Senin, 25 Juli 2011

Mengapa Hal Baik Terjadi Pada Orang Baik

Why good things happen to good people...?
“Seorang anak muda yang sangat miskin bekerja sebagai wiraniaga untuk membiayai uang kuliahnya. Pada suatu hari, ia sangat bingung karena ia hanya punya uang sepuluh sen saja, padahal ia sangat kelaparan.

Ia memberanikan dirinya untuk minta makan pada tetangganya, tapi ia gugup ketika seorang nyonya yang perlente membuka pintu. Ia tidak jadi minta makanan. Ia minta segelas air saja.

Perempuan itu merasa bahwa anak muda itu dalam kesusahan. Ia berikan kepadanya segelas susu. Ia minum perlahan-lahan. Ia bertanya, “Berapa...?”

“Anda tidak perlu bayar apa pun...?” kata perempuan itu,
“Ibuku mengajarkan untuk tidak menerima apa pun dari setiap perbuatan baik

“Kalau begitu, terimakasih saya yang setulus-tulusnya,” katanya. Ketika anak muda itu meninggalkan rumah itu, ia merasa lebih bahagia dan keimanannya kepada Tuhan serta kepercayaannya kepada umat manusia menjadi lebih kuat.

Bertahun-tahun kemudian, nyonya yang baik itu jatuh sakit. Dokter-dokter tidak tahu persis apa penyakit yang dideritanya. Ia dikirim ke Rumah Sakit dan diserahkan kepada anak muda dulu yang kini sudah menjadi dokter. Ketika ia mendengar nama dan kota asal pasiennya, matanya bersinar dan mulai menduga-duga siapa dia.

Ia mulai merawatnya dan segera mengenal sang nyonya. Ia bekerja keras untuk menyelamatkan nyawanya. Akhirnya, setelah perjuangan yang berat dari dokter muda tersebut, perempuan itu sembuh.

Dokter itu meminta administrasi rumah sakit untuk menyampaikan kepadanya tagihan untuk ia setujui. Ia memperbaiki tagihan itu dan menandatanganinya. Di atas tagihan biaya rumah sakit itu ia menuliskan catatan kecil. Ia krimkan kembali kepada pasiennya. Perempuan itu tahu ia harus membayar tagihan itu selama sisa usianya.

Walaupun ia bahagia karena telah disembuhkan, ia juga kuatir tidak bisa membayarnya. Ia membuka amplop dan terkejut ketika membaca tulisan di atas surat tagihan itu: “Tagihan ini sudah dibayar bertahun-tahun yang lalu dengan segelas susu- dr Howard.”

Tangisan kebahagiaan membasahi mukanya. Ia bersyukur kepada Tuhan dan berterimakasih kepada dokter muda itu akan balasan kebaikannya.”

Allah SWT berfirman dalam Surat Ar Rahman ayat 60 :“Apalagi balasan perbuatan baik selain perbuatan baik lagi,”

“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri “(QS Al Israa’ ayat 7)

Selanjutnya dalam surat An Naml ayat 89, Allah SWT berfirman : “Barangsiapa yang membawa kebaikan, maka ia memperoleh (balasan) yang lebih baik dari padanya, sedang mereka itu adalah orang-orang yang aman tenteram dari pada kejutan yang dahsyat pada hari itu.”

Dalam Surat ke 53 An Najm ayat 31, Allah SWT berfirman

“Dan hanya kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi supaya Dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (syurga).

Dalam hadist, Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya Allah selalu menolong seorang hamba yang selalu menolong orang lain,”

“Barangsiapa melapangkan kesusahan (kesempitan) untuk seorang mukmin di dunia maka Allah akan melapangkan baginya kesusahan dari kesusahan-kesusahan pada hari kiamat dan barangsiapa memudahkan kesukaran seseorang maka Allah akan memudahkan baginya di dunia dan akhirat” (HR Muslim)

“Orang yang memberi petunjuk kepada kebaikan sama pahalanya seperti orang yang melakukannya”. (HR. Bukhari).

Alam ini diatur oleh hukum resiprositas, hukum sebab-akibat, hukum balas- membalas. Sapa orang dengan tatapan kasih, dan ia akan menjawabmu dengan pelukan. Makilah kawan-kawanmu, dan mereka akan menyebarkan keburukanmu.

Mungkin Anda akan mengajukan keberatan. Mengapa orang yang kita bantu sering membalas air susu dengan air tuba? Pada saat seperti itu, ingatlah bahwa Tuhan tidak memilih orang itu sebagai tanganNya untuk membalas kebaikan Anda. Tapi ia pasti memilih tangan lain yang akan datang padamu dari orang yang tepat pada saat yang tepat.

Tersebutlah orang yang terkenal sangat dermawan. Pada waktu kecil, ayahnya mengumpulkan anak-anak miskin di kampungnya. Ia mendidik dan membesarkan mereka dengan dananya sendiri. Setiap hari ia harus bekerja sangat keras, sehingga sering melupakan anaknya sendiri. Ketika ia mendapatkan kesempatan belajar di luar negeri, pada saat-saat kritis ia selalu memperoleh pertolongan dari orang-orang yang tidak dikenalnya. Tentu saja mereka bukan anak-anak asuh bapaknya. Tapi tetap saja mereka adalah tangan-tangan Tuhan yang dikrimkan kepadanya pada saat yang tepat.

Pada khotbahnya menyambut bulan Ramadhan, Nabi Muhammad saw bersabda: “Sayangilah anak-anak yatim orang lain, nanti Tuhan akan sayang pada anak-anak yatim yang kamu tinggalkan. Bersedekahlah walaupun dengan seteguk air atau sebutir kurma.” Ia sedang mengajarkan kepada kita hukum resiprositas.

Kurang lebih 1500 tahun sesudah itu, puluhan ribu mil jauhnya dari negeri Nabi, seorang dosen Fakultas Kedokteran di Case Western University membiayai dan melakukan penelitian-penelitian tentang manfaat memberi atau bersedekah bagi pelakunya. Ia telah menjadi tangan Tuhan untuk membuktikan kebenaran sabda Nabi.

Dengarkan kata-katanya: “Anda ingin bahagia? Anda ingin lebih Dicintai? Anda ingin Selamat? Anda ingin lebih Sejahtera? Anda ingin ketemu orang pada saat-saat kritis dan percaya pada dukungannya? Anda ingin kehangatan hubungan yang sejati? Anda ingin berjalan di dunia setiap hari dengan yakin bahwa inilah dunia yang penuh kebaikan dan harapan?'"

Saya punya satu jawaban: Memberi.

Berilah bantuan pada siapapun yang memerlukan bantuan anda; Berilah makanan dan pakaian bagi fakir miskin; Berilah bantuan pendidikan bagi anak miskin di sekitar anda; Berilah bantuan renovasi Sekolah rubuh di sekitar anda; Berilah setiap hari walau sekedar senyummu, dan berikanlah pada setiap orang; Berilah setiap hari kebaikan apa saja, walaupun dalam jumlah kecil. Berilah setiap hari kebaikan pada siapa saja, walaupun itu musuh anda. Berilah, niscaya anda akan hidup lebih bahagia. Berilah dan anda akan lebih sehat. Berilah dan anda akan berusia lebih panjang.”

Dr Stephen Post dan Jill Neimark, kedua dosen itu, menuliskan hasil Riset dan penelitiannya selama sekian tahun yang disimpulkan dalam judul bukunya Why Good Things Happen to Good People.

Selamat memberi kebaikan kepada orang lain, dan bersiap-siaplah diberi kebaikan orang lain di waktu dan tempat yang mungkin berbeda. Wallahualam bissawab

Renungan Inspiratif, Yang kemudian berarti

Siap atau tidak, suatu hari semuanya pasti akan berakhir

Tidak akan ada lagi matahari yang terbit, tidak ada menit, jam ataupun hari.

Semua materi yang kita kumpulkan, baik itu uang yang didapat atau pun hal yang bersifat fisik lainnya akan diteruskan ke orang lain.

Kekayaan kita, ketenaran dan kekuasaan yang sesaat akan menghilang dan menjadi tidak berarti lagi. Sehingga tidak akan penting lagi segala sesuatu yang pernah kita miliki atau yang pernah kita kuasai.

Segala macam rasa dendam, dengki,  frustasi, dan juga rasa iri pada akhirnya akan hilang. Hal yang sama juga berlaku kepada harapan, ambisi, rencana, dan hal-hal lainnya yang kita inginkan, kesemuanya itu kemudian jadi tidak berlaku lagi.

Kemenangan dan kekalahan yang pada awalnya menjadi sangat penting lalu segera memudar, lenyap dan menghilang.

Tidak berarti lagi darimana kita berasal atau disisi mana jalur hidup kita pada akhirnya.

Tidak berarti lagi apakah kita cantik atau brillian. Bahkan jenis kelamin dan warna kulit bukan lagi menjadi satu persoalan.

Jadi apakah yang akan berarti? Bagaimanakah nilai dari hari kita diukur?

Yang kemudian berarti adalah bukan apa yang kita beli namun apa yang kita bangun, Bukan apa yang kita dapat tapi apa yang kita berikan.

Yang kemudian berarti bukanlah kesuksesan kita namun keberartian kita.

Yang kemudian berarti bukanlah apa yang kita pelajari namun apa yang kita ajarkan

Yang kemudian berarti adalah setiap tindakan dengan integritas, hati, keberanian dan pengorbanan yang memperkaya, memperkuat atau pun mendorong orang lain untuk menyamai kita sebagai contoh dan menjadikan kita sebagai inspirasi.

Yang kemudian berarti bukanlah kemampuan kita namun karakter kita.

Yang kemudian berarti adalah bukan seberapa banyak orang yang kita kenal, namun seberapa banyak yang akan merasakan kehilangan yang mendalam ketika kita pergi.

Yang kemudian berarti bukanlah yang kita kenang namun kenangan tentang kita yang akan terus hidup pada mereka-mereka yang mencintai kita.

Yang kemudian berarti adalah seberapa lama kita akan diingat, oleh siapa dan bagaimana kita dikenang

Menjalani kehidupan yang berarti tidak terjadi dengan sendirinya. Ini juga bukan mengenai keadaan namun ini mengenai pilihan.
Mengenai pilihan untuk menjalani kehidupan yang berarti.

Cerita Hikmah, Bagian Penting Tubuhmu

Ini kisah seorang ibu dan anaknya. "ibuku selalu bertanya padaku, apa bagian tubuh yang paling penting, bertahun tahun, aku selalu menebak dengan jawaban yang aku anggap benar. Ketika aku muda, aku pikir suara adalah yang paling penting bagi kita sebagai manusia, jadi aku jawab " Telinga bu". tapi ternyata itu bukan jawabannya.

"bukan itu nak, banyak orang yang tuli, tapi, teruslah memikirkannya dan aku akan menanyakannya lagi".

Beberapa tahun kemudian, aku mencoba menjawab, sebelum dia bertanya padaku lagi. sejak jawaban pertama, kini aku yakin jawaban kali ini pasti benar, jadi kali ini aku memberitahukannya "bu, penglihatan sangat penting bagi semua orang, jadi pastilah mata kita".

Dia memandang dan berkata, " kamu belajar dengan cepat, tapi jawabanmu masih salah karena banyak orang yang buta".

Gagal lagi, aku meneruskan usahaku mencari jawaban baru dan dari tahun ke tahun, ibu terus bertanya padaku beberapa kali dan jawabanku selalu salah, ibu selalu menjawab, "bukan, tapi kamu makin pandai dari tahun ke tahun anakku".

Akhir tahun lalu, kakekku meninggal, semua keluarga sedih, semua menangis. bahkan ayahku menangis, aku sangat ingat itu karena itulah saat kedua kalinya aku melihatnya menangis. ibuku memandangku ketika tiba giliranku mengucapkan selamat tinggal ke kakek.

dia bertanya padaku, " apakah kamu sudah tahu apa bagian tubuh yang paling penting?'.

aku terkejut ketika ibu bertanya pada saat seperti ini aku sering berpikir, ini hanyalah permainan antara ibu dan aku.

Ibu melihat kebingungan di wajahku dan, memberitahuku, "pertanyaan ini penting, ini akan menunjukkan padamu apakah kamu sudah benar benar "hidup". untuk semua bagian tubuh yang kamu beritahu padaku dulu, aku selalu berkata kamu salah dan aku memberitahukan kamu kenapa. tapi, hari ini adalah hari dimana kamu harus mendapatkan pelajaran yang penting.

Dia memandangku dengan wajah keibuan, aku melihat matanya penuh air, dia berkata "sayangku, bagian tubuh yang paling penting adalah bahumu".

Aku bertanya. " apakah karena fungsinya untuk menahan kepala?"

Ibu membalas, "bukan tapi karena bahu dapat menahan kepala seorang teman atau orang yang kamu sayangi ketika mereka menangis. Kadang kadang dalam hidup ini, semua orang perlu bahu untuk menangis. Aku cuma berharap kamu punya cukup kasih sayang dan teman teman agar kamu selalu punya bahu untuk menangis, kapan pun kamu membutuhkannnya.

Akhirnya aku tau, bagian tubuh yang paling penting adalah itu bahu karna ia memberikan peran penting agar seseorang itu tidak menjadi orang yang mementingkan diri sendri, tapi simpati terhadap penderitaan yang dialami oleh orang lain, orang akan melupakan apa yang kamu lakuakan, tapi tidak akan pernah lupa bagaimana kamu membuat mereka berarti

Renungan Menarik, Bukalah Hatimu

Dikisahkan, ada seorang anak muda yang merasa dirinya tidak bahagia. Setiap hari, dari jendela kamarnya dia melihat taman dan pemandangan alam yang sangat indah, orang berlalu-lalang, anak-anak bermain dengan gembira. Tetapi fenomena itu tidak membuat hatinya bahagia. Justru dia tidak mengerti, mengapa orang-orang di luar sana bisa tertawa-tawa bersama atau setidaknya menunjukkan wajah yang gembira.

Karena melihat keadaan di sekitarnya, atinya yang hambar, terusik pada pertanyaan, "Apa rahasia bahagia?"

Demi mendapatkan jawaban tersebut, si pemuda memutuskan keluar dari kamarnya dan mulai bertanya kepada siapa saja yang mungkin bisa memberi jawabannya.

"Maaf Pak, saya mau bertanya, dari mana bahagia itu?" tanyanya kepada seorang bapak yang tampak gembira melihat anak-anak yang sedang berlarian.

"Bahagia? Dari mana datangnya? Lihat saja anak-anak itu," jawab si bapak santai. Si pemuda mencermatinya dan tidak mengerti mengapa melihat anak-anak itu adalah kebahagiaan.

Dia pun berjalan terus dan berusaha bertanya ke beberapa orang lainnya tetapi tetap saja tidak menemukan jawabannya, apa dan bagaimana bahagia itu. Hingga tibalah dia di depan rumah seorang petani yang sedang beristirahat sambil meniup seruling dengan nikmatnya.

Si pemuda menunggu sampai lagunya selesai dan mengajukan pertanyaan yang sama. "Ayo, masuklah kemari," si petani mempersilakan si pemuda dengan ramah.

"Bapak sedang membuat seruling baru. Lihatlah! Begini caranya." Tangannya pun sibuk memperagakan memilih bambu, mengusap dan membersihkan bulu-bulu halusnya dengan cermat. "Setelah bersih, kini saatnya meratakan dan kemudian melubanginya."

"Bapak, saya kemari bukan belajar membuat suling dan apa hubungannya semua ini dengan kebahagiaan?" tanya si pemuda dengan kesal.

"Anak muda, jangan marah dulu. Perhatikan dulu apa yang hendak Bapak jelaskan. Bambu sekecil ini bisa mendatangkan nada yang indah, rahasianya ada di lubang-lubang kecil ini. Nah, sama dengan kebahagiaan yang kamu tanyakan. Buatlah lubang dan biarkan dia terbuka di dalam hatimu. Karena tanpa kamu pernah membuka hati, sama halnya kamu tidak pernah memberi kesempatan pada hatimu sendiri dan selamanya kamu tidak akan mengenal, apa itu bahagia. Mudah kan? Apakah kau mengerti?"

"Ya Pak, saya mengerti. Terima kasih."

Para pembaca yang budiman

Merasa senang dan bahagia adalah keadaan hati. Seringkali kita melihat ataupun mendengar banyak orang yang memiliki harta berlimpah tetapi hidup tidak bahagia. Ada pula orang yang hidupnya biasa-biasa saja, tetapi tampak sekali kebahagiaan melingkupinya.

Membuka hati berarti bisa menerima keadaan apapun kita hari ini, namun TETAP berikhtiar mengejar mimpi yang kita harapkan. Mampu menikmati hidup ini secara positif dan bernilai bagi diri sendiri maupun bagi orang lain. Dengan sikap mental hidup seperti itu, PASTI setiap saat kita bisa menikmati kebahagian secara alami.

Ketika Manusia Lupa nikmat Tuhannya

Suatu ketika ada peristiwa kematian di kampungku. Mbah Diman telah meninggal dunia. Serangan jantung katanya, tepat jam 12 malam ketika hujan lebat dan kilat yang saling menyambar. Mungkin sekali ia kaget, dan terkejut setengah mati ketika ada bunyi guntur menggelegar teramat keras, tepat tengah malam.

Ya, guntur itupun tak hanya mematikan listrik di kampung kami, tapi juga menyebabkan serangan jantung akut bagi Mbah Diman. Tepat ketika beberapa saat kemudian listrik menyala lagi, seluruh isi rumah berteriak histeris. Ya, Mbah Diman telah menghembuskan nafasnya yang terakhir, entah napas yang ke berapa trilyun dalam sejarah hidupnya yang panjang.

Sayang memang belum ditemukan alat penghitung nafas, sehingga kita tidak tahu sudah berapa juta kalikah kita bernapas. Seandainya alat itu memang ada, sungguh ia bisa menambah keimanan kita pada yang Maha Memberi Nafas. Mungkin kita akan selalu ingat dan mawas diri, senantiasa bersyukur bahwa kita masih diberi kesempatan bernafas dengan hidung ciptaan Allah, jantung ciptaan Allah, paru-paru ciptaan Allah dan udara yang juga pemberian Allah. Suatu hal esensial yang jarang sekali kita pikirkan dan kita syukuri.

Untung Allah tidak komersil. Coba saja jika Allah Maha Pelit. Sungguh, sholat seumur hiduppun tak akan mampu membayar biaya sewa jantung, paru-paru, hidung dan udara yang kita hirup tiap hembusan nafasnya. Bahkan jelas ibadah kita takkkan mampu menukar biaya sewa segala fasilitas yang telah diberikan Tuhan pada kita sebagai modal hidup di dunia.

Lalu mengapakah kita tidak bersyukur, wahai orang-orang yang berakal?
Lantas mengapakah kita tidak berbakti padanya, dengan senantiasa menjadi hamba dan khalifah-Nya yang baik di muka bumi?
Begitu sombongnyakah kita sehingga bersujud, menyentuhkan kepala pada tanah-pun begitu enggan?

Untung saja Allah bukan kapitalis yang selalu menghitung biaya investasi dengan kurs Rupiah atau Dollar. Pun Allah tidak sedang berjual beli surga dengan pahala dan ibadah.
Adakah yang tahu berapakah harga tiket masuk surga?
Berapa pastinya jumlah akumulasi pahala sebagai syarat standar masuk surga?
Sungguh besok di akhirat kelak, seluruh ibadah dan amalan yang telah kita lakukan ternyata setelah ditimbang dalam “mizan” tidak mampu untuk menukar sebiji bola matapun.
Lalu dengan apa kita akan menebus semua nikmat dan karunia Tuhan?
Tidak perlu repot-repot, sesungguhnya Tuhan hanya meminta kita untuk bertanggung jawab sebagai makhluk yang berakal.

Sebagai makhluk dengan penciptaan yang sempurna. Tuhan hanya meminta kita untuk bertanggung jawab dengan “amanat” yang dititipkan pada kita. Bumi dengan segala isinya, tubuh kita dengan segala amal perbuatannya. Keluarga kita, anak-anak kita, orang tua kita, istri/suami kita, harta kita, kekuasaan kita, pengetahuan kita. Saudara kita yang sedang kesusahan, tetangga kita yang selalu kelaparan, anak yatim yang terlantar, pengemis dan gelandangan yang terlunta-lunta.
Ya, di situlah wajah Allah berada. Di situlah “amanat” Allah meminta kita untuk menghadapkan wajah dan diri kita.

Tapi seringkali kita sok sibuk dan sok tidak mau tahu dengan Tuhan, seolah-olah Tuhan tidak mempunyai kontribusi sedikit pun dalam hidup kita. Jujur saja, berapa banyak dari kita yang ketika bangun tidur lantas mengucap syukur “Alhamdulillah, kita masih hidup!”.
Berapa banyak dari kita yang menyadari bahwa sesungguhnya kita tidak berkuasa atas diri kita, bahwa ketika kita bernafas, ketika jantung kita berdetak, ketika nadi kita berdenyut, “saklar”nya bukan ada pada kita.

Kita tidak bisa bercanda dengan Tuhan untuk misalnya, berheti sejenak bernafas, mem”pause” jantung yang sedang berdetak, atau meng”cancel” nadi yang sedang berdenyut. Atau meng”undo” rambut yang tumbuh, kuku yang tumbuh dan darah yang sedang mengalir. Sungguh jika Tuhan berkehendak maka “matilah” kita semua dengan sangat mudahnya.

Tapi berapa banyak dari kita yang ingat mati?
Bahkan seringkali kita bercanda dengan kematian seolah-olah kita tidak takut mati?
Bahkan ketika Mbah Jambrong mati-pun, orang tidak ingat kalau dirinya juga akan mengalami mati. Orang lupa bahwa “kematian” bisa datang kapan saja. Bahwa Izrail bukanlah penagih hutang yang dengan mudah kita “semayani”. Dan Allah tentu tidak “goblok” dengan macam-macam tingkah manusia.

Allah tidak bisa dibodohi dengan kata-kata penghibur “Maaf Tuhan, saya sedang sibuk. Sholatnya nanti saja ya?”
Tuhan juga tidak lengah ketika kita menomor 27kan Tuhan saat berjalan-jalan di Mall, melihat panggung hiburan, konser dangdut massal, hura-hura tahun baru atau bahkan ketika kita sedang menonton kotak hitam bernama Televisi.
Berapa banyak dari kita yang mengucap “bismillah” ketika menyalakan televisi?
Betapa seolah-olah Tuhan hanya sekedar wajib diingat sebagai basa-basi ketika kita sholat.

Seolah-olah wajah Tuhan hanya ada di Masjid dan Surau belaka. Atau tiba-tiba muncul sebagai “tempat mengadu” saat kita ditimpa musibah. Tiba-tiba kita sok akrab dengan Tuhan saat “kepepet”. Tiba-tiba kita menyembahnya dengan khusyu saat kita punya maksud dan hajat.

Tapi sungguh Tuhan tidak bodoh. Dan Tuhan tahu benar saat kita pergi melayat, bukan mati dan Tuhan yang kita ingat.
Tapi kita sibuk membicarakan kenapa si Fulan bin Anu meninggal dunia?
Bagaimana ceritanya?
Adakah firasat menjelang kepergiannya?
Dan sekeranjang sampah ucapan basa-basi turut berbela sungkawa dan bersedih hati.

Untung judi togel sudah dilarang, kalau masih pastilah orang pada ribut membicarakan tanggal kematiannya, jam berapa waktunya, kemudian di otak-atik menjadi nomor buntutan.
Berapa banyakkah dari kita yang belajar tentang “tanda-tanda” kekuasaan Tuhan?
Untuk kemudian memperbaiki diri dan bertawakkal kepada Allah.

Wallahu ‘alamu bishshowab.

Hikmah, Teguran, Sekaligus Doa

Kawan, hidup ini ternyata, tidak sekedar mengejar cita-cita pribadi saja Di luar sana masih banyak orang tidak punya rumah Masih banyak orang yang bahkan tidak tahu apakah besok pagi dia masih bisa makan Masih banyak anak-anak yang bahkan tidak tahu sampai kapan mereka akan terus tidur beratapkan langit yang bahkan terkadang memuntahkan air dan beralaskan tanah yang keras

Masih banyak mereka yang masa depannya tidak jelas Tapi sayangnya kita sering lupa akan hal itu

Seringkali kita hanya ingat dan ber-empati hanya saat penderitaan mereka disodorkan depan muka kita. Selebihnya, mungkin kita lupa. Padahal seharusnya kita lah yang mencari tahu. Kita yang mencari fakta-fakta, bukan menunggu untuk ditemukan oleh fakta. Tapi sayangnya, kenyataan yang sering terjadi adalah kita hanya menunggu.

Masih banyak mereka yang tidak mandi karena alasan-alasan yang mungkin bagi kita mudah saja, seperti air bersih, sabun, dll. Sedangkan kita pun mungkin secara sadar maupun tidak sering membuang-buang air bersih atau memiliki banyak sabun yang tidak terpakai. Masih banyak mereka yang tidak memiliki baju selain yang menempel di tubuh mereka dan kita masih sempat mengeluh ngeluh karena baju kotor yang menumpuk?
Ingatlah kawan..itu artinya kita beruntung memiliki banyak baju.

Masih banyak mereka yang tidak memiliki orang tua dan kita terkadang sering menggerutu hanya karena ditegur orang tua?
Ingatlah kawan..itu artinya kita beruntung karena masih diizinkan Allah untuk mewujudkan rasa sayang dan membalas kebaikan orang tua kita.
Seringkali kita mengeluh dan mengomel karena kelelahan berjalan kaki.
Ingatlah kawan..itu artinya kita masih punya kaki dan tubuh yang berfungsi dengan baik.

Apapun yang terjadi..Seburuk apapun keadaan kita,,cobalah kita pandang dari sudut pandang yang berbedaDan kita akan menemukan dan pada akhirnya mengerti cara Allah menyayangi, mendidik, dan memberi yang terbaik untuk kita

Tapi kenapa kita sering lupa ?
Kenapa kita sering tidak ber-infaq jika tidak diminta?
Kenapa tidak mencari tahu di mana kita bisa berinfak?

Kawan..Hidup tidak hanya bersemangat berprestasi dalam bidang akademik, organisasi, atau pekerjaan Semua itu bagus sekali namun semangat dan prestasi luar biasa itu tidak ada artinya bila implementasinya sama dengan nol Tidak ada artinya bila ternyata kita sampai lupa dengan orang-orang di luar sana Mereka yang menjadi korban kemerdekaan yang blum merdeka Mereka yang menjadi korban para pejabat yang bagai kacang lupa kulitnya itu Mereka yang terlupakan, mereka yang dibohongi, mereka yang tertindas, mereka yg terjajah oleh 'kemerdekaan' negeri ini

Kawan..Bersyukurlah punya banyak makanan Banyak sekali orang yang kelaparan di dunia ini Di Ethiopia, India, Indonesia, atau bahkan mungkin beberapa meter dari tempat kita duduk saat ini.
Jadi ingatlah kawan..Jangan sampai kita membiarkan makanan membusuk di kulkas atau menjadi basi di dalam lemari / tudung saji

Kawan..Mari kita luangkan waktu..,,untuk bersyukur Ya, untuk bersyukur Karena selalu harus ada waktu untuk bersyukur Jangan sampai kita bersikap tidak tahu diri Jangan sampai kita rutin mengucapkan terima kasih kepada teman-teman namun tidak ingat untuk berterima kasih kepada Allah

Kawan...Mari kita menghargai setiap waktu yang terlewat karena waktu tidak dapat berputar kembali Bahkan Leonardo Da Vinci pernah menyatakan keheranannya mengenai manusia yang sering tidur. Ia berpendapat manusia hidup tersebut seperti orang mati saja karena apa bedanya orang yang masih hidup dengan yang sudah meninggal apabila yang hidup juga tidak melakukan apa-apa .


Kawan..bayangkanlah kesepiannya mereka yang tidak memiliki keluarga, mereka yang dimusuhi, dikucilkan, apalagi kesepian dan kepedihan orang-orang yang ditinggal mati keluarganya yang terbunuh di depan mata mereka

Kawan...Jangan terlalu sedih walaupun kadang orang suka meremehkan kita
Di belahan dunia di sebelah mana pun, banyak sekali orang-orang terbuang yang mungkin jauuuuhh lebih tersakiti daripada kita
Mereka dianggap hina
Mereka dipandang rendah
Entah berapa banyak cacian yang sudah mereka dengar
Perlakuan kasar yang mereka dapat juga tak terhitung
Lihatlah semuanya lebih dekat..dan kita akan sadar betapa bersyukurnya kita, paling tidak bagi diri kita sendiri 

Cerita Inspiratif: Seorang Pengemis Buta

Seorang anak buta duduk bersila di sebuah tangga pintu masuk pada sebuah supermarket. Yup, dia adalah pengemis yang mengharapkan belas kasihan dari para pengunjung yang berlalu lalang di depannya. Sebuah kaleng bekas berdiri tegak di depan anak itu dengan hanya beberapa keping uang receh di dalamnya, sedangkan kedua tangannya memegang sebuah papan yang bertuliskan “Saya buta, kasihanilah saya.”

Ada Seorang pria yang kebetulan lewat di depan anak kecil itu. Ia merogoh sakunya, mengeluarkan beberapa keping uang receh, lalu memasukkannya ke dalam kaleng anak itu. Sejenak, pria itu memandang dan memperhatikan tulisan yang terpampang pada papan. Seperti sedang memikirkan sesuatu, dahinya mulai bergerak-gerak.

Lalu pria itu meminta papan yang dibawa anak itu, membaliknya, dan menuliskan beberapa kata di atasnya. Sambil tersenyum, pria itu kemudian mengembalikan papan tersebut, lalu pergi meninggalkannya. Sepeninggal pria itu, uang recehan pengunjung supermarket mulai mengalir lebih deras ke dalam kaleng anak itu. Kurang dari satu jam, kaleng anak itu sudah hampir penuh. Sebuah rejeki yang luar biasa bagi anak itu.

Beberapa waktu kemudian pria itu kembali menemui si anak lalu menyapanya. Si anak berterima kasih kepada pria itu, lalu menanyakan apa yang ditulis sang pria di papan miliknya. Pria itu menjawab, “Saya menulis, ‘Hari yang sangat indah, tetapi saya tidak bisa melihatnya.’ Saya hanya ingin mengutarakan betapa beruntungnya orang masih bisa melihat. Saya tidak ingin pengunjung memberikan uangnya hanya sekedar kasihan sama kamu. Saya ingin mereka memberi atas dasar terima kasih karena telah diingatkan untuk selalu bersyukur.”
Pria itu melanjutkan kata-katanya, “Selain untuk menambah penghasilanmu, saya ingin memberi pemahaman bahwa ketika hidup memberimu 100 alasan untuk menangis, tunjukkanlah bahwa masih ada 1000 alasan untuk tersenyum.”

Renungan Menarik: Saya Belajar!!!

Saya belajar, bahwa saya tidak dapat memaksa orang lain mencintai saya. Saya hanya dapat melakukan sesuatu untuk orang yang saya cintai...

Saya belajar, bahwa butuh waktu bertahun-tehun untuk membangun kepercayaan dan hanya beberapa detik saja untuk menhancurkannya...

Saya belajar, bahwa sahabat terbaik bersama saya dapat melakukan banyak hal dan kami selalu memiliki waktu terbaik...

Saya belajar, bahwa orang yang saya kira adalah orang yang jahat justru adalah orang yang membangkitkan semangat hidup saya kembali serta orang yang begitu perhatian pada saya...

Saya belajar, bahwa persahabatan sejati senantiasa tumbuh walau dipisahkan oleh jarak yang jauh. Beberapa di antaranya melahirkan cinta sejati...

Saya belajar, bahwa jika seseorang tidak menunjukkan perhatian seperti yang saya inginkan, bukan berarti bahwa dia tidak mencintai saya...

Saya belajar, bahwa saya harus belajar mengampuni diri sendiri dan orang lain, kalau tidak mau dikuasai perasaan bersalah terus-menerus...

Saya belajar, bahwa lingkungan dapat memengaruhi pribadi saya, tapi saya harus bertanggung jawab untuk apa yang telah saya lakukan...

Saya belajar, bahwa dua menusia dapat melihat sebuah benda, tapi kadang dari sudut pandang yang bebeda...

Saya belajar, bahwa tidaklah penting apa yang saya miliki, tapi yang penting adalah siapa saya ini sebenarnya...

Saya belajar, bahwa tidak ada yang instant atau serba cepat di dunia ini, semua butuh proses dan pertumbuhan, kecuali saya ingin sakit hati...

Saya belajar, bahwa saya harus memilih apakah menguasai sikap dan emosi atau sikap dan emosi itu yang menguasai diri saya...

Saya belajar, bahwa saya punya hak untuk marah, tetapi itu bukan berarti saya harus benci dan berlaku bengis...

Saya belajar, bahwa orang-orang yang saya kasihi justru sering di ambil segera dari kehidupan saya...

Selamat belajar……. !!!

Cerita Hikmah, Seratus Dollar

Seorang motivator dunia berdiri di atas mimbar. Ya, dia memang bertugas untuk memberi motivasi kepada sebuah perhimpunan pegawai perusahaan. Ruang seminar di hotel itu penuh dengan orang. Sekitar 300 pegawai berpakaian rapi sudah berkumpul dan duduk tenang di kursinya masing-masing. Mata mereka memandang ke arah motivator itu, seakan mengharap ada pencerahan baru yang didapatkan.

Dengan tenang, motivator mengeluarkan selembar uang seratus dollar dari sakunya. Uang itu tampak masih sangat baru. “Siapa yang mau uang ini?” serunya. Semua hadirin mengangkat tangannya tanda setuju. Beberapa diantaranya sambil senyum-senyum sendiri dan bertanya-tanya dalam hati apa maksud motivator itu.

Motivator tersebut lalu meremas-remas uang seratus dollar itu. Uang yang tadinya tampak rapi sekarang sudah berubah menjadi bertekuk-tekuk tidak karuan. Motivator itu berseru lagi, “Siapa yang mau uang ini?” Serentak seluruh hadirin tetap mengangkat tangannya. Motivator kemudian menyeka keringatnya dengan uang itu, lalu menaruh uang di lantai mimbar dan menginjak-injaknya hingga kotor. “Siapa yang masih mau uang ini?” Sambil tertawa-tawa seluruh hadirin pun kembali mengangkat tangannya.


“Sahabat semua.” Kata motivator itu, “Ini adalah sebuah pelajaran berharga. Apapun yang telah saya lakukan terhadap uang ini ternyata tidak mempengaruhi keinginan Anda untuk memilikinya. Anda mau, karena Anda tahu sekotor apapun bentuknya, uang ini tidak akan berubah nilainya. Seratus dollar ini tetap seratus dollar, masih bisa dipakai untuk membeli barang, baju, atau apapun yang Anda mau.”


Dengan cukup bersahaja motivator itu melanjutkan ceritanya, “Seperti halnya hidup, mungkin Anda pernah jatuh, pernah kotor, pernah ‘menyeka keringat orang’, pernah dinjak-injak, tidak ganteng, tidak kaya, atau apalah.. Tetapi sebenarnya itu semua tidak pernah bisa merubah nilai Anda sebagai seorang manusia. Sekali dilahirkan sebagai seorang manusia, selamanya Anda tetap menjadi manusia, sama seperti saya, bagaimanapun bentuknya.”

Setelah menghela nafas, motivator itu berkata lagi, “Anda bernilai dan berharga bagi orang-orang di sekitar Anda. Anda memiliki peran penting di dalam kehidupan di sekitar Anda. Anda adalah sosok yang spesial dan bernilai tinggi, terutama bagi orang-orang yang menyayangi Anda. Bahkan jika sudah tidak ada lagi yang menyayangi Anda, Anda tetap istimewa bagi Dia yang menciptakan Anda.”

Hikmah, Pelayan dan Seorang Anak Kecil

Pada suatu hari seorang anak kecil masuk ke sebuah restoran terkenal. Dengan langkah riang dan sedikit berlari, anak kecil itu duduk di salah satu bangku kosong di sana. “Sangat Ramai.” gumamnya. Anak kecil itu kemudian mengangkat tangannya untuk memanggil salah satu pelayan restoran. Seorang pelayan perempuan pun segera datang menghampiri anak kecil itu dengan membawa buku menu makanan.

“Mau pesan apa, dik?” Tanya pelayan itu. “Berapa harga satu porsi es krim bertabur strawbery dan coklat itu?” Si anak balik bertanya sambil menunjuk salah satu gambar yang terpampang di tembok restoran.

“2 Dollar.” Jawab si pelayan dengan ramah. Anak itu kemudian memasukkan tangannya ke dalam saku dan mengeluarkan beberapa keping uang receh dan menghitungnya. “Kalau es krimnya tanpa strawberry dan coklat berapa?”. “1 Dollar.” jawab pelayan itu dengan sedikit aneh.

Anak itu kemudian memasukkan tangannya ke saku yang lain, dia mengeluarkan recehan lagi, dan mulai menghitungnya. “Kalau es krimnya tanpa strawberry dan coklat, serta cuma separuh porsi saja berapa?” “Setengah Dollar!” jawab pelayan itu agak ketus. “Baik, saya pesan itu saja.” Kata si anak lagi.

Pelayan itu segera kembali ke dapur. Beberapa saat kemudian pelayan kembali ke meja si anak sambil membawa pesanannya. Anak itu pun segera memakan es krim tersebut dengan lahap. Setelah es krim selesai dimakan, pelayan kembali menemui anak itu sambil membawa nota pembayaran.

“Semua setengah dollar.” Kata pelayan sambil menyodorkan nota kepada si anak. Si anak lalu mengeluarkan semua uang receh miliknya dan memberikannya pada pelayan. “Ini setengah dollar.” Katanya. Kemudian, tangan anak itu merogoh saku belakangnya dan mengeluarkan selembar uang 10 Dollar. “Dan ini tips untuk kamu.” Kata anak itu sambil menyerahkan 10 dollar itu.

Author unknown From the book of “Six Great Lesson” Author Mary Jane

Memang, kadang manusia hanya melihat sesuatu dari luarnya. Bahkan kita sendiri pun sering mengalami hal itu. Kesibukan dan keruwetan kejadian sehari hari bisa membuat seseorang lupa untuk ‘melihat lebih dalam’ orang-orang di sekitarnya. Sangat wajar jika seseorang yang sudah pakai Jas mulai menganggap remeh orang-orang yang hanya menggunakan T-Shirt.

Tapi cerita di atas dapat mengingatkan kita kembali, bahwa sesuatu yang berharga kadang muncul dari hal-hal yang biasa-biasa saja. Rejeki bisa datang dari arah yang tak terduga, bahwa mata manusia kadang terlalu sempit untuk dapat melihat spektrum kepribadian seseorang. Seperti halnya hujan yang tetap bisa turun saat matahari bersinar terik.. seperti siang tadi.

Renungan Hikmah, Beryukurlah

Hari ini aku pergi belanja ke sebuah swalayan di dekat rumah, setelah berbelanja aku pergi ke kasir untuk membayar, setelah selesai menghitung belanjaanku aku membayar dengan selembar uang lima puluh ribuan, wanita yang menjadi kasir itu memberikan selembar uang seribuan kembalian dari belanjaanku, aku langsung menolaknya dan mengatakan kembaliannya permen karet itu saja mbak, sambil menunjuk sebuah permen karet di sebuah rak yang berada tepat diatas kepalanya, dengan susah payah wanita itu berdiri, ternyata, dia mempunyai satu kaki saja, dan memakai tongkat kayu. Astagfirullahhalazim aku malu sekali, Namun ketika lewat dia tetap tersenyum kepadaku.

Ya Allah, maafkan aku bila aku selalu mengeluh. Aku masih mempunyai sepasang kaki untuk berjalan di duniamu yang luas ini.

Di perjalanan pulang aku singgah di sebuah warung untuk membeli batere lampu senterku yang sudah mati, Anak laki-laki penjualnya begitu mempesona. Aku berbicara padanya. Dia tampak begitu gembira, setelah membayar aku berbicara dengan anak itu, "namamu siapa" Arif om, jawabnya dengan tersenyum, kamu kelas berapa, saya tidak sekolah om, looh kenapa kamu tidak sekolah, belum sempat anak itu menjawab pertanyaanku, tiba-tiba seorang ibu muncul dari dalam rumah, rupanya ibu itu mendengar percakapan kami di luar, "Arif tidak sekolah dek, karena dia buta, sejak kecil dia tidak bisa melihat, dan dia tidak bisa sekolah karena matanya yang tidak bisa melihat itu.

Ya Allah, maafkan aku, aku masih mempunyai sepasang mata untuk membaca dan melihat semua kebesaranMu tetapi aku masih sering mengeluh.

Sementara aku berjalan, aku bertemu dengan kumpulan anak-anak kecil yang bermain dengan riangnya, di sudut aku melihat seorang perempuan kecil dengan rambut yang lurus dan bola mata yang indah tetapi ia hanya berdiri dan diam melihat teman-temanya bermain, aku mendekatinya, "dek, kog nggak main sama teman-temannya?" ia hanya diam membisu, lalu aku menyentuh pundaknya dan bertanya sekali lagi padanya, Gadis kecil itu memandang ke depan tanpa bersuara, lagi-lagi aku beristigfar dalam hati (Astagfirullahhalazim), Gadis kecil ini tidak bisa mendengar.

Ya Allah, maafkan aku, aku masih mempunyai sepasang telinga untuk mendengar senandung Al-Quran dan ceramah2 agama tetapi aku lebih memilih mendengarkan alunan musik di radio dan stasiun televisi favoritku.

Dengan dua kaki aku bisa berjalan kemanapun aku mau Dengan sepasang mata aku bisa melihat matahari terbit dan matahari terbenam Dengan dua telinga aku bisa mendengarkan azan dan lantunan ayat-ayat suci al-Quran

Ya Allah, maafkan aku yang kurang bersyukur atas nikmat yang telah Engkau berikan, maafkan aku yang selalu mengeluh, maafkan aku…

Cerita hikmah, Si Nenek Yang Sangat Bijak

Pada suatu hari seorang wanita tua berjalan menyusuri bukit. Tak sengaja, matanya tertuju pada sebuah batu mengkilat yang berada di sela-sela batu besar. Batu itu kurang lebih sebesar kepalan tangan orang dewasa. Dengan berbagai usaha, diraih dan dipegangnya batu gemerlap itu.

Pada saat itu pula, lewat seorang pria muda yang sedang mencari kayu bakar. Tampak sekali dari pakainnya, bahwa lelaki itu adalah orang miskin. Lelaki itu melihat batu mengkilat yang dipegang oleh nenek tua, dan terperanjatlah dia ketika melihat sebuah berlian sebesar itu.

“Apa itu nek?” Lelaki itu bertanya, “Bolehkah aku memintanya?”
“Baiklah..” Jawab nenek itu seraya memberikan batu itu kepada sang lelaki tanpa beban sama sekali.

Setengah tidak percaya, lelaki itu segera menerima dan membawa pulang berlian besar itu. Sesampainya di rumahnya yang mulai reyot, lelaki itu mulai merancang berbagai strategi untuk memanfaatkan berlian besar tersebut agar dapat membuatnya kaya.. tanpa kehilangan batu itu sama sekali.

Besoknya, si lelaki memutuskan untuk menggadaikan berlian miliknya. Uang hasil gadai berlian itu ternyata cukup besar, dan uang itulah yang ia gunakan sebagai modal usaha. Tahun demi tahun dilalui, dan akhirnya lelaki itu tumbuh berkembang menjadi seorang pengusaha yang kaya-raya. Berlian yang dulu digadai itupun sudah dapat ditebusnya kembali.

Tapi entah kenapa, perlahan namun pasti mulai ada perubahan di diri lelaki itu. Ia mulai congkak, suka pamer, dan mulai melarutkan dirinya dalam kehidupan malam yang sangat menjijikkan. Lambat laun, teman-temannya mulai menjauh. Yang ada sekarang hanyalah orang-orang yang mau memanfaatkan dirinya.

Berbagai persaingan dan minimnya dukungan dari orang-orang terdekatnya, akhirnya membuat usaha lelaki itupun jatuh. Ia sekarang tidak mempunyai apa-apa lagi. Bahkan semua orang sudah meninggalkannya. Tetapi, ternyata tidak semua hartanya habis, ia masih memiliki batu berlian besar pemberian seorang nenek yang ia temui beberapa tahun lalu. Entah mengapa, ia mulai merasa menyesal kenapa ia harus meminta berlian tersebut dari nenek tua itu.

Akhirnya, dengan berbagai upaya, ia berusaha mencari kembali nenek tersebut. Setelah berhari-hari mencari, akhirnya lelaki itu menemukan rumah sang nenek, yaitu sebuah gubug kecil di perbukitan.

Sambil sujud tersungkur di hadapan sang nenek tua, laki-laki itu mengembalikan berliannya.


“Kenapa engkau dulu memberikan batu permata ini kepadaku?” kata lelaki itu sambil menangis, “Seharusnya, engkau memberikan sesuatu yang lebih berharga dari ini… yaitu kekuatan untuk memberi batu ini..”
Sambil tersenyum, nenek itu menjawab, “Aku sedang mengajarkannya padamu..”


Adapun pesan yang dapat kita ambil dari cerita ini adalah kedermawanan merupakan harta sesungguhnya, kesombongan dan kemewahan justru membuat seseorang itu menjadi lalai dan terkadang orang lebih memuja berlian daripada memuja pasangan-nya sendiri :D

Puisi Religi, Hidup adalah Ujian

Tiada manusia yang tidak mendapat ujian
Tiada manusia yang terlepas dari cobaan
Karna segala ujian adalah ketentuan tuhan
Yang harus kita lalui dengan kesabaran

Menghadapi Cobaan di butuhkan keikhlasan
Agar sang pencipta memberikan kemudahan
Doa yang kita panjatkan akan membuka jalan
Jalan ketenangan yang selalu kita dambakan


Hidup terus berjalan walau cobaan datang bergantian
Maka, bermuhasabahlah di setiap kesempatan
Dan Waktu yang hilang tidak perlu kita risaukan
Ingatlah bahwa Allah bersama orang-orang beriman

Ya Allah Ampunilah kami dari segala dosa-dosa
Yang telah kami lakukan saat khilaf atau pun lupa
Karna kami hanyalah hambamu yang tiada daya
Yang selalu mengharap rahmatmu didunia yang fana

Hikmah, Menebus Maaf, Melupa Salah

Konon pada suatu masa di sebuah kota kecil, hidup dua orang pemuda. yang cukup bandel, liar, dan tidak pernah menghormati orang lain sekalipun dilahirkan dari keluarga yang cukup terhormat. Perilaku keliru ini belakangan menjadi kasus yang cukup serius ketika mereka mencuri domba dari peternak setempat. Dan hal ini adalah kejahatan yang cukup besar di masyarakat penggembala tersebut.

Sepandai-pandainya mereka, akhirnya cowok-cowok itu tertangkap. Karena malu, para orang tua kedua cowok itu segera mengusir dari rumahnya. Para penggembala pun mulai berunding untuk menentukan hukuman apa yang paling cocok bagi mereka. Para penggembala akhirnya memutuskan untuk memberi tatoo di jidat mereka dengan tulisan “ST”, singkatan dari “Sheep Thief” (pencuri domba). Karena bersifat permanen, maka tatoo ini akan kelihatan di dahi mereka seumur hidup.
Salah seorang diantara cowok itu cukup malu dengan tatoo tersebut, sehingga ia melarikan diri dari kota tersebut, dan tidak pernah ada kabar beritanya lagi.

Yang seorang lagi, dengan penyesalan mendalam dan tekad untuk memperbaiki hubungan dengan masyarakatnya. Ia memilih untuk tetap tinggal di kota dan mulai berbuat baik, terutama kepada warga yang pernah ia rugikan sebelumnya. Beberapa kali perbuatan baiknya ini malah menimbulkan kecurigaan dari masyarakat setempat, tetapi cowok itu tetap saja berbuat baik tanpa mempedulikan apa kata warga.

Setiap kali ada yang sakit, pencuri domba itu datang untuk merawat si sakit, membuatkannya bubur hangat dan menghiburnya dengan berbagai cerita-cerita lucu. Setiap ada kesibukan dan perayaan, pencuri domba itu selalu membantu dengan sukarela.

Ia tidak pernah memperhatikan apakah yang dibantunya itu kaya atau miskin. Kadang ia menerima tanda ucapan terima kasih, entah makanan maupun uang – tetapi lebih sering ia tidak pernah menerima apapun atas segala bantuannya – dan ia memang tidak pernah memperdulikan hal itu.

Beberapa puluh tahun kemudian, seorang turis datang ke kota itu – kota yang terkenal dengan udaranya yang sejuk dan kehidupan pedesaan yang masih alami. Ketika singgah pada sebuah warung di pinggir jalan, pelancong itu melihat seorang lelaki tua, dengan tatoo “ST” di jidatnya – sedang duduk di kursi goyang. Mata teduh orang tua itu tertuju pada ribuan domba di ladang samping rumahnya yang cukup megah di desa itu.

Turis itu juga memperhatikan bagaimana orang-orang yang lewat di depan rumah itu selalu menyempatkan diri untuk bercakap-cakap dengan orang tua itu – dan menunjukkan sikap yang sangat hormat, seolah-olah orang tua itu adalah bapaknya sendiri.

Ia juga melihat banyak sekali anak-anak yang bermain di halaman rumah yang tidak memiliki pagar itu. Turis mengamati, sesekali anak-anak itu menghentikan permainan mereka dan memeluk mesra orang tua itu.

Karena penasaran, orang asing itu bertanya kepada pemilik warung, “Apa arti huruf ST yang tertulis di jidat orang tua itu ?”

Jawab pemilik warung, “Saya tidak tahu. Kejadiannya sudah lama sekali…” sahut pemilik warung. Setelah terdiam sejenak untuk merenung, pemilik warung tersebut melanjutkan, “… mmm, menurut saya tulisan itu singkatan dari kata ‘Santo‘. “

Pesan Moral: Suatu perbuatan jahat memang susah tuk dihilangkan.. tapi jika bener2 punya tekad dan niat yang baik itu semua pelan pelan akan memudar di hati setiap orang yang pernah kita sakitin.

Artikel Islam menarik: " Tobat "

Assalamualaikum sobat-sobat yang baik dan budiman, pada kesempatan kali iini ane akan posting Artikel Islam menarik dan Inspiratif insya Allah tentang Tomat, Atau Tobat maksiat seperti lagu wali band yang populer itu..:D
Hidup tak ubahnya seperti menelusuri jalan setapak yang becek di tepian sungai nan jernih. Kadang orang tak sadar kalau lumpur yang melekat di kaki, tangan, badan, dan mungkin kepala bisa dibersihkan dengan air sungai tersebut. Boleh jadi, kesadaran itu sengaja ditunda hingga tujuan tercapai.

Tak ada manusia yang bersih dari salah dan dosa. Selalu saja ada debu-debu lalai yang melekat. Sedemikian lembutnya, terlekatnya debu kerap berlarut-larut tanpa terasa. Di luar dugaan, debu sudah berubah menjadi kotoran pekat yang menutup hampir seluruh tubuh.

Itulah keadaan yang kerap melekat pada diri manusia. Diamnya seorang manusia saja bisa memunculkan salah dan dosa. Terlebih ketika peran sudah merambah banyak sisi: keluarga, masyarakat, tempat kerja, organisasi, dan pergaulan sesama teman. Setidaknya, akan ada gesekan atau kekeliruan yang mungkin teranggap kecil, tapi berdampak besar.

Belum lagi ketika kekeliruan tidak lagi bersinggungan secara horisontal atau sesama manusia. Melainkan sudah mulai menyentuh pada kebijakan dan keadilan Allah swt. Kekeliruan jenis ini mungkin saja tercetus tanpa sadar, terkesan ringan tanpa dosa; padahal punya delik besar di sisi Allah swt.

Rasulullah saw. pernah menyampaikan nasihat tersebut melalui Abu Hurairah r.a. “Segeralah melalukan amal saleh. Akan terjadi fitnah besar bagaikan gelap malam yang sangat gulita. Ketika itu, seorang beriman di pagi hari, tiba-tiba kafir di sore hari. Beriman di sore hari, tiba-tiba kafir di pagi hari. Mereka menukar agama karena sedikit keuntungan dunia.” (HR. Muslim)

Saatnyalah seseorang merenungi diri untuk senantiasa minta ampunan Allah swt. Menyadari bahwa siapa pun yang bernama manusia punya kelemahan, kekhilafan. Dan istighfar atau permohonan ampunan bukan sesuatu yang musiman dan jarang-jarang. Harus terbangun taubat yang sungguh-sungguh.

Secara bahasa, taubat berarti kembali. Kembali kepada kebenaran yang dilegalkan Allah swt. dan diajarkan Rasulullah saw. Taubat merupakan upaya seorang hamba menyesali dan meninggalkan perbuatan dosa yang pernah dilakukan selama ini.

Rasulullah saw. pernah ditanya seorang sahabat, “Apakah penyesalan itu taubat?” Rasulullah saw. menjawab, “Ya.” (HR. Ibnu Majah) Amr bin Ala pernah mengatakan, “Taubat nasuha adalah apabila kamu membenci perbuatan dosa sebagaimana kamu mencintainya.”

Taubat dari segala kesalahan tidak membuat seorang manusia terhina di hadapan Tuhannya. Justru, akan menambah kecintaan dan kedekatan seorang hamba dengan Tuhannya. Karena Allah sangat mencintai orang-orang yang bertaubat dan mensucikan diri. “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS. Al-Baqarah: 222)

Taubat dalam Islam tidak mengenal perantara. Pintu taubat selalu terbuka luas tanpa penghalang dan batas. Allah selalu menbentangkan tangan-Nya bagi hamba-hamba-Nya yang ingin kembali kepada-Nya. Seperti terungkap dalam hadis riwayat Imam Muslim dari Abu musa Al-Asy`ari. “Sesungguhnya Allah membentangkan tangan-Nya di siang hari untuk menerima taubat orang yang berbuat kesalahan pada malam hari sampai matahari terbit dari barat.”
Karena itu, merugilah orang-orang yang berputus asa dari rahmat Allah dan membiarkan dirinya terus-menerus melampaui batas. Padahal, pintu taubat selalu terbuka. Dan sungguh, Allah akan mengampuni dosa-dosa semuanya karena Dialah yang Maha Pengampun lagi Penyayang.

Orang yang mengulur-ulur saatnya bertaubat tergolong sebagai Al-Musawwif. Orang model ini selalu mengatakan, “Besok saya akan taubat.” Ibnu Abas r.a. meriwayatkan, berkata Nabi saw. “Binasalah orang-orang yang melambat-lambatkan taubat (musawwifuun).” Dalam surat Al-Hujurat ayat 21, Allah swt. berfirman, “Dan barangsiapa yang tidak bertaubat, mereka itulah orang-orang yang zalim.“

Abu Bakar pernah mendengar ucapan Rasulullah saw., “Iblis berkata, aku hancurkan manusia dengan dosa-dosa dan dengan bermacam-macam perbuatan durhaka. Sementara mereka menghancurkan aku dengan Laa ilaaha illaahu dan istighfar. Tatkala aku mengetahui yang demikian itu aku hancurkan mereka dengan hawa nafsu, dan mereka mengira dirinya berpetunjuk.”

Namun, taubat seorang hamba Allah tidak cuma sekadar taubat. Bukan taubat kambuhan yang sangat bergantung pada cuaca hidup. Pagi taubat, sore maksiat. Sore taubat, pagi maksiat. Sedikit rezeki langsung taubat. Banyak rezeki kembali maksiat.

Taubat yang selayaknya dilakukan seorang hamba Allah yang ikhlas adalah dengan taubat yang tidak setengah-setengah. Benar-benar sebagai taubat nasuha, atau taubat yang sungguh-sungguh.

Karena itu, ada syarat buat taubat nasuha. Antara lain, segera meninggalkan dosa dan maksiat, menyesali dengan penuh kesadaran segala dosa dan maksiat yang telah dilakukan, bertekad untuk tidak akan mengulangi dosa.

Selain itu, para ulama menambahkan syarat lain. Selain bersih dari kebiasaan dosa, orang yang bertaubat mesti mengembalikan hak-hak orang yang pernah dizalimi. Ia juga bersegera menunaikan semua kewajiban-kewajibannya terhadap Allah swt. Bahkan, membersihkan segala lemak dan daging yang tumbuh di dalam dirinya dari barang yang haram dengan senantiasa melakukan ibadah dan mujahadah.



Hanya Alahlah yang tahu, apakah benar seseorang telah taubat dengan sungguh-sungguh. Manusia hanya bisa melihat dan merasakan dampak dari orang-orang yang taubat. Benarkah ia sudah meminta maaf, mengembalikan hak-hak orang yang pernah terzalimi, membangun kehidupan baru yang Islami, dan hal-hal baik lain. Atau, taubat hanya hiasan bibir yang terucap tanpa beban.

Hidup memang seperti menelusuri jalan setapak yang berlumpur dan licin. Segeralah mencuci kaki ketika kotoran mulai melekat. Agar risiko jatuh berpeluang kecil. Dan berhati-hatilah, karena tak selamanya jalan mendatar.

Cerita Inspiratif: Penyesalan Si tukang kayu

Asalamualaikum dan selamat pagi Sobat2 yang budiman, pada postingan kali ini ane akan mencoba memberikan sejenak bahan renungan bersama melalui cerita Inspiratif dari penyesalan si tukang kayu. Sebuah cerita yang menurut ane sangat menarik dan enak dibaca.

Seorang tukang kayu tua bermaksud pensiun dari pekerjaannya di sebuah perusahaan konstruksi real estate. Ia menyampaikan keinginannya tersebut pada pemilik perusahaan. Tentu saja, karena tak bekerja, ia akan kehilangan penghasilan bulanannya, tetapi keputusan itu sudah bulat. Ia merasa lelah. Ia ingin beristirahat dan menikmati sisa hari tuanya dengan penuh kedamaian bersama istri dan keluarganya.

Pemilik perusahaan merasa sedih kehilangan salah seorang pekerja terbaiknya. Ia lalu memohon pada tukang kayu tersebut untuk membuatkan sebuah rumah untuk dirinya.

Tukang kayu mengangguk menyetujui permohonan pribadi pemilik perusahaan itu. Tapi, sebenarnya ia merasa terpaksa. Ia ingin segera berhenti. Hatinya tidak sepenuhnya dicurahkan. Dengan ogah-ogahan ia mengerjakan proyek itu. Ia cuma menggunakan bahan-bahan sekedarnya. Akhirnya selesailah rumah yang diminta. Hasilnya bukanlah sebuah rumah baik. Sungguh sayang ia harus mengakhiri kariernya dengan prestasi yang tidak begitu mengagumkan.

Ketika pemilik perusahaan itu datang melihat rumah yang dimintanya, ia menyerahkan sebuah kunci rumah pada si tukang kayu. “Ini adalah rumahmu, ” katanya, “hadiah dari kami.”

Betapa terkejutnya si tukang kayu. Betapa malu dan menyesalnya. Seandainya saja ia mengetahui bahwa ia sesungguhnya mengerjakan rumah untuk dirinya sendiri, ia tentu akan mengerjakannya dengan cara yang lain sama sekali. Kini ia harus tinggal di sebuah rumah yang tak terlalu bagus hasil karyanya sendiri.


Itulah yang terjadi pada kehidupan kita. Kadangkala, banyak dari kita yang membangun kehidupan dengan cara yang membingungkan. Lebih memilih berusaha ala kadarnya ketimbang mengupayakan yang baik. Bahkan, pada bagian-bagian terpenting dalam hidup kita tidak memberikan yang terbaik. Pada akhir perjalanan kita terkejut saat melihat apa yang telah kita lakukan dan menemukan diri kita hidup di dalam sebuah rumah yang kita ciptakan sendiri.


Seandainya kita menyadarinya sejak semula kita akan menjalani hidup ini dengan cara yang jauh berbeda.

Renungkan bahwa kita adalah si tukang kayu. Renungkan rumah yang sedang kita bangun. Setiap hari kita memukul paku, memasang papan, mendirikan dinding dan atap. Mari kita selesaikan rumah kita dengan sebaik-baiknya seolah-olah hanya mengerjakannya sekali saja dalam seumur hidup. Biarpun kita hanya hidup satu hari, maka dalam satu hari itu kita pantas untuk hidup penuh keagungan dan kejayaan. Apa yang bisa diterangkan lebih jelas lagi. Hidup kita esok adalah akibat sikap dan pilihan yang kita perbuat hari ini. Hari perhitungan adalah milik Tuhan, bukan kita, karenanya pastikan kita pun akan masuk dalam barisan kemenangan.

Renungan Hikmah: Mengingat Mati

Assalamualaikum sobat2 yang baik dan budiman, tepat sebelum magrib ane akan memposting Artikel Renungan Menarik dan Inspiratif Insya Allah Tentang Meng Ingat Kematian, yuk sama-sama kita simak..

Adakah orang yang mendebat kematian dan sakaratul maut? Adakah orang yang mendebat kubur dan azabnya? Adakah orang yang mampu menunda kematiannya dari waktu yang telah ditentukan? Mengapa manusia takabur padahal kelak akan dimakan ulat? Mengapa manusia melampaui batas padahal di dalam tanah kelak akan terbujur? Mengapa berandai-andai, padahal kita mengetahui kematian akan datang secara tiba-tiba?

"Sesungguhnya kematian adalah haq, pasti terjadi, tidak dapat disangkal lagi. Allah Subhanahu wata'ala berfirman, artinya, "Dan datanglah sakaratul maut yang sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari dari padanya." (QS: Qaaf: 19)

Kematian adalah terputusnya hubungan ruh dengan badan, kemudian ruh berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain, dan seluruh lembaran amal ditutup, pintu taubat dan pemberian tempo pun terputus.

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, yang artinya: "Sesungguhnya Alloh menerima taubat seorang hamba selama belum sekarat." (HR: At-Turmu-dzi dan Ibn Majah, dishahihkan Al-Hakim dan Ibn Hibban)

Kematian Merupakan Musibah Paling Besar!!

Kematian merupakan musibah paling besar, karena itu Alloh Subhanahu Wa Ta'ala menamakannya dengan 'musibah maut' (QS: Al-Maidah:106). Bila seorang hamba ahli keta'atan didatangi maut, ia menyesal mengapa tidak menambah amalan shalihnya, sedangkan bila seorang hamba ahli maksiat didatangi maut, ia menyesali atas perbuatan melampaui batas yang dilakukannya dan berkeinginan dapat dikembalikan ke dunia lagi, sehingga dapat bertaubat kepada Alloh Subhanahu Wa Ta'ala dan memulai amal shalih. Namun! Itu semua adalah mustahil dan tidak akan terjadi!! (Baca: QS: Fushshilat: 24, QS: Al-Mu'minun: 99-100)

Ingatlah Penghancur Segala Kenikmatan!!

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menganjurkan agar banyak mengingat kematian. Beliau bersabda, yang artinya: "Perbanyaklah mengingat penghancur kenikmatan (maut)" (HR: At-Tirmidzi, hasan menurutnya). Imam Al-Qurthubi rahimahulloh berkata, "Para ulama kita mengatakan, ucapan beliau, "Perbanyaklah mengingat penghancur kenikmatan", merupakan ucapan ringkas tapi padat, menghimpun makna peringatan dan amat mendalam penyampaian wejangannya. Sebab, orang yang benar-benar mengingat kematian, pasti akan mengurangi kenikmatan yang dirasakannya saat itu, mencegahnya untuk bercita-cita mendapatkannya di masa yang akan datang serta membuatnya menghindar dari mengangankannya, sekalipun hal itu masih memungkinkannya.

Namun jiwa yang beku dan hati yang lalai selalu memerlukan wejangan yang lebih lama dari para penyuluh dan untaian kata-kata yang meluluhkan sebab bila tidak, sebenarnya ucapan beliau tersebut dan firman Alloh Subhanahu Wa Ta'ala dalam surat Ali 'Imran ayat 185, (artinya, "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati") sudah cukup bagi pendengar dan pemerhati-nya.!!"

Siapa Orang Yang Paling Cerdik?

Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma pernah berkata, "Aku pernah menghadap Rasululloh shallallahu 'alaihi wasallam sebagai orang ke sepuluh yang datang, lalu salah seorang dari kaum Anshor berdiri seraya berkata, "Wahai Nabi Alloh, siapakah manusia yang paling cerdik dan paling tegas?" Beliau menjawab, "(adalah) Mereka yang paling banyak mengingat kematian dan paling siap menghadapinya. Mereka itulah manusia-manusia cerdas; mereka pergi (mati) dengan harga diri dunia dan kemuliaan akhirat." (HR: Ath-Thabrani, dishahihkan al-Mundziri)

Faedah Mengingat Kematian


Di antara faedah mengingat kematian adalah:

Mendorong diri untuk bersiap-siap menghadapi kematian sebelum datangnya. Memperpendek angan-angan berlebihan untuk berlama-lama tinggal di dunia yang fana ini, karena panjang angan-angan merupakan sebab paling besar lahirnya kelalaian. Menjauhkan diri dari cinta dunia dan membiasakan diri menjadi orang yang Qanaah dantidak serakah. Menyugesti keinginan pada akhirat dan mengajak untuk berbuat ta'at.

Meringankan seorang hamba dalam menghadapi cobaan dunia. Mencegah kerakusan dan ketamak-an terhadap kenikmatan duniawi. Mendorong untuk bertaubat dan mengevaluasi kesalahan masa lalu. Melunakkan hati, membuat mata menangis, memotivasi keinginan mempelajari agama dan mengusir keinginan hawa nafsu Begitu pula memberikan semangat untuk benar-benar melakukan suatu pekerjaan secara baik dan optimal. Mengajak bersikap rendah hati (tawadhu'), tidak sombong, dan berlaku zhalim. Mendorong sikap toleransi, me-ma'afkan teman dan menerima alasan orang lain. 

Cerita Inspiratif: Filosofi Kebahagia

Suatu hari seorang ayah dan anaknya sedang duduk berbincang-bincang di tepi sungai. Kata Ayah kepada anaknya, "Lihatlah anakku, air begitu penting dalam kehidupan ini, tanpa air kita semua akan mati."

Pada saat yang bersamaan, seekor ikan kecil mendengarkan percakapan itudari bawah permukaan air, ia mendadak menjadi gelisah dan ingin tahu apakah air itu, yang katanya begitu penting dalam kehidupan ini. Ikan kecil itu berenang dari hulu sampai ke hilir sungai sambil bertanya kepada setiap ikan yang ditemuinya, "Hai, tahukah kamu dimana air ? Aku telah mendengar percakapan manusia bahwa tanpa air kehidupan akan mati."

Ternyata semua ikan tidak mengetahui dimana air itu, si ikan kecil semakingelisah, lalu ia berenang menuju mata air untuk bertemu dengan ikan sepuh yang sudah berpengalaman, kepada ikan sepuh itu ikan kecil ini menanyakan hal serupa, "Dimanakah air ?"Jawab ikan sepuh, "Tak usah gelisah anakku, air itu telah mengelilingimu,sehingga kamu bahkan tidak menyadari kehadirannya. Memang benar, tanpa air kita akan mati."

Apa arti cerita tersebut bagi kita ?Manusia kadang-kadang mengalami situasi seperti si ikan kecil, mencari kesana kemari tentang kehidupan dan kebahagiaan, padahal ia sedang menjalaninya, bahkan kebahagiaan sedang melingkupinya sampai-sampai dia tidak menyadarinya.....
Kehidupan dan kebahagiaan ada di sekeliling kita dan sedang kita jalani, selagi kita mau dan berupaya untuk memahaminya.
Walau apapun masalah yang datang melanda, walau besar ujian yang kita tempuh, walau berat untuk kita hadapi, walau sukar untuk kita jalani, maka hadapi la semuanya dengan ketenangan dan Keikhlasan. Kerana hidup ini sentiasa ada manisnya, kadang-kadang pahit, selalunya suka, tiba-tiba menjadi duka. Oleh itu, hadapilah semuanya dengan senyuman! Moga tabah hadapi segala dugaan, rintangan dan cabaran untuk manjadi ‘Logam yang berharga”.

Kehidupan dan kebahagiaan ada di sekeliling kita dan sedang kita jalani,sepanjang kita mau membuka diri dan pikiran kita dan selalu bersyukur atas nikmat yang ia berikan ,karena saat untuk berbahagia adalah saat ini, saat untuk berbahagia dapat kita tentukan.

"Being happy can be hard work sometimes, it is like maintaining a nice home, you've got to hang on to your treasures and throw out the garbage."

"Being happy requires looking for the good things. One person sees the beautiful view and the other sees the dirty window, choose what you see and what you think."

"Right here, right now, from here until tomorrow"

Cerita Hikmah: Arti Sebuah Kehidupan

Kisah kali ini tentang Arti sebuah kehidupan, maksudnya pada postingan kali ini ane kan coba memberikan sedikit renungan tentang sebuah cerita menarik yang mengingatkan kita akan Arti sebuah Kehidupan.

Yuk sama-sama kita simak, Awan sedikit mendung, ketika kaki kaki kecil Yani berlari-lari gembira di atas jalanan Menyeberangi kawasan lampu merah Karet. Baju merahnya yang kebesaran melambai lambai di tiup angin. Tangan kanannya memegang es krim sambil sesekali mengangkatnya ke mulutnya untuk dicicipi.

Yani dan ayahnya memasuki wilayah pemakaman umum Karet, berputar sejenak kekanan dan kemudian duduk di atas seonggok nisan “Hj Rajawali binti Muhammad 19-10-1905:20-01-1965″ “Nak, ini kubur nenekmu mari kita berdo’a untuk nenekmu” Yani melihat wajah ayahnya, lalu menirukan tangan ayahnya yang mengangkat ke atas dan ikut memejamkan mata seperti ayahnya. Ia mendengarkan ayahnya berdo’a untuk neneknya…

“Ayah, nenek waktu meninggal umur 50 tahun ya yah.” Ayahnya mengangguk sembari tersenyum sembari memandang pusara Ibu-nya. “Hmm, berarti nenek sudah meninggal 36 tahun ya yah…” kata Yani berlagak sambil matanya menerawang dan jarinya berhitung. “Ya, nenekmu sudah di dalam kubur 36 tahun … “ Yani memutar kepalanya, memandang sekeliling, banyak kuburan di sana. Di samping kuburan neneknya ada kuburan tua berlumut “Muhammad Zaini : 19-02-1882 : 30-01-1910″ “Hmm.. kalau yang itu sudah meninggal 91 tahun yang lalu ya yah” jarinya menunjuk nisan disamping kubur neneknya. Sekali lagi ayahnya mengangguk. Tangannya terangkat mengelus kepala anak satu-satunya. “Memangnya kenapa ndhuk ?” kata sang ayah menatap teduh mata anaknya. “Hmmm, ayah khan semalam bilang, bahwa kalau kita mati, lalu dikubur dan kita banyak dosanya, kita akan disiksa di neraka ” kata Yani sambil meminta persetujuan ayahnya. “Iya kan yah?” Ayahnya tersenyum,
“Lalu?”

“Iya .. kalau nenek banyak dosanya, berarti nenek sudah disiksa 36 tahun dong yah di kubur? Kalau nenek banyak pahalanya, berarti sudah 36 tahun nenek senang di kubur …. ya nggak yah?” Mata Yani berbinar karena bisa menjelaskan kepada ayahnya pendapatnya. Ayahnya tersenyum, namun sekilas
tampak keningnya berkerut, tampaknya cemas….. “Iya nak, kamu pintar,” kata ayahnya pendek.

Pulang dari Pemakaman, ayah Yani tampak gelisah di atas sajadahnya, memikirkan apa yang dikatakan anaknya … 36 tahun … hingga sekarang…kalau kiamat datang 100 tahun lagi ….136 tahun disiksa .. atau
bahagia di kubur …. Lalu ia menunduk … meneteskan air mata …

Kalau ia meninggal .. lalu banyak dosanya … lalu kiamat masih 1000 tahun lagi berarti ia akan disiksa 1000 tahun? Innalillaahi wa inna ilaihi rooji’un … air matanya semakin banyak menetes…..Sanggupkah ia selama itu disiksa? Iya kalau kiamat 1000 tahun ke depan ..kalau 2000 tahun lagi
? Kalau 3000 tahun lagi? Selama itu ia akan disiksa di kubur .. lalu setelah dikubur? Bukankah akan lebih parah lagi? Tahankah? Padahal melihat adegan preman dipukuli massa ditelevisi kemarin ia sudah tak tahan?

Ya Allah …ia semakin menunduk .. tangannya terangkat keatas..bahunya naik turun tak teratur…. air matanya semakin membanjiri jenggotnya …..

Allahumma as aluka khusnul khootimah berulang kali di bacanya doa itu hingga suaranya serak … dan ia berhenti sejenak ketika terdengar batuk Yani.


Dihampirinya Yani yang tertidur di atas dipan bambu… dibetulkannya selimutnya. Yani terus tertidur …tanpa tahu, betapa sang bapak sangat berterima kasih padanya karena telah menyadarkannya .. arti sebuah kehidupan… dan apa yang akan datang di depannya…

Kehidupan adalah sesuatu yang berakhir pada kematian tujuan dari hidup bagi seorang muslim adalah beribadah dan menjaga amanat Allah yang diberikan kepada kita sebagai khalifah dimuka bumi ini, karna itu jika kita masih diberi kesempatan untuk hidup maka pergunakanlah dengan sebaik mungkin .

"Life is an opportunity, benefit from it.
Life is beauty, admire it.
Life is a dream, realize it.
Life is a challenge, meet it.
Life is a duty, complete it.
Life is a game, play it.
Life is a promise, fulfill it.
Life is sorrow, overcome it.
Life is a song, sing it.
Life is a struggle, accept it.
Life is a tragedy, confront it.
Life is an adventure, dare it.
Life is luck, make it.
Life is too precious, do not destroy it.
Life is life, fight for it."

Renungan Hikmah Hati Seorang Hamba

Pagi hari yang indah ini setelah browsing sana sini akhirnya dapat jga Artikel Renungan yang Insya Allah Inspiratif, Yuk sama-sama kita simak. Ya, aku hanya mampu mengerut dada, ketika melihat realita yang ada masih banyak kaum  muslimin yang melihat siapa dulu yang bicara, baru dah ngikut. Padahal, kita diwajibkan mengikuti segala apa yang memang datang dari Allah dan Rasul-Nya, dalam hal ini, sesuai tidak dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah. . YA SUDAH! Aku tidak akan banyak tulas tulis lagi dalam kesempatan kali ini. Dalam kesempatan kali ini, aku ingin bermunajat kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala

Aku tak tahu lagi berapa banyak khilaf yang aku lakukan betapa banyak dosa yang aku kerjakan mulai mendekati akan sesuatu yang Engkau larang sampai kepada meninggalkan yang Engkau perintahkan

Aku sudah tak tahu lagi berapa rezeki yang aku dapatkan betapa banyak orang miskin yang aku terlantarkan.
aku sudah tak mampu menghitung lagi berapa banyak aku melakukan sesuatu yang sia-sia.

Betapa banyak aku menggunakan waktu yang tak ada gunanya sejak membuka mata memulai aktivitas dunia
sampai kembali ke tempat tidur mengistirahatkan tubuh yang bekerja tak kenal lelah.

Ya Tuhan, Engkau perintahkan agar manusia berbuat kebajikan tanpa banyak mengharap balasan tetapi aku berbuat demi imbalan Engkau ciptakan surga buat kekasih-Mu tetapi aku berusaha meraihnya tanpa peduli pada-Mu ampuni dosaku Ya Aziz, Engkaulah Dzat Yang Maha Perkasa Ya Ghafuur, Engkaulah Dzat Yang Maha Pengampun Ya Affuw, Engkaulah Dzat Yang Maha Pemaaf segala kesalahan ampuni dosa, khilaf, dan salahku semuanya ampuni dosa, khilaf, dan salah saudaraku sedunia ampuni dosa, khilaf, dan salah orang tuaku tercinta yang melahirkan, membesarkan, mengasihi, dan menyayangi sejak kecil hingga dewasa Rabbi, tak sesuatu pun yang mampu menolongku kecuali kasih sayang-Mu semata hanya ampunan-Mu yang aku harapkan hanya maaf-Mu yang aku nantikan hanya ridho-Mu yang akan membuat kuterselamatkan Yaa Hayyu, Yaa Qayyuum.

Aku hanyalah sebutir pasir di padang tak berbatas setitik air di samudra yang luas tak mampu aku hidup sendiri tanpa Engkau disisiku tak akan sanggup aku hidup sendiri tanpa bersama-Mu Wahai Dzat Yang Maha Hidup Yang Maha Berdiri Sendiri, ….laa ilaaha illaa anta….

ALLAH Menjawab, “Wahai anak adam, sesungguhnya jika kamu berdoa kepada-Ku dan mengharapkan Aku maka Aku mengampunimu, dan Aku tidak peduli atas apa yang ada padamu. Wahai anak adam, sekalipun dosa-dosamu mencapai setinggi langit kemudian kamu mau memohon ampun kepada-Ku, niscaya Aku akan mengampunimu. Wahai anak adam, sekalipun kamu datang kepada-Ku dengan membawa kesalahan sepenuh bumi kemudian kamu menemui-Ku tanpa mempersekutukan Aku dengan sesuatu apapun, niscaya Aku akan menemuimu dengan membawa ampunan sepenuh bumi” (HR. At Tirmidzi)

Renungan Inspiratif: Bercermin Diri

Tatkala kita berada di depan cermin, marilah kita bercermin dengan bertanya pada diri kita. “Hey wajah, apakah engkau ini kelak akan bercahaya bersinar indah di surga sana? Atau malah engkau ini akan hangus legam terbakar dalam bara jahannam?”

Lalu, tatap mata kita, seraya bertanya, “Hei mata, apakah engkau ini yang kelak dapat menatap penuh kelezatan dan kerinduan, menatap Allah Yang Maha Agung, menatap keindahan surga, menatap Rasulullah SAW, menatap para Nabi, menatap kekasih-kekasih Allah kelak? Ataukah engkau ini yang akan terbeliak, melotot, menganga, terburai, dan meleleh ditusuk baja membara? Akankah engkau yang seringkali terlibat maksiat ini akan menyelamatkan? Wahai mata, apa gerangan yang kau tatap selama ini?”

Tanyalah mulut kita ini, “Apakah mulut ini yang diakhir hayat nanti dapat menyebut kalimat thayyibah, Laa ilaaha illallaah? Ataukah akan menjadi mulut berbusa yang akan menjulur julur, menjadi pemakan buah zaqum yang getir menghanguskan, dan menghancurkan setiap usus? Atau menjadi peminum lahar dan nanah yang panas membara?
Saking terlalu banyaknya dusta, ghibah, dan fitnah serta orang yang terluka dengan mulut kita ini…?”

“Wahai mulut, apa gerangan yang kau ucapkan? Wahai mulut yang malang… Betapa banyak dusta yang engkau ucapkan! Betapa banyak hati yang remuk dengan pisau kata katamu yang mengiris tajam! Berapa banyak kata kata manis semanis madu palsu yang engkau ucapkan untuk menipu beberapa orang? Betapa jarangnya engkau jujur? Betapa jarangnya engkau menyebut nama Allah dengan tulus? Betapa jarangnya engkau syahdu memohon agar Allah mengampunimu?”

Berdialoglah dengan diri ini, “Hai… kamu ini anak sholeh atau anak durjana? Apa saja yang telah kamu peras dari orang tuamu selama ini? Tetapi, apa yang telah engkau berikan kepada keduanya, selain menyakiti, membebani, dan menyusahkannya? Tidak tahukah engkau, betapa sesungguhnya engkau adalah makhluk yang tidak tahu membalas budi!”

“Wahai tubuh, apakah engkau kelak akan penuh cahaya, bersinar, bersuka cita, bercengkerama di surga sana? Atau tubuh yang akan tercabik-cabik hancur mendidih di dalam lahar jahannam, yang akan terus terasa tanpa ampun, memikul derita tiada akhir?”

“Wahai tubuh, berapa banyak maksiat yang engkau lakukan? Berapa banyak orang orang yang engkau dzalimi dengan tubuhmu? Berapa banyak hamba Allah yang lemah yang engkau tindas dengan kekuatanmu? Berapa banyak perindu pertolonganmu yang engkau acuhkan tanpa peduli padahal engkau mampu? Berapa pula hak-hak yang engkau rampas?”
“Wahai tubuh, seperti apa gerangan isi hatimu? Apakah tubuhmu sebagus kata-katamu atau malah sekelam kotoran-kotoran yang melekat di tubuhmu? Apakah hatimu segagah ototmu atau selemah daun-daun yang mudah rontok? Apakah hatimu seindah penampilanmu atau malah sebusuk kotoran-kotoranmu?”

Lalu ingatlah amal-amal kita, “Hai tubuh, apakah kau ini makhluk mulia atau menjijikkan? Berapa banyak aib-aib nista yang engkau sembunyikan dibalik penampilanmu ini?”

“Apakah engkau ini dermawan atau si pelit yang menyebalkan? Berapa banyak uang yang engkau nafkahkan dijalan kebenaran? Bandingkanlah dengan yang engkau gunakan untuk memenuhi selera rendah hawa nafsumu!”
“Apakah engkau ini shalih atau shalihah seperti yang engkau tampakkan? Khusyukkah shalatmu, dzikirmu, do’amu? Ikhlaskah engkau melakukan semua itu? Jujurlah hai tubuh yang malang! Ataukah engkau ini menjadi makhluk “riya” tukang pamer?”

Sungguh! Betapa banyak perbedaan antara yang nampak di cermin dengan apa yang tersembunyi, betapa aku telah tertipu oleh ‘topeng’? Betapa yang kulihat selama ini hanyalah ‘topeng’, hanyalah seonggok sampah busuk yang terbungkus ‘topeng-topeng’ duniawi .

Wahai sahabat sahabat sekalian… Sesungguhnya saat bercermin adalah saat yang tepat agar kita dapat mengenal dan menangisi diri ini. Semoga kita dikaruniai hati yang istiqamah (selalu lurus) di atas kebenaran, dan semoga kelak kita kembali kepada Allah membawa qalbun saliim, hati yang selamat. Aamiin. Wallahu ‘alam bish shawab.

Artikel Hikmah: Kisah Sebatang Bambu

Sebatang bambu yang indah tumbuh di halaman rumah seorang petani. Batang bambu ini tumbuh tinggi menjulang di antara batang-batang bambu lainnya.

Suatu hari datanglah sang petani yang empunya pohon bambu itu. Dia berkata kepada batang bambu, “Wahai bambu, maukah engkau kupakai untuk menjadi pipa saluran air, yang sangat berguna untuk mengairi sawahku?”
Batang bambu itu menjawab, ”Oh tentu aku mau bila dapat berguna bagi engkau, Tuan. Tapi ceritakan apa yang akan kau lakukan untuk membuatku menjadi pipa saluran air itu.”

Sang petani menjawab, “pertama, aku akan menebangmu untuk memisahkan engkau dari rumpunmu yang indah itu. Lalu aku akan membuang cabang-cabangmu yang dapat melukai orang yang memegangmu. Setelah itu aku akan membelah-belah engkau sesuai dengan keperluanku. Terakhir aku akan membuang sekat-sekat yang ada di dalam batangmu, supaya air dapat mengalir dengan lancar. Apabila aku sudah selesai dengan pekerjaanku, engkau akan menjadi pipa yang akan mengalirkan air untuk mengairi sawahku sehingga padi yang kutanam dapat tumbuh dengan subur.”

Mendengar hal ini, batang bambu lama terdiam…., kemudian dia berkata kepada petani, “Tuan, tentu aku akan merasa sangat sakit ketika engkau menebangku, juga pasti akan sakit ketika engkau membuang cabang-cabangku, bahkan lebih sakit lagi ketika engkau membelah-belah batangku yang indah ini, dan pasti tak tertahankan ketika engkau mengorek-ngorek bagian dalam tubuh ku untuk membuang sekat-sekat penghalang itu. Apakah aku akan kuat melalui semua proses itu, Tuan?”

Petani menjawab, “Wahai bambu, engkau pasti kuat melalui semua itu, karena aku memilihmu justru karena engkau yang paling kuat dari semua batang pada rumpun ini. Jadi tenanglah.”

Akhirnya bambu itu menyerah, “ Baiklah Tuan. Aku ingin sekali berguna bagimu. Ini aku, tebanglah aku, perbuatlah sesuai dengan yang engkau kehendaki.”

Setelah petani selesai dengan pekerjaannya, batang bambu indah yang dulu hanya penghias halaman rumah petani, kini telah berubah menjadi pipa saluran air yang mengairi sawahnya sehingga padi dapat tumbuh dengan subur dan berbuah banyak.

Sahabat2 pernahkah kita berpikir bahwa dengan masalah datang silih berganti tak habis-habisnya, mungkin Allah sedang memproses kita untuk menjadi lebih indah di hadapan-Nya?

Sama seperti batang bambu itu, kita sedang ditempa, Allah sedang membuat kita kuat untuk menjadi hamba yang akan berbagi manfaat kepada yang lainnya. Dia sedang membuang kesombongan dan segala sifat kita yang tak berkenan bagi-Nya.

Tapi jangan khawatir, kita pasti kuat karena Allah tak akan memberikan beban yang tak mampu kita pikul. Jadi maukah kita berserah pada kehendak Allah, membiarkan Dia bebas berkarya di dalam diri kita untuk menjadikan kita alat yang berguna bagi-Nya?

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. beri ma’aflah Kami; ampunilah Kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami, Maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.” (QS.02:286)

Yakinlah! Kepedihan, ujian dan penderitaan yang kita alami tak akan menjadi sia-sia jika kita ridho menerimanya sebagai bentuk kepatuhan dan ketundukan kita pada-Nya.

Seperti batang bambu itu, mari kita berkata, “Ya Allah ini aku, perbuatlah sesuai dengan yang Kau kehendaki.”

Renungan Hikmah: Jika Allah berbicara

Kesempatan kali ini ane akan posting tentang Renungan Hikmah Inspiratif yang insya allah sangat bermanfaat buat kita semua..Yuk sama-sama kita simak.

Saat kau bangun menatap hari..
Boro-boro kau mengingat-Ku
Yang kau ingat hanya apa kegiatan hari ini, jam berapa kau harus berangkat, atau malah sibuk membayangkan kembali mimpi yang baru saja usai.

Saat matahari menemanimu dalam hari..
Boro-boro kau menempuh hari dalam perintah-Ku,
kau malah terlalu sibuk mengejar dunia tanpa tau apa itu aturan-Ku, tanpa memikirkan apa yang Ku-mau.

Saat kau didesak dalam pengambilan keputusan..
Boro-boro kau meminta pendapat-Ku,
kau malah merasa pemikiranmu di atas segala-galanya dan melupakan pedoman yang Ku-beri.

Saat kau menikmati kesenangan bumi-Ku..
Boro-boro kau mengingat Aku,Pemberinya, dengan bersyukur pada-Ku,
kau malah terlarut dalam dunia.

Saat kau mencoba-coba merasakan apa yang Ku-larang,
Boro-boro kau berpikir dua kali untuk berkata tidak,
kau malah ketagihan dan semakin lupa pada aturan-Ku.

Saat mencari Jalan-Ku,
Boro-boro kau mencari di dalam peta pedoman yang kuberikan padamu,
kau malah ikut-ikutan orang banyak yang hanya berlandaskan perasangka belaka.

Saat mengharap surga-Ku..
Boro-boro kau mencari tau apa kriteria-Ku,
kau malah hanya berangan-angan di atas perasangkamu belaka.

Tapi..

Saat kau merasakan cobaan-Ku,
kau baru menangis tersedu-sedu di hadapan-Ku

Saat kau mengharap sesuatu dari-Ku,
kau baru datang padaku..Bermuka Dua!

Saat kau beribadah di depan makhluk-Ku yg lain,
kau baru berusaha khusyuk..

Saat moment-moment tertentu,
kau baru mengingat beberapa aturan-Ku..tapi tetap setengah2

Jika Aku berbicara padamu…
sesungguhnya Aku berbicara padamu..
lewat apa yang aku turunkan pada Nabi-Ku, yang Ia wasiatkan padamu…
tapi kau melupakan-Ku..

Cerita Inspiratif 2 Ember kayu di Sumur

Mari sama-sama kita simak Cerita Renungan Inspiratif dan Insya Allah Penuh Hikmah. Bagaimana kita menghadapi hidup? semua tergantung dari mana kita bisa memandang dan melihat sesuatunya.

Ada cerita tentang dua buah Ember kayu di sebuah sumur. Yang satu selalu merasa sedih, dan tidak berhenti-hentinya komplen. Ia selalu mengeluh tentang orang- orang  yang datang ke sumur hanya untuk memanfaatkannya untuk mengambil air dari dalam sumurnya dan kemudian pergi meninggalkannya begitu saja.

Ia selalu komplen-komplen dan komplen. ketika orang-orang datang, dia sudah berpikir jelek ttg orang2 itu karena mengunakan dirinya untuk mengambil air dari dalam sumur. Menceburkannya ke dalam air yang dingin dan sumur yang gelap, menariknya keatas, Ia pun harus membawa beban yang berat dan kemudian air yang dibawanya pun harus dibawa pergi, kemudian dirinya hanya kembali di jemur di atas sumur sampai ada yang mengunakannya lagi.Kepanasan membuat tubuhnya kering kerontang dan semakin panjang pula keluh kesahnya.

Sedang Ember Kayu yang satunya lagi selalu merasa bahagia, dan selalu bersyukur dengan apa yang didapatkannya. Ketika ada orang-orang yang datang ke sumur tersebut, ia akan bahagia sekali karena ia dapat membantu mereka melayani kebutuhan orang banyak yang membutuhkan air dalam hidupnya. Ketika tubuhnya basah dengan air yang dingin ia pun bersyukur akhirnya tubuhnya dapat mandi setelah sekian lama kering berada di atas sumur, dan berdoa semoga air yang dibawanya keatas dapat digunakan oleh banyak orang, lalu dengan suka cita ia memberikan dengan tulus air itu untuk dibawa pergi oleh mereka yang memerlukan.

Ketika dirinya di jemur kembali di atas sumur, ia pun bersyukur karena masih ada mentari yang menghangatkan dirinya setalah basah dan masuk ke dalam sumur yang lumayan dingin. Ia pun masih bisa mendengarkan suara burung2 yang bernyanyi riang gembirA, awan putih bersih yang selalu tersenyum padanya, rumput2 yang hijau yang selalu berdansa untuknya, dan semua hewan yang lalu lalang di depannya. Ia bersyukur karena hidup ini begitu indah. walau hanya sebagai sebuah ember kayu di sumur tetapi ia telah dapat menberikan banyak arti dan sumbangsih bagi siapapun yang membutuhkan.

Sumur adalah tempat kita saat ini, air adalah bentuk sesuatu yang kita miliki, dari kelebihan kita, ilmu, tenaga, materi, nasihat dan lainnya yang bisa kita berikan kepada orang lain. kita sendiri mau menjadi siapa hanya diri sendiri yang menentukan mau komplen dan marah-marah terus setiap hari, tidak pernah puas dan negatif thinking setiap hari? atau mau berubah menjadi sosok yang ceria, yang riang dan selalu bersyukur karena dapat memberikan sesuatu kebahagiaan walau pun kecil kepada orang lain? semua ada di tangan kita sendiri……

Menyadari kehidupan itu begitu berarti, dan begitu penting. bahwa kita tidak hidup sendiri, maka berbagilah kebahagiaan pada orang lain, maka kamu adalah orang yang paling bahagia di dunia ini.

Artikel Hikmah: Menantang Tuhan

Sebuah kisah di musim panas yang menyengat. Seorang kolumnis majalah Al Manar mengisahkannya 


Kisah berikut ini tak saya dapatkan langsung. Mungkin saya orang yang kesekian Mengetahuinya. Bahkan barangkali penulisnya pun tak langsung mengalaminya. Sebuah kisah di musim panas yang menyengat. Seorang kolumnis majalah Al Manar mengisahkannya...Musim panas merupakan ujian yang cukup berat. Terutama bagi muslimah, untuk tetap mempertahankan pakaian kesopanannnya. Gerah dan panas tak lantas menjadikannya menggadaikan akhlak. Berbeda dengan musim dingin, dengan menutup telinga dan leher kehangatan badan bisa dijaga. Jilbab bisa sebagai multi fungsi.

Dalam sebuah perjalanan yang cukup panjang, Cairo-Alexandria; di sebuah mikrobus. Ada seorang perempuan muda berpakaian kurang layak untuk dideskripsikan sebagai penutup aurat. Karena menantang kesopanan. Ia duduk diujung kursi dekat pintu keluar. Tentu saja dengan cara pakaian seperti itu mengundang 'perhatian' kalau bisa dibahasakan sebagai keprihatinan sosial. Seorang bapak setengah baya yang kebetulan duduk di sampingnya mengingatkan. Bahwa pakaian seperti itu bisa mengakibatkan sesuatu yang tak baik bagi dirinya. Disamping pakaian seperti itu juga melanggar aturan agama dan norma kesopanan.

Tahukah Anda apa respon perempuan muda tersebut? Dengan ketersinggungan yang sangat ia mengekspresikan kemarahannya. Karena merasa privasinya terusik. Hak berpakaian menurutnya adalah hak prerogatif seseorang. "Jika memang bapak mau, ini ponsel saya. Tolong pesankan saya tempat di neraka Tuhan Anda!! Sebuah respon yang sangat frontal. Dan sang bapak pun hanya beristighfar. Ia terus menggumamkan kalimat-kalimat Allah.

Detik-detik berikutnya suasanapun hening. Beberapa orang terlihat kelelahan dan terlelap dalam mimpinya. Tak terkecuali perempuan muda itu. Hingga sampailah perjalanan di penghujung tujuan. Di terminal akhir mikrobus Alexandria.

Kini semua penumpang bersiap-siap untuk turun. Tapi mereka terhalangi oleh perempuan muda tersebut yang masih terlihat tertidur. Ia berada di dekat pintu keluar. "Bangunkan saja!" begitu kira-kira permintaan para penumpang.

Tahukah apa yang terjadi. Perempuan muda tersebut benar-benar tak bangun lagi. Ia menemui ajalnya. Dan seisi mikrobus tersebut terus beristighfar, menggumamkan kalimat Allah sebagaimana yang dilakukan bapak tua yang duduk di sampingnya. Sebuah akhir yang menakutkan. Mati dalam keadaan menantang Tuhan.

Seandainya tiap orang mengetahui akhir hidupnya....
Seandainya tiap orang menyadari hidupnya bisa berakhir setiap saat...
Seandainya tiap orang takut bertemu dengan Tuhannya dalam keadaan yang buruk...
Seandainya tiap orang tahu bagaimana kemurkaan Allah...
Sungguh Allah masih menyayangi kita yang masih terus dibimbing-Nya.
Tanda-tandanya akan semakin mendekatkan orang-orang yang dekat dengannya
semakin dekat. Dan mereka yang terlena seharusnya segera sadar... mumpung kesempatan itu masih ada.

Renungan Hikmah, Saat Kita Dewasa

Seiring berjalannya waktu , kini semua sudah berubah , dari masa kecil yang indah dan lucu , dan sampai saat ini aku tumbuh sebagai remaja yang berusia 15 tahun , teringat ketika orangtua bercerita tentang masa remajanya dulu , mungkin aku selalu bilang , ya jaman umi sama abi bedalah , sekarang tahun 2010 , dulu umi abi tahun berapa?

Tapi setelah aku meratapinya , aku memilih menjadi remaja di masa orantua ku dulu , karena semakin modern masa kini , semakin banyak pula dosa yang terukir , banyangkan saja , sekarang orang-orang

berlomba mencari dosa , bukannya berlomba mencari kebaikan dan amal soleh , berlomba , memamerkan aurat yang seharusnya tidak mereka perlihatkan , berlomba menggerai rambut seindah mungkin , melihatkan lekuk tubuh? Apakah itu yang di ajarkan orangtua kita semasa kecil? Apakah itu yang di perbolehkan agama? memerkan kekayaan yang mereka punya?

Bukannya berlomba untuk bersedekah , tapi berlomba untuk berbelanja sebanyak dan semahal mungkin , apakah kau masih hafal , hafalan qur’an atau hadist yang kau punya dulu sewaktu kecil? Sedangkan sekarang banyak sekali lagu-lagu yang kau punya , dan bahakan sudah hafal di luar kepala?

Begitu lancarnya ketika melantunkan sebuah lagu? Dan begitu cepatnya membuka hp dan membaca sms, sedangkan ? membuka al quran saja kau enggan , kau biarkan ia mengusam di lemari , dan kalaupun kau membacanya , tak selancar melantunkan lagu , kau masih terbata-bata , dimana pelajaran agama islam yang pernah kau pelajarinya ? kau abaikan dan kau buang begitu saja ??

Apakah kini tak ada lagi rasa malu untuk berbuat dosa? Tak ingatkan kalian akan siksa api neraka? Yang selalu siap membakar dan menyiksa tubuhmu , karena suatu dosa yang kalian laukukan sendiri.

Malam ini, begitu terasa nikmatnya. Rasa ngantuk belum ada dan tiba-tiba air mata berlinang. Mengingat segala arti kehidupan ini. Bahwasanya terdapat 2 unsur yang sangat bergantungan. HIDUP dan MATI. Adanya kematian karena adanya kehidupan. Adanya kehidupan pasti akan ada kematian.

Sebenarya, apa arti kehidupan ini , ya Tuhan? Tidak seorangpun tahu kapan dia akan dilahirkan dan kapan dia akan dipanggil kembali. Ketika seorang yang sehat walafiat, tiba-tiba saja bisa meninggal seketika karena sebuah kecelakaan. Ketika seorang anak, bisa saja menderita sebuah penyakit yang akan merenggut segala kehidupannya. Bahkan ada pula seorang yang mempunyai umum yang sangat panjang.
Hm, tidak ada bedanya, cepat atau lambat,kematian itu pasti akan datang. Masalahnya sudah siapkah kita?? Apa arti kehidupan kita ini? Buat apa kita hidup??? Sudahlah bermanfaat bagi orang lain?

Beberapa hari terahir, banyak sekali berita kematian yang terdengar dari shabat sekitar.
Bukankah itu sebab pertanda dan peringatan? Bahwasanya kematian pasti akan menimpa diri ini….
Bukan takut mati, tapi takut akan kegunaan diri ini di dunia? Buat apa dilahirkan kalau pada akhirnya tidak ada guna.

Tiada orang yang sempurna di dunia ini. Ketika usia 15 tahun, usia yang sangat didambakan oleh siapapun.
Seorang anak bisa berkembang dan mendapatkan dunianya. Seorang anak dengan bebas mengekspresikan dirinya.

Seorang anak bisa bersenang-senang dengan sekolahnya. Seorang anak bisa tertawa dengan lepas tanpa beban apapun.Seorang anak bisa dengan hebatnya mencetak prestasi gemilangnya. Tapi siapa yang akan tahu dan menyangka???? Saat itu pula hilanglah semua kebahagiaan itu. Kebahagiaan yang akan ditukar dengan masa depan indah, kini tergantikan dengan air mata yang tiada bisa dihapus lagi. Air mata yang akan selalu menemani hari-hari dan keluarganya.

Penyakit mematikan dan terus berkembang dalam tubuh itu tak akan bisa terobati.Semakin hari akan membuat tubuh menjadi lemah dan akan kehilangan satu-persatu kekuatannya. Kekuatan untuk berdiri dan berjalan akan hilang.

Tangan tak akan bisa digerakkan, mulut akan terkunci dan tak akan bisa berkata lagi. Dan azal yang akan berbicara. Tapi, Maha Besar Allah. Dia akan menutup mata dengan senyum tulus dan bahagia. Semua yang ada di dunia ini akan merelakan kepergiannya dengan ikhlas. Air mata sedih dan bahagia akan menyertai kepergiannya.

Bayangkan saja, disaat kaki sudah tak bisa berjalan, tapi masih dapat bermanfaat bagi orang lain.Dia bisa memberikan arti tersendiri dengan tulisannya. Tulisan penuh dengan motivasi dan semangat. Dia rela memberikan seluruh tubuhnya untuk siapapun.Dia rela mengorbankan apa yang dimilikinya untuk kebahagian keluarga dan orang lain. Dan terakhir, dia selalu ingin melihat senyum kedua orang tuanya.

“Sesungguhnya, itulah sebenarnya arti dari sebuah kehidupan”.

Ketika usia 23 tahun. Usia dimana seorang telah melewati masa kanak-kanak, remaja dan dewasa.Masa dimana tinta karir bisa tergoreskan. Masa dimana masa depan mulai diukir. Masa dimana kehidupan akan lengkap dengan segala impian kita. Tapi siapa yang tahu??? Saat itu pula, kedua tangannya telah diminta kembali.Hidup tanpa kedua tangan. merasa tiada guna lagi di dunia ini.Segala yang ingin dilakukan butuh bantuan tangan orang lain?? Hanya orang yang besar, yang mampu melewatti ini semua.

Keputusasaan,keingianan untuk menyerah dan sikap merasa tidak diperlakukan dengan adil, pasti ada. Kenapa ini harus terjadi pada saya??? Pertanyaan itu pasti ada”

Tapi, hanya orang besar yang mampu menepis itu semua. Hidup terus berjalan dan akan terus melangkah. Terus maju dan tidak akan menoleh lagi ke belakang. berusaha dan berusaha untuk tetap bermanfaat bagi orang lain…

Wallahua’lam. “Sesungguhnya itu adalah arti kehidupan ini….”

Kisah Sedih Pencuci Piring

Siapa yang paling berbahagia saat pesta pernikahan berlangsung? Bisa jadi kedua mempelai yang menunggu detik-detik memadu kasih. Meski lelah menderanya namun tetap mampu tersenyum hingga tamu terakhir pun. Berbulan bahkan hitungan tahun sudah mereka menunggu hari bahagia ini. Mungkin orang tua si gadis yang baru saja menuntaskan kewajiban terakhirnya dengan mendapatkan lelaki yang akan menggantikan perannya membimbing putrinya untuk langkah selanjutnya setelah hari pernikahan. Atau bahkan ibu pengantin pria yang terlihat terus menerus sumringah, ia membayangkan akan segera menimang cucu dari putranya. “Aih, pasti segagah kakeknya,” impinya.

Para tamu yang hadir dalam pesta tersebut tak luput terjangkiti aura kebahagiaan, itu nampak dari senyum, canda, dan keceriaan yang tak hentinya sepanjang mereka berada di pesta. Bagi sanak saudara dan kerabat orang tua kedua mempelai, bisa jadi momentum ini dijadikan ajang silaturahim, kalau perlu rapat keluarga besar pun bisa berlangsung di sela-sela pesta. Sementara teman dan sahabat kedua mempelai menyulap pesta pernikahan itu menjadi reuni yang tak direncanakan. Mungkin kalau sengaja diundang untuk acara reuni tidak ada yang hadir, jadilah reuni satu angkatan berlangsung. Dan satu lagi, bagi mereka yang jarang-jarang menikmati makanan bergizi plus, inilah saatnya perbaikan gizi walau bermodal uang sekadarnya di amplop yang tertutup rapat.

Nyaris tidak ada hadirin yang terlihat sedih atau menangis di pesta itu kecuali air mata kebahagiaan. Kalau pun ada, mungkin mereka yang sakit hati pria pujaannya tidak menikah dengannya. Atau para pria yang sakit hati lantaran primadona kampungnya dipersunting pria dari luar kampung. Namun tetap saja tak terlihat di pesta itu, mungkin mereka meratap di balik dinding kamarnya sambil memeluk erat gambar pria yang baru saja menikah itu. Dan pria-pria sakit hati itu hanya bisa menggerutu dan menyimpan kecewanya dalam hati ketika harus menyalami dan memberi selamat kepada wanita yang harus mereka relakan menjadi milik pria lain.

Apa benar-benar tidak ada yang bersedih di pesta itu? Semula saya mengira yang paling bersedih hanya tukang pembawa piring kotor yang pernah saya ketahui hanya mendapat upah dua puluh ribu rupiah plus sepiring makan gratis untuk ratusan piring yang ia angkat. dua puluh ribu rupiah yang diterima setelah semua tamu pulang itu, sungguh tak cukup mengeringkan peluhnya. Sedih, pasti.

Tak lama kemudian saya benar-benar mendapati orang yang lebih bersedih di pesta itu. Mereka memang tak terlihat ada di pesta, juga tak mengenakan pakaian bagus lengkap dengan dandanan yang tak biasa dari keseharian di hari istimewa itu. Mereka hanya ada di bagian belakang dari gedung tempat pesta berlangsung, atau bagian tersembunyi dengan terpal yang menghalangi aktivitas mereka di rumah si empunya pesta. Mereka lah para pencuci piring bekas makan para tamu terhormat di ruang pesta.

Bukan, mereka bukan sedih lantaran mendapat bayaran yang tak jauh berbeda dengan pembawa piring kotor. Mereka juga tidak sedih hanya karena harus belakangan mendapat jatah makan, itu sudah mereka sadari sejak awal mengambil peran sebagai pencuci piring. Juga bukan karena tak sempat memberikan doa selamat dan keberkahan untuk pasangan pengantin yang berbahagia, meski apa yang mereka kerjakan mungkin lebih bernilai dari doa-doa para tamu yang hadir.

Air mata mereka keluar setiap kali memandangi nasi yang harus terbuang teramat banyak, juga potongan daging atau makanan lain yang tak habis disantap para tamu. Tak tertahankan sedih mereka saat membayangkan tumpukan makanan sisa itu dan memasukkannya dalam karung untuk kemudian singgah di tempat sampah, sementara anak-anak mereka di rumah sering harus menahan lapar hingga terlelap.

Andai para tamu itu tak mengambil makanan di luar batas kemampuannya menyantap, andai mereka yang berpakaian bagus di pesta itu tak taati nafsunya untuk mengambil semua yang tersedia padahal tak semua bisa masuk dalam perut mereka, mungkin akan ada sisa makanan untuk anak-anak di panti anak yatim tak jauh dari tempat pesta itu. Andai pula mereka mengerti buruknya berbuat mubazir, mungkin ratusan anak yatim dan kaum fakir bisa terundang untuk ikut menikmati hidangan dalam pesta itu.

Sekadar usul untuk Anda yang akan melaksanakan pesta pernikahan, tidak cukup kalimat “Mohon Doa Restu” dan “Selamat Menikmati” yang tertera di dinding pesta, tapi sertakan juga tulisan yang cukup besar “Terima Kasih untuk Tidak Mubazir”. Mungkinkah?

Hikmah, Kisah dari Cabe Merah

Ketika harga barang melonjak naik… Cabe Keriting dengan angkuhnya berkata pada sesama kaum cabe: “lihat sekarang aku lah yang termahal dari kalian semua, hei cabe merah, hanya badan saja yang bongsor, tetapi orang jauh lebih memilih aku yang kriting ini….”

Cabe Merah hanya tersenyum dan melirik ke cabe rawit sambil berkata: “Hai Cabe Rawit, aku sangat kagum padamu, walau badanmu kecil tetapi pedasnya luar biasa

walau badanku besar dan bongsor tetapi aku tidak sepertimu, memang harga kita tidaklah mahal, tetapi terjangkau oleh semua orang. Dan bila kita bersama, menghasilkan cita rasanya yang luar biasa. Hal yang sama dengan kau Cabe Keriting, kamu memiliki tubuh yang indah, dan cita rasa yang berbeda pula, tetapi bila kita bergabung bersama maka, akan memiliki cita rasa yang luar biasa pula.” Cabe keriting pun hanya terdiam, dengan ucapan cabe merah tadi.

Inilah pembelajaran yang terindah dari sebuah kerendahan hati, bukan celaan yang kita butuhkan dalam hidup, tetapi harus disadari masing-masing memiliki tugas dan manfaatnya masing-masing. bila dapat bekerja sama dan saling mengisi kekurangan satu sama lainnya, maka hidup ini akan terasa indah.

Janganlah mencari kekurangan orang lain dan membanggakan kelebihan diri sendiri, karena satu orang tidak ada artinya bila dibanding kekuatan dan kerjasama dari banyak orang.

Janganlah hanya melihat perbedaan, tetapi jadikan itu sebagai satu keragaman dan kekayaan. Bila memang ada persamaan, maka binalah dan eratkan hubungan satu dengan yang lainnya agar tidak terpecah.

Kisah Hikmah: Anak Penjual Koran

Cerita kali ini adalah Pesan Hidup Dari Bocah Penjual Koran

Dari tadi pagi hujan mengguyur kota tanpa henti, udara yang biasanya sangat panas, hari ini terasa sangat dingin. Di jalanan hanya sesekali mobil yang lewat, hari ini hari libur membuat orang kota malas untuk keluar rumah.

Di perempatan jalan, Umar, seorang anak kecil berlari-lari menghampiri mobil yang berhenti di lampu merah, dia membiarkan tubuhnya terguyur air hujan, hanya saja dia begitu erat melindungi koran dagangannya dengan lembaran plastik.

“Korannya bu !”seru Umar berusaha mengalahkan suara air hujan.

Dari balik kaca mobil si ibu menatap dengan kasihan, dalam hatinya dia merenung anak sekecil ini harus berhujan-hujan untuk menjual koran. Dikeluarkannya satu lembar dua puluh ribuan dari lipatan dompet dan membuka sedikit kaca mobil untuk mengulurkan lembaran uang.

“Mau koran yang mana bu?, tanya Umar dengan riang.
”Nggak usah, ini buat kamu makan, kalau koran tadi pagi aku juga sudah baca”, jawab si ibu.

Si Umar kecil itu tampak terpaku, lalu diulurkan kembali uang dua puluh ribu yang dia terima, ”Terima kasih bu, saya menjual koran, kalau ibu mau beli koran silakan, tetapi kalau ibu memberikan secara cuma-cuma, mohon maaf saya tidak bisa menerimanya”, Umar berkata dengan muka penuh ketulusan.

Dengan geram si ibu menerima kembali pemberiannya, raut mukanya tampak kesal, dengan cepat dinaikkannya kaca mobil. Dari dalam mobil dia menggerutu ”Udah miskin sombong!”. Kakinya menginjak pedal gas karena lampu menunjukkan warna hijau. Meninggalkan Umar yang termenung penuh tanda tanya.Umar berlari lagi ke pinggir, dia mencoba merapatkan tubuhnya dengan dinding ruko tempatnya berteduh.Tangan kecilnya sesekali mengusap muka untuk menghilangkan butir-butir air yang masih menempel. Sambil termenung dia menatap nanar rintik-rintik hujan di depannya, ”Ya Tuhan, hari ini belum satupun koranku yang laku”, gumamnya lemah.

Hari beranjak sore namun hujan belum juga reda, Umar masih saja duduk berteduh di emperan ruko, sesekali tampak tangannya memegangi perut yang sudah mulai lapar.Tiba-tiba didepannya sebuah mobil berhenti, seorang bapak dengan bersungut-sungut turun dari mobil menuju tempat sampah,”Tukang gorengan sialan, minyak kaya gini bisa bikin batuk”, dengan penuh kebencian dicampakkannya satu plastik gorengan ke dalam tong sampah, dan beranjak kembali masuk ke mobil. Umar dengan langkah cepat menghampiri laki-laki yang ada di mobil. ”Mohon maaf pak, bolehkah saya mengambil makanan yang baru saja bapak buang untuk saya makan”, pinta Umar dengan penuh harap. Pria itu tertegun, luar biasa anak kecil di depannya. Harusnya dia bisa saja mengambilnya dari tong sampah tanpa harus meminta ijin. Muncul perasaan belas kasihan dari dalam hatinya.

“Nak, bapak bisa membelikan kamu makanan yang baru, kalau kamu mau”
”Terima kasih pak, satu kantong gorengan itu rasanya sudah cukup bagi saya, boleh khan pak?, tanya Umar sekali lagi.”Bbbbbooolehh”, jawab pria tersebut dengan tertegun. Umar berlari riang menuju tong sampah, dengan wajah sangat bahagia dia mulai makan gorengan, sesekali dia tersenyum melihat laki-laki yang dari tadi masih memandanginya.

Dari dalam mobil sang bapak memandangi terus Umar yang sedang makan. Dengan perasaan berkecamuk di dekatinya Umar.

”Nak, bolehkah bapak bertanya, kenapa kamu harus meminta ijinku untuk mengambil makanan yang sudah aku buang?, dengan lembut pria itu bertanya dan menatap wajah anak kecil di depannya dengan penuh perasaan kasihan.”Karena saya melihat bapak yang membuangnya, saya akan merasakan enaknya makanan halal ini kalau saya bisa meminta ijin kepada pemiliknya, meskipun buat bapak mungkin sudah tidak berharga, tapi bagi saya makanan ini sangat berharga, dan saya pantas untuk meminta ijin memakannya ”, jawab si anak sambil membersihkan bibirnya dari sisa minyak goreng.

Pria itu sejenak terdiam, dalam batinnya berkata, anak ini sangat luar biasa. ”Satu lagi nak, aku kasihan melihatmu, aku lihat kamu basah dan kedinginan, aku ingin membelikanmu makanan lain yang lebih layak, tetapi mengapa kamu menolaknya”.Si anak kecil tersenyum dengan manis,


”Maaf pak, bukan maksud saya menolak rejeki dari Bapak. Buat saya makan sekantong gorengan hari ini sudah lebih dari cukup. Kalau saya mencampakkan gorengan ini dan menerima tawaran makanan yang lain yang menurut Bapak lebih layak, maka sekantong gorengan itu menjadi mubazir, basah oleh air hujan dan hanya akan jadi makanan tikus.”

”Tapi bukankah kamu mensia-siakan peluang untuk mendapatkan yang lebih baik dan lebih nikmat dengan makan di restoran di mana aku yang akan mentraktirnya”, ujar sang laki-laki dengan nada agak tinggi karena merasa anak di depannya berfikir keliru.

Umar menatap wajah laki-laki didepannya dengan tatapan yang sangat teduh,”Bapak!, saya sudah sangat bersyukur atas berkah sekantong gorengan hari ini. Saya lapar dan bapak mengijinkan saya memakannya”, Umar memperbaiki posisi duduknya dan berkata kembali, ”Dan saya merasa berbahagia, bukankah bahagia adalah bersyukur dan merasa cukup atas anugerah hari ini, bukan menikmati sesuatu yang nikmat dan hebat hari ini tetapi menimbulkan keinginan dan kedahagaan untuk mendapatkannya kembali di kemudian hari.”Umar berhenti berbicara sebentar, lalu diciumnya tangan laki-laki di depannya untuk berpamitan. Dengan suara lirih dan tulus Umar melanjutkan kembali,”Kalau hari ini saya makan di restoran dan menikmati kelezatannya dan keesokan harinya saya menginginkannya kembali sementara bapak tidak lagi mentraktir saya, maka saya sangat khawatir apakah saya masih bisa merasakan kebahagiaannya”.

Pria tersebut masih saja terpana, dia mengamati anak kecil di depannya yang sedang sibuk merapikan koran dan kemudian berpamitan pergi.”Ternyata bukan dia yang harus dikasihani, Harusnya aku yang layak dikasihani, karena aku jarang bisa berdamai dengan hari ini”