Selasa, 17 Januari 2012

Buku harian yang ditangisi orang-orang



“Saat kau lahir, kau menangis dan orang-orang di sekitarmu tersenyum. Jalani hidupmu dengan baik karena Allah Swt, maka saat kau mati, orang-orang di sekitarmu menangis dan kau tersenyum.”

Masih teringat “status” dari seorang teman saya di Facebook. Pertama kali saya membacanya, saya langsung tersentak dan pertanyaan di benak melayang-layang.
Mulai dari pertama kali saya dilahirkan sampai detik ini, apakah saya sudah menjalani hidup saya dengan baik karena Allah Swt
Apakah kehadiran saya bermanfaat bagi lingkungan?
Atau apakah orang-orang yang saya kenal tidak pernah merasa dirugikan oleh kelakuan saya?
Masih banyak pertanyaan lain yang menyelinap di otak.

Mari kita tarik mundur perjalanan hidup kita. Saat kita membuat perjanjian oleh Allah Swt dan diturunkan ke bumi melalui Ibu kita dengan mempertaruhkan nyawanya, tangisan keluar dari mulut kecil menyadari kebesaran-Nya. Nama Allah kembali diperdengarkan oleh seorang Ayah yang mengumandangkan Adzan di telinga kita. Sebuah awal baru kehidupan seorang hamba yang diselingi dengan senyuman orang-orang yang mencintai.

Bagi kita yang beruntung, menjalani dan menulis sejarah ditemani orang tua yang secara ikhlas dan tak kenal lelah membantu kita berdiri sampai kita bisa membuat “buku harian” kita sendiri.
Ketika “buku harian” tadi sudah seutuhnya kita yang menulis, maka kita juga yang memutuskan akan menuangkan karya terbaik atau karya yang buruk.
Tentunya tidak sepenuhnya kita bisa menulis karya yang terbaik dari halaman pertama sampai halaman terakhir, karena kita hidup di muka bumi bersama orang lain dan lingkungan sosial yang tidak jarang menggoda kita untuk mencoba hal-hal yang negatif.

Di saat inilah niat kita dipertanyakan. Seluruh tindak tanduk, tingkah laku, perbuatan, perkataan, dan buah pemikiran kita, apakah sudah kita niatkan karena Allah Swt?
Coba kita bayangkan kalau hanya Allah Swt yang ada di hati, hari-hari yang kita lewati akan penuh tangisan dan senyuman yang indah.
Masalah-masalah yang ada, bisa selesai dengan banyak hikmah dibaliknya.
Hubungan kita dengan keluarga, orang lain dan lingkungan sekitar, menjadi hubungan yang dilandasi cinta karena Allah Swt.
Memang manusia tempatnya salah dan khilaf. Setiap waktu kita diuji dan dicoba, diombang-ambingkan oleh setan yang membisik di qalbu.
Itulah mengapa manusia diberi pilihan, jalan yang baik atau jalan yang buruk.
Cerita kehidupan yang indah atau cerita yang penuh kesengsaraan, hanya kita yang mampu mencetaknya di “buku harian” kita.

Mari kita menutup “buku harian” dengan membuat orang-orang menangis, dan kita tersenyum bahagia di pembaringan terakhir. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar