Rabu, 14 Desember 2011

Renungan, Obat Sakit Hati


Pernah patah hati?
Pernah sakit hati?
Pernah kecewa luar biasa?
Tau cara menyembuhkan hati yang luka?

Obat nya, dan sangat mujarab.
Cara menyembuhkan hati yang luka adalah
dengan me"MAAF"kan hal yang telah melukai hati kita,
agar dapat melangkah kedepan lebih ringan.

Diri kita berhak untuk bahagia,
jangan sampai terbelenggu oleh rasa sakit hati,
kekecewaan yang tidak berkesudahan,
masih banyak hal indah yang dapat kita temukan diluar sana,
untuk apa merenungi dan menyesali hal yang tidak ada gunanya.

Berani mati tidaklah luar biasa..
namun, berani tetap hidup pada saat tidak ada lagi yang kita miliki..
itu baru luar biasa!.

Hidup itu indah,
dan masih akan banyak hal luar biasa
yang belum kita temukan dalam hidup kita...!


SEMANGAT !

Kisah Renungan, Malaikatmu di Dunia


Suatu pagi seorang bayi siap untuk dilahirkan ke dunia. Dia bertanya kepada Tuhan,

Bayi : "Para malaikat di sini mengatakan bahwa besok Engkau akan mengirimku ke dunia, tetapi bagaimana cara saya hidup di sana? saya begitu kecil & lemah."
 
Tuhan : "Aku sudah memilih 1 malaikat untukmu. Ia akan menjaga dan mengasihimu."
 
Bayi : "Tapi di sini di dalam surga apa yang pernah kulakukan hanyalah bernyanyi dan tertawa. Ini sudah cukup bagi saya."
 
Tuhan : "Malaikatmu akan bernyanyi dan tersenyum untukmu setiap hari dan kamu akan merasakan kehangantan cintanya dan menjadi lebih berbahagia."

Bayi : "Dan bagaimana saya bisa mengerti saat orang-orang berbicara kepadaku jika saya tidak mengerti bahasa mereka?"

Tuhan : "Malaikatmu akan berbicara kepadamu dengan bahasa paling indah yang pernah engkau dengar dan dengan penuh kesabaran dan perhatian dia akan mengajarkanmu bagaimana cara berbicara."

Bayi : "Apa yang akan saya lakukan saat saya ingin berbicara kepadamu?"

Tuhan : "Malaikatmu akan mengajarkanmu bagaimana cara berdoa."

Bayi : "Saya dengar bahwa di bumi banyak orang yang jahat, siapakah nanti yang akan melindungi saya?"

Tuhan : "Malaikatmu akan melindungimu walaupun hal itu akan mengancam jiwanya."

Bayi : "Tapi saya pasti akan sedih karena tidak melihatMu lagi."

Tuhan : "Malaikatmu akan menceritakan padamu tentang-Ku dan akan mengajarkan bagaimana agar kamu bisa kembali kepada-Ku, walaupun sesungguhnya Aku akan selalu berada di sisimu."

Saat itu surga begitu tenangnya sehingga suara dari Bumi dapat terdengar dan sang bayi pun bertanya perlahan,

Bayi : "Tuhan, jika saya harus pergi sekarang, bisakah Engkau memberitahuku nama malaikat tersebut?"

Jawab Tuhan,
....."Kamu akan memanggil malaikatmu... Ibu

Renungan, Jiwa Yang Tenang


Suatu ketika, ada seseorang pemuda yang mempunyai sebuah bibit mawar. Ia
ingin sekali menanam mawar itu di kebun belakang rumahnya. Pupuk dan sekop kecil telah disiapkan. Bergegas, disiapkannya pula pot kecil tempat mawar itu akan tumbuh berkembang. Dipilihnya pot yang terbaik, dan diletakkan pot itu di sudut yang cukup mendapat sinar matahari. Ia berharap, bibit ini dapat tumbuh dengan sempurna.

Disiraminya bibit mawar itu setiap hari. Dengan tekun, dirawatnya pohon itu. Tak lupa, jika ada rumput yang menganggu, segera disianginya agar terhindar dari

kekurangan makanan. Beberapa waktu kemudian, mulailah tumbuh kuncup bunga itu. Kelopaknya tampak mulai merekah, walau warnanya belum terlihat sempurna. Pemuda ini pun senang, kerja kerasnya mulai membuahkan hasil. Diselidikinya bunga itu dengan hati-hati. Ia tampak heran, sebab tumbuh pula duri-duri kecil yang menutupi tangkai-tangkainya. Ia menyesalkan mengapa duri-duri tajam itu muncul bersamaan dengan merekahnya bunga yang indah ini. Tentu, duri-duri itu akan menganggu keindahan mawar-mawar miliknya.

Sang pemuda tampak bergumam dalam hati, "Mengapa dari bunga seindah ini,
tumbuh banyak sekali duri yang tajam? Tentu hal ini akan menyulitkanku
untuk merawatnya nanti. Setiap kali kurapihkan, selalu saja tanganku terluka. Selalu saja ada ada bagian dari kulitku yang tergores. Ah pekerjaan ini hanya membuatku sakit. Aku tak akan membiarkan tanganku berdarah karena duri-duri penganggu ini."

Lama kelamaan, pemuda ini tampak enggan untuk memperhatikan mawar
miliknya. Ia mulai tak peduli. Mawar itu tak pernah disirami lagi setiap pagi dan petang. Dibiarkannya rumput-rumput yang menganggu pertumbuhan mawar itu. Kelopaknya yang dahulu mulai merekah, kini tampak merona sayu. Daun-daun yang tumbuh di setiap tangkai pun mulai jatuh satu-persatu. Akhirnya, sebelum berkembang dengan sempurna, bunga itu pun meranggas dan layu.

Jiwa manusia, adalah juga seperti kisah tadi. Di dalam setiap jiwa, selalu
ada 'mawar' yang tertanam. Tuhan yang menitipkannya kepada kita untuk
dirawat. Tuhan lah yang meletakkan kemuliaan itu di setiap kalbu kita.
Layaknya taman-taman berbunga, sesungguhnya di dalam jiwa kita, juga ada
tunas mawar dan duri yang akan merekah.

Namun sayang, banyak dari kita yang hanya melihat "duri" yang tumbuh.
Banyak dari kita yang hanya melihat sisi buruk dari kita yang akan berkembang. Kita sering menolak keberadaan kita sendiri. Kita kerap kecewa
dengan diri kita dan tak mau menerimanya. Kita berpikir bahwa hanya hal-hal yang melukai yang akan tumbuh dari kita. Kita menolak untuk menyirami" hal-hal baik yang sebenarnya telah ada. Dan akhirnya, kita kembali kecewa, kita tak pernah memahami potensi yang kita miliki.

Banyak orang yang tak menyangka, mereka juga sebenarnya memiliki mawar
yang indah di dalam jiwa. Banyak orang yang tak menyadari, adanya mawar itu.
Kita, kerap disibukkan dengan duri-duri kelemahan diri dan onak-onak
kepesimisan dalam hati ini. Orang lain lah yang kadang harus menunjukannya.

Jika kita bisa menemukan "mawar-mawar" indah yang tumbuh dalam jiwa itu,
kita akan dapat mengabaikan duri-duri yang muncul. Kita, akan terpacu untuk membuatnya akan membuatnya merekah, dan terus merekah hingga berpuluh-puluh tunas baru akan muncul. Pada setiap tunas itu, akan berbuah tunas-tunas kebahagiaan, ketenangan, kedamaian, yang akan memenuhi taman-taman jiwa kita. Kenikmatan yang terindah adalah saat kita berhasil untuk menunjukkan diri kita tentang mawar-mawar itu, dan mengabaikan duri-duri yang muncul.

Biarkan mawar-mawar indah itu merekah dalam hatimu. Biarkan kelopaknya memancarkan cahaya kemuliaan-Nya. Biarkan tangkai-tangkainya memegang teguh harapan dan impianmu. Biarkan putik-putik yang dikandungnya menjadi bibit dan benih kebahagiaan baru bagimu. Sebarkan tunas-tunas itu kepada setiap orang yang kita temui, dan biarkan mereka juga menemukan keindahanmawar-mawar lain dalam jiwa mereka. Sampaikan salam-salam itu, agar kita dapat menuai bibit-bibit mawar cinta itu kepada setiap orang, dan menumbuh-kembangkannya di dalam taman-taman hati kita.

Maka dalam konsep islam ada yang namanya Jiwa yang tenang. Jiwa yang tenang inilah yang akan kembali kepada tuhannya dengan penuh kemenangan, karna itu, seorang muslim & mulimah sejati dituntut untuk merawat jiwa dengan selalu bermuhasabah diri dzikrullah dan berupaya agar segala gemerlap dunia yang datang silih berganti dapat ditepis dengan ketaqwaan dalam dirinya.

"Wahai Jiwa yang tenang kembalilah kepada Robmu dengan ridho dan diridhoi, maka masuklah kedalam golongan hamba-KU dan masuklah kedalam surga-KU"

Apa gunanya Ilmu yang banyak jika tidak dibarengi dengan ketenangan jiwa saat menghadap dan bermunajat kepada Tuhan yang maha kuasa? 
Apa gunanya berbangga-bangga dengan apa yang kita miliki dari segala pangkat dan martabat dunia? 
Apa gunanya merasa paling baik dan paling banyak amal ibadahnya didunia? 
Bukankah segala amal yg kita miliki tidak bisa membayar segala fasilitas yang allah berikan kepada kita? 
Toh semua apa akhirnya Allah SWT yang menjadi hakim tunggal yang maha adil pada hari pembalasan nantinya. Pada hari itulah setiap orang akan dipanggil satu persatu untuk mempertanggung jawabkan segala amal perbuatannya didunia.

Antara Suka, Sayang dan Cinta


Saat kau MENYUKAI seseorang, kau ingin memilikinya untuk keegoisanmu sendiri.
Saat kau MENYAYANGI seseorang, kau ingin sekali membuatnya bahagia dan bukan untuk dirimu sendiri.
Saat kau MENCINTAI seseorang, kau akan melakukan apapun untuk kebahagiaannya walaupun kau harus mengorbankan kebahagiaanmu.

Saat kau MENYUKAI seseorang dan berada di sisinya maka kau akan bertanya,”Bolehkah aku menemanimu & bercerita?”
Saat kau MENYAYANGI seseorang dan berada di sisinya maka kau akan bertanya,?Bolehkah aku memelukmu??
Saat kau MENCINTAI seseorang dan berada di sisinya maka kau akan menggenggam erat tangannya?

SUKA adalah saat ia menangis, kau akan berkata ?Sudahlah, jangan menangis.?
SAYANG adalah saat ia menangis dan kau akan menangis bersamanya.
CINTA adalah saat ia menangis dan kau akan membiarkannya menangis di pundakmu sambil berkata, ?Mari kita selesaikan masalah ini bersama - sama.?

SUKA adalah saat kau melihatnya kau akan berkata, ?Ia sangat cantik dan menawan.?
SAYANG adalah saat kau melihatnya kau akan melihatnya dari hatimu dan bukan matamu.
CINTA adalah saat kau melihatnya kau akan berkata, ?Buatku dia adalah anugerah terindah yang pernah Tuhan berikan padaku..?

Pada saat orang yang kau SUKAi menyakitimu, maka kau akan marah dan tak mau lagi bicara padanya.
Pada saat orang yang kau SAYANGi menyakitimu, engkau akan menangis untuknya.
Pada saat orang yang kau CINTAi menyakitimu, kau akan berkata, ?Tak apa dia hanya tak tau apa yang dia lakukan.?

Pada saat kau SUKA padanya, kau akan MEMAKSANYA untuk menyukaimu.
Pada saat kau SAYANG padanya, kau akan MEMBIARKANNYA MEMILIH.
Pada saat kau CINTA padanya, kau akan selalu MENANTINYA dengan setia dan tulus?

SUKA adalah kau akan menemaninya bila itu menguntungkan.
SAYANG adalah kau akan menemaninya di saat dia membutuhkan.
CINTA adalah kau akan menemaninya di saat bagaimana keadaanmu.

SUKA adalah hal yang menuntut.
SAYANG adalah hal memberi dan menerima.
CINTA adalah hal yang memberi dengan rela.

Renungan, Kamu Akan Mengerti


Suatu saat kau akan bisa mengerti mengapa mawar yang indah itu harus berduri, ketika saat ini kau selalu mengeluh sakit saat berusaha memetik dan menggenggam mawar karena durinya menusukmu…

Suatu saat kau akan mengerti mengapa air yang jernih itu mampu menjadi keruh dan kotor serta menyimpan banyak penyakit jika kau biarkan air itu diam dan tak mengalir…

Suatu saat kau akan mengerti mengapa waktu adalah uang yang harus kau kau jaga agar waktu itu tak terbuang percuma…

Suatu saat kau akan mengerti tentang sesuatu yang saat ini belum kau mengerti. Dan kau akan bisa mengerti ketika kau telah berjibaku dengan waktu dan akal pikiranmu…

Lihatlah pada apa yang Allah perlihatkan padamu…

Suatu saat kau akan mengerti mengapa hari ini Allah mengambil apa yang Dia titipkan padamu sedang kau mencintainya dengan amat sangat hingga akhirnya membuatmu menangis karena kehilangannya..

Suatu saat kau akan akan mengerti mengapa Allah melakukan sesuatu yang tidak kau sukai hingga membuatmu tak berhenti untuk mengeluh…

Suatu saat kau akan mengerti mengapa Allah memberikanmu sesuatu yang membuat hatimu amat kecewa hingga membuatmu sulit untuk mensyukuri apa yang diberi-Nya..

Suatu saat kau akan mengerti mengapa harus ada jalan mulus namun menyesatkan dan jalan terjal namun mengantarmu pada kebahagiaan…

Suatu saat kau akan mengerti mengapa kau harus memperlakukan cinta dihatimu dengan penuh kehati-hatian…

Suatu saat kau akan mengerti mengapa kau harus melelahkan diri dalam perjuangan demi meraih sebuah kebahagiaan…

Suatu saat kau akan mengerti mengapa hidup harus kau jalani dengan tertawa dan menangis..

Dan suatu saat kau akan mengerti mengapa hidupmu harus diatur sedemikian rupa, berbeda dengan makhluk-Nya yang lain…

Kau akan mengerti semuanya tatkala kau biarkan jiwamu mendesah, akalmu berpikir, dan imanmu ikut serta mengiringi..

Kau akan mengerti kala Allah ingin membuatmu menjadi hamba yang kuat..
Menjadi hamba yang teguh…
Menjadi hamba yang cerdas menata hati..
Menjadi hamba yang tak mudah berputus asa…
Menjadi hamba yang mengerti akan hakikat kehidupan…
Dan menjadi hamba yang akan dirindukan oleh syurga dan ridho-Nya…

Menunggu dalam Penantian..

Seiring pertambahan usia yang ada pada seorang insan,maka semakin dituntutlah kedewasaannya. Memang tidak sedikit pula orang-orang yang memiliki usia dewasa, namun memiliki pemikiran masih anak-anak remaja, hal ini akan terlihat dari caranya dalam menghadapi dan menyelesaikan permasalahan hidup. Benarlah kata seorang guru bahwa tua itu pasti, namun dewasa adalah pilihan..
Terinspirasi dari sahabat yang sedang galau dalam memilih dan menanti sang pujaan hati, maka tulisan ini aku buat untuk mereka. Sebelumnya syukron ya bagi sahabatku yang sudah menginspirasi, dan  bagi siapa pun yang merasa saja..

Untukmu yang sedang dalam proses “menjaga” dan berharap tuk senantiasa dalam penjagaan-Nya, semoga Allah senantiasa meneguhkan dan memberikan kesiapan semuanya dalam menghadapi waktu yang tepat menurut-Nya, sehingga indah pada saatnya..

Saat komitmen terhujam dalam proses “menjaga” maka hal ini merupakan keputusan yang besar dan sungguh tidak mudah. Karena tantangan kedepannya, bukan lagi mengenai diri sendiri melainkan paradigma dilapangan, begitu  banyak yang menghalalkan pacaran dan disisi lain ada pula yang berkomitmen “menjaga” untuk tidak melakukannya. Memang hidup adalah pilihan…

Dan  benar, semakin beranjak usia dari remaja menuju dewasa, maka akan banyak hal baru yang ditemukan serta kompleksitas permasalahan yang dihadapi pun semakin beranekaragam. Disaat-saat seperti itu, maka sunatullahnya seorang insan membutuhkan sahabat sharing, dan hal ini sangat penting. 
Mengapa?
Karena selain manusia diciptakan sebagai makhluk individu, manusia pun diciptakan sebagai makhluk social yang membutuhkan interaksi dengan orang lain dan membutuhkan perhatian, pengertian serta kasihsayang sehingga terbentuklah individu yang lebih baik karena orang-orang tersayang yang selalu disampingnya. Bukankah Adam pun tak dapat hidup tanpa Hawa…

Ada kata-kata dari seorang guru kehidupanku, beliau berkata dalam bahasa sunda, jika hubungan dua insan dimulai dengan “bobogohan” (pacaran) maka berajak ke “ninikahan”(nikah) dan selanjutnya menghasilkan “aanakan”(anak yang dianggap mainan), beliau menyimpulkan bahwa semua alurnya dimulai dari “boongan” maka akan mudah untuk mengakhirinya serta menghasilkan anak yang seperti mainan dan kurang perhatian, sehingga tidak sedikit di masyarakat ini yang bercerai karena permulaannya dimulai dengan kebohongan.. wallahu a’lam

Kembali lagi dengan konteks “menjaga”, sungguh tidaklah mudah. Karena dengan “menjaga” ini, artinya banyak hal yang harus dipersiapkan diantaranya niat yang kuat, hati yang tulus,ilmu,harta dan cinta yang didasarkan pada sang  Maha Cinta,,,

“menjaga” dan “menunggu” memang bukanlah suatu kegiatan yang menyenangkan. Namun, jika disikapi dengan bijak,keduanya dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dalam “mempersiapkan”. Kata ustadz salim.A fillah, Kerenkan Diri menunggu pujaan hati hingga Happy Ending full Barokah,,

“menjaga” dalam hening dan diam, Sehingga saat waktu itu tiba, siaplah semuanya…
Hingga suatu saat nanti teriringlah lafadz janji suci diantara keduanya, dan bersatulah mereka, berlabuh dan merangkai mimpi bersama, bagai sebuah kapal yang siap berlayar dengan semua perbekalan yang mencukupi yang siap menembus badai,angin serta ombak di lautan. Saling melengkapi dan melangkah bersama dengan segala kekurangan yang ada pada keduanya.  Bagai untaian nada-nada yang dihasilkan oleh gesekan  biola meskipun kedua permukaannya kasar namun setelah di satukan menghasilkan nada yang begitu indah.

Semangat mempersiapkan… dan sambut waktunya nanti dengan penjagaan dan kefitrahan cinta karena saling menjaga karena-Nya..

Teriring sebuah untaian lagu:
Bila yang tertulis oleh-Nya, engkau  yang terpilih untukku
Telah terbuka hati ini menyambut cintamu
Disini segalanya kan kita mulai mengukir buaia rindu yang tersimpan dulu tuk menjadi nyata dalam hidup bersama
Selamat datang di separuh nafasku..
Selamat datang.. dipertapaan hatiku..
Izinkan aku, tuk mencintaimu menjadi belahan didalam jiwaku..
Ya Allah, jadikanlah ia pengantin sejati didalam hidupku..izinkan aku..
Wahai yang dicinta telah kurela hadirmu temani relung hatiku, simpanlah jiwaku dalam doamu
nafasku dalam hidupmu kan ku jaga setiamu
Izinkan aku, tuk mencintaimu jadi belahan didalam jiwaku,,
Ya Allah,,Jadikanlah ia, pengantin sejati didalam hidupku,,izinkan aku..
Apapun adanya dirimu, kukan coba tetap setia
Begitu pula dirimu terimalah dengan apa adanya..

Suara Hati Seorang Istri Saat Suami Ingin Menikah Lagi

Terasa dunia akan runtuh ketika kau meminta izin kepadaku untuk menikah lagi. Membayangkan kau, suamiku tersayang, sedang membagi cinta, perhatian dan segala kesenangan duniawi lainnya dengan wanita lain, bukan hanya sekedar mendatangkan pusing dan mual tapi juga penyakit cemburu serta sakit hati yang mungkin tak akan berkesudahan bagiku. Jangan protes wahai suamiku, Bahkan istri-istri nabi yang mulia pun, mereka tak bisa menghindar dari kecemburuan. Semua itu karena cinta yang teramat sangat untukmu.

Sejenak aku pun buru- buru mengadakan koreksi kilat tentang apa yang kurang dari diriku, atau tentang apa yang selama ini menjadi kelemahanku selama ini. Seakan semua daya upaya akan aku kerahkan ketika menyadari bahwa kenyataan didepan akan sebentar lagi sampai kepadaku. Dan akhir dari usaha itu adalah cara yang aku fikir efektif untuk menghadang kenyataan takdir yang akan diberikan Allah untukku

Akhirnya hari itu pun datang saat aku harus mengatakan sebuah jawaban untukmu.
Ya Allah, wanita mana yang ingin cintanya terbagi. 
Wanita mana yang kuat melihat suaminya bermesraan dan bahagia bersama suamiku..
suamiku yang sangat aku cintai. 
Ya Allah, bahkan jika kenyataan ini terbalik, dan dia berada pada posisiku, sanggupkah engkau wahai suamiku?

Imanku mengatakan aku bisa merelakanmu, namun kecemburuan dan perasaanku mengunci hatiku untuk tetap mengatakan tidak, tidak dan tidak untukmu. Pernikahan kita adalah tentang kita, kau dan aku, sama sekali tidak tentang dia.
Dan lalu bagaimana mungkin kau tega memasukkan dia kedalam kebahagiaan kita?
Apakah selanjutnya kita akan bahagia, suamiku?

Sekali lagi, aku tidak bisa lepas dari kodratku sebagai wanita yang identik dengan kecemburuan yang sangat melekat erat. Namun sekuat tenagaku aku mencoba tidak emosional. Sulit.. walaupun semua ini sangat sulit.

Namun... akhirnya kecintaan Allah menyadarkanku. Bukankah menikah adalah ladang amal bagiku untuk menggapai surga?, walau sekali lagi, Demi Allah sangat sulit merelakan bagian dari diriku masih harus ku bagi dengan orang lain.

Namun... sekali lagi, Bahasa iman menggugah kesadaranku kembali. Sekejab kupalingkan egoku untuk menilai maduku. Bukankah situasi ini juga menjadi cobaan bukan hanya untuk aku dan suamiku, tapi terutama adalah baginya. Betapa resiko sosial akan datang kepadanya, cap jelek sebagai perebut suami orang akan dilekatkan kepadanya.
Masyaallah, betapa aku juga mungkin tidak akan sanggup jika menjadi pelakon kisah hidupnya. Bukankah jodoh sudah digariskan Allah atas semua manusia. Dia pun tak pernah bisa memesan dari mana jodohnya akan datang. Namun ketika jodohnya adalah suamiku sendiri, lalu apakah aku harus menyalahkannya, yang berarti pula menyalahkan Allah sang Maha Pengatur?

Dari pada aku memperburuk keadaan ini dengan prasangka yang menghinakanku sendiri, lebih baik aku menguatkan hati untuk membantu menguatkan suamiku.
Suamiku.. seseorang yang telah bertahun-tahun menjadikan aku satu-satunya ratu didalam hati dan rumahnya, memuliakanku dengan segenap cinta dan kasih sayang, dan orang yang paling mengerti dan mencintaiku.
Pantaskah jika akhirnya aku mennyebutnya sebagai pengkhianat atas kasih sayangku?
Pantaskah aku menyebutnya orang yang tidak tahu terimakasih atas semua pengorbanan dan kasih sayangnya?
Tidak, sama sekali tidak. Bahkan aku tidak akan rela gelar itu disebutkan kepada suamiku, bahkan oleh diri aku sendiri.

Sesuatu akan lebih berharga ketika hal itu telah atau akan meninggalkan kita. Semoga ketika kau telah bersamanya, akan ada penghargaan lebih atas kebersamaan kita. Dan aku pastikan kau tidak akan merasa ditinggalkan olehku, karena aku tahu bebanmu akan terasa lebih berat kedepannya, dan akan sangat sulit bagimu untuk memilih. Maka aku tak akan membawa engkau pada posisi memilih.Seperti yang disabdakan rasul yang mulia bahwa wanita sholihah adalah perhiasan terindah bagi suaminya, dan subhanallah, aku tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Sekaranglah saatnya bagiku untuk membuktikan padamu bahwa aku pantas menjadi perhiasan terindah yang pernah kau miliki, dan aku benar- benar menyayangimu.

Aku buka pikiranku dengan keikhlasan. Dan keikhlasan itu akhirnya berbuah pikiran bahwa engkau bukanlah milik ku yang abadi. Aku khkawatir ketika cinta itu melekat erat dihatiku, justru kesenangan hidup itu akan menjadikanku mendua terhadap cinta kepada zat yang maha mencinta. Ah ternyata keikhlasan itu tidak selamanya menyakitkan. Menyakitkan hanya bagi mereka yang merelakan diri mereka sakit dan menyia-nyiakan perolehan pahala yang seharusnya bisa menjadi miliknya. Dan sebagai pribadi yang ingin lebih pintar, aku tentu tak akan melakukan hal itu. Ternyata Keikhlasan itu nikmat jika dalam menjalaninya hati condong kepada cinta hanya kepada Allah.

Ya Allah semoga surga-Mu akan menjadi seindah- indahnya tempat kembaliku kelak, dan semoga Kau jadikan aku sangat lebih bahagia bersanding dengan suamiku disana, dalam kehidupan yang abadi.

Subhanallah, iman menguatkanku, ikhlas melegakanku, dan Allah memang benar- benar menyejukkan hatiku, bahkan saat aku berada sendiri disini, dan kau berada disana wahai suamiku.

Setelah kesejukan itu memenuhi relung hatiku, untuk selanjutnya aku memohon maaf kepadamu wahai suamiku, bahwa karena cintaku kepada Allah telah mengalahkan cintaku kepadamu.

Aku yakin kau bukanlah pribadi yang akan menjadikan Al-Qur'an sebagai tameng bagi nafsumu sendiri. Kau dengan tekadmu yang ingin memuliakannya sebagai mana kau memuliakanku sebagai istrimu karena Allah, maka akupun akan merelakanmu pula karena Allah.

Semoga kelegaan hatiku dan kemuliaan niatmu bukan hanya sekedar omong kosong, namun akan menjadi bukti nyata pernyataan cinta kita yang hanya karena Allah. Dan kini, aku mempersembahkan wanita itu untukmu. Benar- benar sebuah akhir yang sangat melegakan bagi sebuah kecintaan yang hanya karena Allah Azza wa Jalla...
(Syahidah)

Untukmu duhai engkau .....