Selasa, 17 Januari 2012

Belajar dari Bulan, Bumi, dan Matahari

Malam sudah sampai di tengah-tengah, suara jalanan pun telah lengang. Dan seperti biasanya kantuk ini pun tak kunjung datang. Suasana kontrakan pun kian sepi, hanya meninggalkan suara televisi yang ditinggal tidur penghuninya.

Ingat kata seorang teman, obat mujarab ketika sulit tidur adalah membaca buku. Buku yang saya maksudkan agar mendatangkan lelap lebih mudah, ternyata malah berkebalikan. Biasanya belum sampai dua halaman, mata ini pasti sudah rapat-rapat menutup begitu pula dengan bukunya. Lembar demi lembar saya telusuri samudera aksara bermakna, tak lelah mata membaca, fikiran mencerna dan seringnya hati cenut-cenut.

Kantuk yang tak kunjung datang menyebabkan ku berpikir untuk berbuat sesuatu di tengah malam yang hening ini. Mencari teman untuk ngobrol pun tak ada. Akhirnya ku ayunkan langkah kaki ini menuju lantai dua rumah kontrakan. Untungnya malam itu cerah, tidak ada awan mendung yang menyelimuti. Ku melihat bintang dan bulan tersenyum melihat kedatanganku malam itu. Seketika itu teringat kisah nabi Yusuf yang pernah bermimpi melihat bintang, matahari dan bulan yang semua bersujud kepadanya.

“(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: “Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku.” (QS. Yusuf : 4)

Langit malam itu ku pandangi dengan seksama, lalu ku bertanya pada diri ini apa yang mereka lakukan di malam hari ketika para penghuni bumi sedang tertidur pulas?
Dan pertanyaan lain muncul, bagaimana cara mereka menyapa ketika bulan, bumi, dan matahari berpapasan?
Teringat ilmu Fisika Dasar yang sudah didapat, bahwa bulan, bumi, dan matahari adalah kesatuan tim yang bekerjasama dan bekerjakeras demi satu tujuan. Ibarat sebuah perjalanan, bekerja keras tentu adalah sebuah gerak langkah menuju satu tujuan. Jika kita diam tanpa sebuah gerakan apapun, tentu kita tidak akan pernah sampai pada sebuah tujuan.
Bukankah alam semesta pun bergerak?
Bayangkan seandainya bumi berhenti bergerak, matahari enggan berputar, planet dan bintang-bintang berdiam diri, tentu kita tahu apa yang akan terjadi dengan kehidupan manusia dan alam semesta raya. Atau mungkin salah satu dari mereka mogok bekerja dan saling iri satu sama lain, tentu kita tahu apa yang akan terjadi dengan kehidupan manusia dan alam semesta raya.

Bayangkan matahari dan bumi dengan jarak sekitar 148 juta kilometer.
Bagaimana menyatukan hati keduanya? Begitu pula bumi dengan bulan dan bulan dengan matahari.
Bagaimana menyatukan hati keduanya?
Tetapi mereka cukup setia satu sama lain, bulan setia kepada bumi dengan mengitarinya. Bumi pun kompak dengan bulan mengitari matahari secara bersama-sama. Mereka tidak saling bermalas-malasan dalam mengemban amanah dari sang Khallik. Mereka bergerak dengan tugas mereka masig-masing.

Alangkah indahnya ketika kita berada dalam satu tim mencontoh dari kerjasama dan kerja keras bulan, bumi, dan matahari yang selalu bergerak, tidak ada yang saling cemburu serta saling setia satu sama lain.
Ah, malam ini ku terlalu lama membayangkan sesuatu. Ternyata kesulitanku akibat tidak datangnya ngantuk malam itu ada sesuatau yang bisa ku ambil pelajaran.
Belajar dari bulan yang memberikan kelembutan yang merupakan sifat dari sang Khalik Al Lathiif Yang Maha Lembut.
Belajar dari Matahari yang selalu bersinar yang juga merupakan sifat dari sang Khalik An Nuur Yang Maha Bercahaya. Juga belajar kerjasama, kerjakeras, dan kesetiaan dari bulan, bumi, dan matahari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar