya.

Kemudian apa yang terjadi??
Adakah Allah akan membiarkan hamba-Nya begitu saja?
Ternyata setelah ia selesai dari mandi, Allah memberikan karunia yang besar untuk dirinya. Allah memberikan untuknya aroma yang harum semerbak yang tercium dari tubuhnya. Semua orang dapat mencium aroma tersebut dari jarak beberapa meter.

Sampai akhirnya ia mendapat julukan ”AL-MISKI”(yang harum seperti kesturi).

Subhanallah, Allah telah mengganti bau kotoran yang dapat hilang dengan sekejap dengan aroma kesturi yang tercium sepenjang masa. Ketika ia meninggal dan dikuburkan, mereka tulis diatas kuburannya ”inilah kuburan Al-Miski” dan banyak orang yang menziarahinya.

Pembaca yang dirahmati Allah,…segala sesuatu yang engkau tinggalkan, pasti ada ganjarannya. Begitupula larangan yang datang dari Allah , bila engkau tinggalkan akan ada ganjaran sebagai penggantinya”

Allah akan memberikan ganti yang besar untuk sebuah pengorbanan yang kecil. Allahu akbar!!!

Manakah orang yang mau meninggalkan maksiat dan taat kepada Allah sehingga mereka berhak mendapatkan ganti yang besar untuk pengorbanan kecil yang mereka berikan:?
Tidakkah mereka mau menyambut seruan Allah, seruan Rasulullah dan seruan fitrah yang suci???