Selasa, 15 Januari 2013

BELAJAR DARI MERPATI

Merpati adalah burung yang tidak pernah mendua hati. Coba perhatikan, apakah ada merpati yang suka ganti-ganti pasangan? Jawabannya adalah “tidak”! Pasangannya cukup satu seumur hidupnya.

Merpati adalah burung yang pasti tahu kemana dia harus pulang. Betapapun merpati terbang jauh, dia tidak pernah tersesat untuk pulang. 

Pernahkah ada merpati yang pulang ke rumah lain? Jawabannya adalah “tidak”!

Merpati adalah burung yang romantis. Coba perhatikan ketika sang jantan bertalu-talu memberikan pujian, sementara sang betina tertunduk malu. 

Pernahkah kita melihat mereka saling mencaci? Jawabannya adalah “tidak”!

Burung merpati tahu bagaimana pentingnya bekerja sama. Coba perhatikan ketika mereka bekerja sama membuat sarang. Sang jantan dan betina saling silih berganti membawa ranting untuk sarang anak-anak mereka. Apabila sang betina mengerami, sang jantan berjaga diluar kandang. 

Dan apabila sang betina kelelahan, sang jantan gantian mengerami. Pernahkah kita melihat mereka saling melempar pekerjaannya? 
Jawabannya adalah “tidak”!

Merpati adalah burung yang tidak mempunyai empedu, ia tidak menyimpan kepahitan sehingga tidak pernah menyimpan dendam.
Apakah manusia tidak bisa seperti sang Merpati? 

Hidup itu akan semakin indah jika kita mau tuk saling mengerti, berbagi, dan menghargai.

BERHENTILAH MENGELUH


Kisah ini menceritakan sepasang suami istri yang memiliki tujuh orang anak. Suatu hari, suaminya melihat sang istri sedang menangis sambil memasak makanan.

Melihat hal itu, suami bertanya, “Wahai Istriku, apa yang terjadi denganmu? Apa yang membuatmu menangis?”

“Aku menangis karena merasa sangat lelah dalam mengurus keluarga dan melakukan semua pekerjaan rumah,” sahutnya. 

Aku mengurus tujuh anak kita dengan berbagai tabiat mereka. Aku harus menyediakan makanan, membereskan rumah, mencuci baju yang sangat banyak. Aku bekerja 24 jam sehari. Rasanya, aku tidak sanggup lagi untuk melakukan semua ini.”

Sang suami tersenyum. “Apa yang harus aku lakukan?” tanyanya.

“Tolong carikan aku budak perempuan yang dapat membantuku mengurus semuanya.”

“Tentu saja, aku akan mencarikannya. Tapi, tolong dengarkan aku sebentar saja,” kata sang suami sambil membelai istrinya dengan penuh kasih sayang.

“Allah SWT senantiasa membantu hamba-Nya yang tidak pernah berputus asa dan ikhlas dalam mengerjakan apa pun yang mengandung kebaikan. 

Kau adalah seorang istri yang sangat sabar dalam menjaga keluargamu, seorang ibu yang menjadi teladan bagi ketujuh anakmu, dan menjadi pendampingku yang shalihah dengan beratnya tugas-tugasmu. 
Aku bisa saja mencarikan seorang Pembantu untuk meringankan pekerjaanmu. Namun, jika kau tetap mengerjakan semua kebaikan itu untuk keluarga kita maka Allah akan menghapus semua salah dan dosamu.” Ujar suaminya.

Sang suami kemudian berkata lagi, “Istriku yang shalihah, perempuan yang tidak pernah lelah menjaga keluarganya dan ikhlas dengan apa yang dilakukannya; 

Allah SWT akan menetapkan setiap butiran keringatnya menjadi kebaikan yang dapat melebur keburukannya sekaligus mengangkat derajatnya.”

Sang suami membelai istrinya yang masih terisak menahan malu, lalu diajaknya duduk santai di ruang dapur mungil yang sangat sederhana itu, lalu Sang suami melanjutkan nasehatnya,

“Coba ingat kembali wasiat Rasulullah SAW kepada Fatimah putri Beliau, yang dipersunting Ali Bin Abi Thalib R.a yang sangat miskin, yang ketika itu juga sedang mengeluh kepada Ayahnya Rasulullah SAW karena tangannya yang dulunya halus kini berubah menjadi kasar dan lecet-lecet karena setiap hari harus menumbuk gandum sendiri, mengolah dan memasaknya. 

Ada 10 WASIAT Beliau kepada putrinya:

1. Wahai Fatimah! Sesungguhnya wanita yang membuat tepung untuk suami dan anak-anaknya, kelak Allah akan tetapkan baginya kebaikan dari setiap biji gandum yang diadonnya, dan juga Allah akan melebur kejelekan serta meningkatkan derajatnya.

2. Wahai Fatimah! Sesungguhnya wanita yang berkeringat ketika menumbuk tepung untuk suami dan anak-anaknya, niscaya Allah akan menjadikan antara neraka dan dirinya tujuh tabir pemisah.

3. Wahai Fatimah! Sesungguhnya wanita yang meminyaki rambut anak-anaknya lalu menyisirnya dan kemudian mencuci pakaiannya, maka Allah akan tetapkan pahala baginya seperti pahala memberi makan seribu orang yang kelaparan dan memberi pakaian seribu orang yang telanjang.

4. Wahai Fatimah! Sesungguhnya wanita yang membantu kebutuhan tetangga-tetang ganya, maka Allah akan membantunya untuk dapat meminum Telaga Kautsar pada hari kiamat nanti.

5. Wahai Fatimah! Yang lebih utama dari seluruh keutamaan di atas adalah keridhaan suami terhadap istri. Andaikata suamimu tidak ridha kepadamu,maka aku tidak akan mendoakanmu. Ketahuilah Fatimah, kemarahan suami adalah kemurkaan Allah.

6. Wahai Fatimah! Di saat seorang wanita hamil, maka malaikat memohonkan ampunan baginya, dan Allah tetapkan baginya setiap hari seribu kebaikan, serta melebur seribu kejelakan. Ketika seorang wanita merasa sakit akan melahirkan, maka Allah tetapkan pahala baginya sama dengan pahala para Pejuang Allah. Di saat seorang wanita melahirkan kandungannya, maka bersihlah dosa-dosanya seperti ketika dia dilahirkan dari kandungan ibunya. Di saat seorang wanita meninggal karena melahirkan, maka dia tidak akan membawa dosa sedikit pun, di dalam kubur akan mendapat taman yang indah yang merupakan bagian dari taman surga. Allah memberikan padanya pahala yang sama dengan pahala seribu orang yang melaksanakan ibadah haji dan umrah, dan seribu malaikat memohonkan ampunan baginya hingga hari kiamat.

7. Wahai Fatimah! Di saat seorang istri melayani suaminya selama sehari semalam, dengan rasa senang dan ikhlas, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya serta memakaikan pakaian padanya di hari kiamat berupa pakaian yang serba hijau, dan menetapkan baginya setiap rambut pada tubuhnya seribu kebaikan. Allah pun akan memberikan kepadanya pahala seratus kali ibadah haji dan umrah.

8. Wahai Fatimah! Di saat seorang istri tersenyum di hadapan suaminya, maka Allah akan memandangnya dengan pandangan penuh kasih.

9. Wahai Fatimah! Di saat seorang istri membentangkan alas tidur untuk suaminya dengan rasa senang hati, maka para malaikat yang memanggil dari langit menyeru wanita itu agar menyaksikan pahala amalnya, dan Allah mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu dan yang akan datang.

10. Wahai Fatimah! Di saat seorang wanita meminyaki kepala suami dan menyisirnya, meminyaki jenggotnya dan memotong kumisnya serta kuku-kukunya, maka Allah akan memberi minuman yang dikemas indah kepadanya, yang didatangkan dari sungai-sungai surga. Allah pun akan mempermudah sakaratul maut baginya, serta menjadikan kuburnya bagian dari taman surga. Allah pun menetapkan baginya bebas dari siksa neraka serta dapat melintasi shirathal mustaqim dengan selamat.

Istrinya pun menangis karena merasa malu. Sejak itu, dia tak pernah lagi mengeluh.

Subhaanallah, wasiat ini merupakan mutiara termahal nilainya, khususnya bagi setiap istri yang mendambakan kesalehan.

Betapa agung dan mulia-nya posisi wanita dalam rumah tangga ketika ia rela dan ikhlas menjalani fitrahnya sebagai seorang istri.

"Bersedih karena sedang kesusahan ekonomi / kesulitan uang ?"

1. Rasulullah pernah hanya makan 1 keping roti sehari, air minum segelas dalam sehari dan perutnya diganjal dengan batu agar tidak terasa sakit perut. (Hemat tapi tidak bakhil)

2. Rasulullah tidur di atas tikar kasar hingga punggungnya ngecap garis tikar. (Ini bisa jadi agar beliau selalu bisa terjaga untuk selalu bangun shalat malam)

3. Rasulullah menjahit pakaiannya sendiri yang robek ( Bila pekerjaan itu mudah, dan bisa dikerjakan sendiri, mengapa harus membayar orang ?)

4. Wajah beliau selalu tersenyum dan dimana saja menebarkan salam dan kedamaian serta kebaikan.
(Gambaran bahwa pengusaha/manusia harus jujur agar selalu bisa tersenyum, dan menjalin tali silaturahim )

5. Saat jamaah shalat Subuh menunggu di masjid , Rasulullah pergi memeriksa kamarnya karena khawatir masih ada uang yang belum dishodaqohkan. (Artinya Mencari diawali dengan Shalat subuh berjamaah di Masjid dan harus gemar berinfaq)

6. Shalat Tahajud sampai kaki Rasulullah bengkak (Tetap bersyukur dan selalu berdoa pada Allah agar ditambah rezekinya)

7. Berbuat baik pada saingan / kompetitor dengan bersaing secara sehat dan tetap menjaga kualitas produk atau dan pelayanan.

8. Abdurrahman Bin Auf juga semua sahabat yang kaya raya, saat berhijrah ke Madinah, harus ikhlas tinggalkan kekayaannya di Mekah. Sampai di Madinah, apa yang mereka perbuat untuk menolong perekonomian mereka ? 

Mereka bertanya, "Dimana pasar ? beritahu saya dimana pasar!"...
Itulah tegarnya sahabat Nabi. Mereka percaya "Sesudah kesulitan pasti ada kemudahan" Insya Allah...

Kisah Mangkuk Yang Tidak Beralas


Seorang raja bersama pengiringnya keluar dari istananya untuk menikmati udara pagi. Di keramaian, ia berpapasan dengan seorang pengemis. Sang raja menyapa pengemis ini:
“Apa yang engkau inginkan dari dariku?”

Si pengemis itu tersenyum dan berkata : “Tuanku bertanya, seakan-akan tuanku dapat memenuhi permintaan hamba.”

Sang raja terkejut, ia merasa tertantang : “Tentu saja aku dapat memenuhi permintaanmu. Apa yang engkau minta, katakanlah!

Maka menjawablah sang pengemis: “Berpikirlah dua kali, wahai tuanku, sebelum tuanku menjanjikan apa-apa.”

Rupanya sang pengemis bukanlah sembarang pengemis. Namun raja tidak merasakan hal itu. Timbul rasa angkuh dan tak senang pada diri raja, karena mendapat nasihat dari seorang pengemis.

“Sudah aku katakan, aku dapat memenuhi permintaanmu. 

Apapun juga! Aku adalah raja yang paling berkuasa dan kaya-raya.”

Dengan penuh kepolosan dan kesederhanaan si pengemis itu mengangsurkan mangkuk penadah sedekah: “Tuanku dapat mengisi penuh mangkuk ini dengan apa yang tuanku inginkan.”

Bukan main! Raja menjadi geram mendengar ‘tantangan’ pengemis dihadapannya. Segera ia memerintahkan bendahara kerajaan yang ikut dengannya untuk mengisi penuh mangkuk pengemis kurang ajar ini dengan emas! 

Kemudian bendahara menuangkan emas dari pundi-pundi besar yang di bawanya ke dalam mangkuk sedekah sang pengemis. Anehnya, emas dalam pundi-pundi besar itu tidak dapat mengisi penuh mangkuk sedekah.

Tak mau kehilangan muka di hadapan rakyatnya, sang raja terus memerintahkan bendahara mengisi mangkuk itu. Tetapi mangkuk itu tetap kosong. Bahkan seluruh perbendaharaan kerajaan: emas, intan berlian, ratna mutu manikam telah habis dilahap mangkuk sedekah itu. Mangkuk itu seolah tanpa dasar, berlubang.

Dengan perasaan tak menentu, sang raja jatuh bersimpuh di kaki si pengemis bukan pengemis biasa, terbata-bata ia bertanya : “Sebelum berlalu dari tempat ini, dapatkah tuan menjelaskan terbuat dari apakah mangkuk sedekah ini?”

Pengemis itu menjawab sambil tersenyum : “Mangkuk itu terbuat dari keinginan manusia yang tanpa batas. Itulah yang mendorong manusia senantiasa bergelut dalam hidupnya. 

Ada kegembiraan, gairah memuncak di hati, pengalaman yang mengasyikkan kala engkau menginginkan sesuatu.

Ketika akhirnya engkau telah mendapatkan keinginan itu, semua yang telah kau dapatkan itu, seolah tidak ada lagi artinya bagimu. Semuanya hilang ibarat emas intan berlian yang masuk dalam mangkuk yang tak beralas itu. 

Kegembiraan, gairah, dan pengalaman yang mengasyikkan itu hanya tatkala dalam proses untuk mendapatkan keinginan.
Begitu saja seterusnya, selalu kemudian datang keinginan baru. Orang tidak pernah merasa puas. Ia selalu merasa kekurangan."

Raja itu bertanya lagi : “Adakah cara untuk dapat menutup alas mangkuk itu?”

“Tentu ada yaitu rasa syukur. Jika engkau pandai bersyukur, kebahagiaan akan datang kepadamu.”

Ucap sang pengemis itu, sambil ia berjalan kemudian menghilang dari mata khalayak.