Kamis, 24 Januari 2013

Umur 25 Nabi Dan Letak Makam Mereka

1. Nabi Adam ‘Alaihis Salam
Umur : 1000 tahun
Makam : India, menurut satu pendapat ada di Makkah, dan menurut pendapat lain ada di Baitul Maqdis
2. Nabi Idris ‘Alaihis Salam
Umur : 865 tahun
Makam : (tidak ada informasi)
3. Nabi Nuh ‘Alaihis Salam
Umur : 950 tahun
Makam : Masjid Kufah, , menurut satu pendapat ada di al-Jabal al-Ahmar (Gunung Merah), dan menurut pendapat lain ada di dalam al-Masjid al-Haram Makkah.
4. Nabi Hud ‘Alaihis Salam
Umur : 464 tahun
Makam : di Timurnya Hadharamaut, Yaman.
5. Nabi Shaleh ‘Alaihis Salam
Umur : Tidak ada kitab yang menjelaskan masa hidupnya.
Makam : di Hadharamaut
6. Nabi Luth ‘Alaihis Salam
Umur : Tidak ada kitab yang menjelaskan masa hidupnya.
Makam : Shou’ar
7. Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam
Umur : 200 tahun
Kelahiran : Lahir pada 1273 tahun setelah peristiwa banjir dan topan pada masa Nabi Nuh ‘Alaihis Salam.
Makam : di kota al-Khalil (Palestina), dimakamkan bersama Sarah (isteri pertamanya).
8. Nabi Isma’il ‘Alaihis Salam
Umur : 137 tahun
Makam : dimakamkan di samping Ibunda (yakni Hajar) di Makkah (di sekitar Ka’bah dekat Maqam Ibrahim)
9. Nabi Ishaq ‘Alaihis Salam
Umur : 180 tahun
Makam : dimakamkan bersama Ayahanda (yakni Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam) di kota al-Khalil (Palestina).
10. Nabi Ya’qub ‘Alaihis Salam
Umur : 137 tahun
Wafat : di Mesir
Makam : untuk memenuhi wasiatnya, oleh sang putra (Nabi Yusuf ‘Alaihis Salam), jenazahnya dipindah dimakamkan ke kota al-Khalil (Palestina)
11. Nabi Yusuf ‘Alaihis Salam
Umur : 110 tahun
Wafat : di Mesir
Makam : oleh saudara-saudaranya (untuk memenuhi wasiatnya) jenazahnya kemudian dipindah dimakamkan di Nablus (Palestina)
12. Nabi Syu’ab ‘Alaihis Salam
Umur : Tidak ada kitab yang menjelaskan masa hidupnya.
Makam : di desa Hathin dekat kota Thabariyah (Syria)
13. Nabi Ayyub ‘Alaihis Salam
Umur : 93 tahun
Makam : di desa Syaikh Sa’d (dekat kota Damasykus) Syria.
14. Nabi Dzul Kifli ‘Alaihis Salam
Umur : (tidak ada informasi)
Lahir : di Mesir
Makam : wafat di daerah gunung Thursina, menurut salah satu pendapat di samping Ayahanda di salah satu kota di Syam.
15. Nabi Yunus ‘Alaihis Salam
Umur : Tidak ada kitab yang menjelaskan masa hidupnya.
Makam : tidak ada informasi sama sekali tentang letak makamnya.
16. Nabi Musa ‘Alaihis Salam
Umur : 120 tahun
Makam : wafat di daerah gunung Thursina dan di makamkan di sana.
17. Nabi Harun ‘Alaihis Salam
Umur : 122 tahun
Makam : wafat di daerah gunung Thursina dan di makamkan di sana.
18. Nabi Ilyas ‘Alaihis Salam
Umur : Tidak ada kitab yang menjelaskan masa hidupnya.
Lahir : dilahirkan setelah masuknya Bani Isra’il ke Palestina.
Makam : menurut satu pendapat ada di Ba’labak (Lebanon). (Tapi menurut satu pendapat, beliau belum wafat sampai sekarang –penerjemah)
19. Nabi Ilyasa’ ‘Alaihis Salam
Umur : Tidak ada kitab yang menjelaskan tempat tinggalnya dan daerah yang dituju setelah kaumnya ingkar di kota Banyas.
20. Nabi Dawud ‘Alaihis Salam
Umur : 100 tahun
Kerajaan : bertahan sampai 40 tahun
21. Nabi Sulaiman ‘Alaihis Salam
Kerajaan : beliau mewarisi kerajaan Ayahanda (yakni Nabi Dawud ‘Alaihis Salam) ketika umur 12 tahun, kerajaannya bertahan sampai 40 tahun.
22. Nabi Zakariya ‘Alaihis Salam
Wafat : beliau dibunuh dengan cara digergaji oleh orang yang telah menyembelih sang putra (Nabi Yahya ‘Alaihis Salam)
23. Nabi Yahya ‘Alaihis Salam
Umur : Tidak ada kitab yang menjelaskan masa hidupnya.
Lahir : pada tahun yang sama dengan tahun kelahiran Nabi ’Isa al-Masih ‘Alaihis Salam.
Wafat : ketika beliau sedang di Mihrab, disembelih oleh sesorang yang disuruh oleh seorang wanita jahat dari pihak raja yang zhalim.
Makam : kepalanya dimakamkan di Masjid al-Jami’ al-Amawi (Damasykus-Syria)
24. Nabi ’Isa al-Masih ‘Alaihis Salam
Umur : 33 tahun di bumi, kemudian Allah mengangkatnya ke langit setelah tiga tahun diangkat menjadi Nabi. Dituturkan, bahwa Ibunda (yakni Maryam) hidup 6 tahun setelah ’Isa al-Masih ‘Alaihis Salam diangkat ke langit. Maryam wafat dalam umur 53 tahun.
25. Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam
Lahir : di Makkah tahun 570 M.
Wafat : umur 63 tahun
Makam : di rumah ’Aisyah di Masjid Nabawi Madinah dan dimakamkan di sana.

Perlakuan Muhammad Saw Kepada Orang Kafir

Kisah Pengemis Yahudi

Di sudut pasar Madinah Al Munawarah, ada seorang Yahudi yang buta. Hari demi hari apabila ada orang yang mendekatinya ia selalu berkata:
"Wahai saudaraku, jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir. Apabila kalian mendekatinya, maka kalian akan di pengaruhinya."
Hampir setiap pagi, Rasulullah Saw mendatanginya dengan membawa makanan, dan tanpa berkata sepatah katapun Rasul menyuapi makanan yang dibawanya kepada pengemis itu walaupun pengemis itu selalu berpesan agar tidak mendekati orang yang bernama Muhammad.

Rasulullah Saw melakukan hal itu hingga beliau menjelang wafat. Setelah Rasulullah Saw wafat, tak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi dan yang menyuapi orang Yahudi yang buta itu.

Suatu hari Abu Bakar R.a berkunjung ke rumah anaknya (Aisyah). Beliau bertanya kepada Aisyah: "Anakku, adakah sunnah Rasul yang belum aku kerjakan? ".
Aisyah menjawab pertanyaan ayahnya: "Wahai ayah, engkau adalah seorang ahli sunnah saja. Hampir tidak ada satu sunnah pun yang belum ayah lakukan kecuali satu sunnah saja," ucap Aisyah.

"Apakah itu?" Tanya Abu Bakar.
"Setiap pagi, RasulullahSaw  selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang ada di sana," jawab Aisyah.

Keesokan harinya, Abu Bakar pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikan kepada pengemis itu. Abu Bakar mendatangi pengemis itu dan memberikan makanan itu kepadanya.
Ketika Abu Bakar mulai menyuapinya, tiba-tiba pengemis itu marah sambil berteriak: "Siapa kamu…!!!"
Abu Bakar menjawab: "Aku orang yang biasa."
"Bukan…!!! Engkau bukan orang yang biasa mendatangiku." sahut pengemis buta itu.

Lalu pengemis itu melanjutkan bicaranya: "Apabila ia datang kepadaku, tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan itu, baru setelah itu ia berikan makanan itu kepadaku."

Abu Bakar yang mendengar jawaban orang buta itu kemudian menangis sambil berkata: "Aku memang bukan yang biasa datang kepadamu. Aku adalah salah seorang dari sahabatnya. Orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad, Rasulullah Saw."

Setelah pengemis itu mendengar cerita Abu Bakar, pengemis itu pun menangis dan kemudian berkata "Benarkah demikian?", tanya pengemis, kepalanya tertunduk dan air matanya mulai menetes.
"Selama ini aku selalu menghinanya dan memfitnahnya," lanjutnya.
"Tetapi ia tidak pernah marah kepadaku, sedikitpun !," ucap sang pengemis Yahudi sambil menangis terisak.

"Ia selalu mendatangiku, sambil menyuapiku dengan cara yang sangat lemah lembut…" sambil menahan kesedihan… namun akhirnya dia pun menangis.
Lalu ditengah tangisannya, sang pengemis Yahudi itu pun berteriak, "Ia begitu mulia… Ia begitu mulia…!!!" sambil mendongakkan kepalanya kearah langit biru. Kedua tangannya dibuka lebar seperti berdo'a, dan kemudian kembali duduk simpuh.

Spontan, mereka berpelukan. Mereka berdua larut dalam tangisan. Tangisan kehilangan seseorang yang paling mulia sepanjang masa. Lalu sesaat mereka terdiam, kemudian pengemis Yahudi buta itu meminta kepada Abu Bakar untuk menuntunnya bersyahadat.

Pengemis itu pun bersyahadat… dihadapan Abu Bakar. Jadilah pengemis itu seorang muslim yang berserah diri kepada Allah Swt.


kisah Tamu Non-Muslim :
 
Pada suatu hari di masjid, Rasul kedatangan serombongan kafir yang meminta untuk bertamu. Mereka berkata, "Kami ini datang dari jarak yang jauh, kami ingin bertamu kepada Engkau, Yaa Rasulullah."
Lalu Rasul membawa para tetamu tersebut kepada para sahabatnya. Salah seorang kafir yang bertubuh besar seperti raksasa tertinggal di masjid, karena tidak ada seorang sahabat pun yang mau menerimanya. Dalam syair itu disebutkan, ia tertinggal di masjid seperti tertinggalnya ampas di dalam gelas. Mungkin para sahabat takut menjamu dia, karena membayangkan harus menyediakan bekas yang sangat besar.

Lalu Rasul membawa dan menempatkannya di sebuah rumah. Dia diberi jamuan susu dengan mendatangkan tiga ekor kambing dan seluruh susu itu habis diminumnya. Dia juga menghabiskan makanan untuk delapan belas orang, sampai orang yang ditugaskan melayani dia jengkel. Akhirnya pegawai itu menguncinya di dalam.
Tengah malam, orang kafir itu menderita sakit perut. Dia hendak membuka pintu tapi pintu itu terkunci. Ketika rasa sakit tidak tertahankan lagi, akhirnya orang itu mengeluarkan kotoran di rumah itu.

Setelah itu, ia merasa malu dan terhina. Seluruh perasaan bergolak dalam fikirannya. Dia menunggu sampai menjelang subuh dan berharap ada orang yang akan membuka pintu. Pada saat subuh dia mendengar pintu itu terbuka, segera saja dia lari keluar. Yang membuka pintu itu adalah Rasulullah saw.

Rasul tahu apa yang terjadi kepada orang kafir itu. Ketika Rasul membuka pintu itu, Rasul sengaja bersembunyi agar orang kafir itu tidak merasa malu untuk meninggalkan tempat tersebut.

Ketika orang kafir itu sudah pergi jauh, dia teringat bahawa azimatnya tertinggal di rumah itu. Jalaluddin Rumi berkata, "Kerasukan mengalahkan rasa malunya. Keinginan untuk mendapatkan barang yang berharga menghilangkan rasa malunya. Akhirnya dia kembali ke rumah itu."

Sementara itu, seorang sahabat membawa tikar yang dikotori oleh orang kafir itu kepada Rasul,
"Ya Rasulullah, lihat apa yang dilakukan oleh orang kafir itu!
Kemudian Rasul berkata, "Ambilkan wadah, biar aku bersihkan. "
Para sahabat meloncat dan berkata, "ya Rasulullah, engkau adalah Sayyidul Anam. Tanpa engkau tidak akan diciptakan seluruh alam semesta ini. Biarlah kami yang membersihkan kotoran ini. Tidak layak tangan yang mulia seperti tangan membersihkan kotoran ini."
"Tidak," kata Rasul, "ini adalah kehormatan bagiku."
Para sahabat berkata, "Wahai Nabi yang namanya dijadikan sumpah kehormatan oleh Allah, kami ini diciptakan untuk berkhidmat kepadamu. Kalau engkau melakukan ini, maka apalah artinya kami ini."

Begitu orang kafir itu datang ke tempat itu, dia melihat tangan Rasulullah saw yang mulia sedang membersihkan kotoran yang ditinggalkannya. Orang kafir tidak sanggup menahan emosinya. Ia memukul-mukul kepalanya sambil berkata, "Hai kepala yang tidak mempunyai pengetahuan." Dia memukul-mukul dadanya sambil berkata, "Wahai hati yang tidak pernah memperoleh fail cahaya." Dia bergetar ketakutan menahan rasa malu yang luar biasa. Kemudian Rasul menepuk bahunya menenangkan dia. Singkat cerita, orang kafir itu masuk Islam.

Kisah Dengan Tetangga Non-Muslim:

Setiap kali Rasulullah Saw hendak pergi ke mesjid untuk melaksanakan Shalat subuh. Tetangganya selalu membuang kotoran di depan pintu rumah beliau. Namun Rasulullah tidak marah dengan perbuatan nista tersebut. Bahkan beliau bersabar untuk membersihkan kotoran tersebut yang kian hari semakin menumpuk saja. Suatu hari, Rasulullah pun melihat tidak ada satupun kotoran di depan pintu rumahnya. Hingga ia pun bertanya tentang hal yang tidak biasanya. Sampai suatu ketika ditemukannya bahwa tetangga tersebut sedang jatuh sakit, dan beliaupun menjenguknya serta memberikan makanan untuk tetangganya itu tanpa sedikitpun rasa dendam.

suatu kisah yang sangat inspiratif dalam menyoal kehidupan bertetangga. Mungkin sebagai manusia biasa tak jarang kita kesal dengan perlakuan seenaknya tetangga kita. Seringkali membuat kehidupan tak akur dengan tetangga. Namun disini Rasulullah mengajarkan betapa kita harus menghormati tetangga sebegitu tidak hormatnya tetangga kepada kita.


Kisah Dengan A'rabi:

Pada suatu ketika, Nabi Muhammad Saw sedang bersama para sahabat di suatu masjid. Tiba-tiba, datang seorang A'rabi (Arab gunung) dan langsung begitu saja kencing di masjid. Melihat hal itu, para sahabat naik pitam dan menghardiknya, "Mah...mah...." (Pergi...pergi...).
Rasulullah Saw dengan tenang melarang para sahabat untuk menghardiknya, dan berkata, "Jangan kalian hardik dia, biarkan saja dia (jangan putus kencingnya)..."

Para sahabat kemudian membiarkan orang tersebut menunaikan kencingnya sampai selesai. Setelah selesai, A'rabi tersebut dipanggil oleh Rasulullah Saw. Dengan penuh kelembutan dan tanpa menghakimi Beliau mengatakan, "Sesungguhnya masjid-masjid itu tidak boleh untuk kencing atau membuang kotoran, tetapi digunakan untuk berdzikir kepada Allah Swt, shalat, dan membaca Al-Qur'an ."

Kemudian Rasulullah Saw berkata kepada para sahabat, "Sesungguhnya kalian diutus untuk memudahkan, dan bukan untuk menyulitkan. Guyurlah air kencing tadi dengan satu ember air."

Mendengar dan melihat kelembutan serta kesopanan Rasulullah Saw, A'rabi tadi lantas berdo'a, "Ya Allah, rahmatilah aku dan Muhammad, dan jangan Engkau rahmati selain kami seorang pun."
Rasulullah Saw dengan agak tersenyum hanya menimpali, "Sungguh engkau telah mempersempit perkara yang luas (maksudnya Rahmat Allah)." (Berdasar Hadist Riwayat Bukhari-Muslim)


Kisah Dengan Anak Non-Muslim:

Suatu ketika, nabi Saw mengetahui bahwa orang yang selalu menyakitinya ini memiliki seorang anak yang sedang sekarat. Maka nabi Saw datang berkunjung kerumahnya dan mengajaknya menuju jalan Rabb-nya, dengan harapan semoga Allah memberikan petunjuk dan memperbaiki keadaan orang ini.
Beliau Saw membalas keburukan dengan kebaikan, meskipun terhadap orang kafir, Rasulullah Saw bersabda kepada si anak, sementara bapaknya juga ada bersama mereka: "Wahai bocah, katakanlah laa ilaaha illallah, itu akan menyelamatkanmu dari api neraka."
Mendengar seruan ini, si anak memandang ke arah bapaknya dan memperhatikannya. Rasulullah Saw mengulangi lagi: "Wahai bocah, katakanlah laa ilaaha illallah!"
Si anak memandang ke arah bapaknya lagi. Kejadian yang sama juga terjadi antara Rasulullah Saw dengan pamannya, Abu Thalib, yang senantiasa membantu dan menolong agama Islam, kaum Muslimin dan Rasulullah Saw, akan tetapi, dia tidak masuk Islam.

Rasulullah Saw bersabda kepadanya: "Wahai paman, katakanlah laa ilaaha illallah…"
Mendengar seruan ini, Abu Thalib memandang para pembesar Quraisy. Lalu mereka mengatakan: "Apakah kamu benci terhadap agama nenek moyangmu?" (Hadist riwayat Imam Bukhari).

Akhirnya Abu Thalib meninggal dalam kekafiran.
Sedangkan orang Yahudi (dalam cerita ini) yang mendengar nabi Saw mengajak anaknya agar masuk Islam, Allah menceritakan kondisi mereka:
Orang-orang yang telah Kami berikan kitab kepadanya, mereka mengenalnya (Muhammad) seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Orang-orang yang merugikan dirinya, mereka itu tidak beriman (kepada Allah). (QS Al An’aam :20)

Bagaimana jawaban dan responnya?
Orang Yahudi itu mengatakan: Wahai anakku, taatlah kepada Abul Qasim (Muhammad Saw)!
Maka si anak mengucapkan syahadatain. Sebelum menghembuskan napas terakhir.

Mendapat respon positif ini, Rasulullah Saw bersabda:
Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkannya dari neraka dengan sebabku. (Hr Bukhari, 1356, Abu Dawud).


Inilah ahlak Rasulullah Saw yang muliah, adab beliau yang luhur terhadap orang-orang non Muslim, ketika kondisi perang dan dalam keadaan damai. Kita memohon kepada Allah SWT, agar menjadikan ahlak kita sama seperti ahlak beliau saw, dan semoga Allah menjadikan Rasulullah Saw sebagai panutan terbaik kita.

Allah Berfirman:
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Al Ahzab :21)