Ibnu Sabin singgah di kota Ceuta, Afrika
Utara, di kota ini pula dia menikahi seorang wanita dan membangun
zawiyah, dia banyak menelaah kitab-kitab tasawwuf dan memberikan
pengajaran. Penguasa kota, Ibn Khaladh, mengusirnya dari kota ini karena
dianggap sebagai Filosof. Kemudian dia pergi ke ‘Adwah, Bijayah, terus
ke Qabis, Tunisia. Pada tahun 648 H Ibnu Sabin sampai di Kairo, tapi
para Fuqoha dunia Islam bagian barat mengirim surat ke Mesir yang
menyatakan dia adalah atheis. Ibnu Sabin memutuskan untuk ke Mekah.
Ibnu Sabin ketika di Makkah memperoleh
kehidupan yang tenang dan menyusun karyanya. Dan meninggal dunia pada
tahun 669 Hijriyah, Ibnu Sabin meninggalkan empat puluh satu buah karya,
yang menguraikan ilmu tasawuf. Pada umumnya karya beliau bercorak
simbolik, karyanya yang terpenting Budd al-Arif.
Ibnu Sabin, menganut paham Kesatuan
Mutlak Wahdatul Wujud, yaitu wujud adalah satu alias Wujud Akkah semata.
Wujud-wujud lainnya hanya wujud Yang Satu itu sendiri. Jelasnya
wujud-wujud yang lain itu hakikatnya sama sekali tidak lebih dari wujud
Yang Satu semata.
Dalam hal ini , Ibnu Sabin menempatkan ketuhanan pada tempat pertama. Sebab menurutnya, Wujud Allah adalah asal segala yang ada masa lalu, masa kini, maupum masa depan. Sementara wujud yang tampak jelas justru dia rujukkan pada wujud mutlak yang rohaniah. Berarti paham ini menafsirkan wujud dalam corak spiritual bukan materi.
Dalam hal ini , Ibnu Sabin menempatkan ketuhanan pada tempat pertama. Sebab menurutnya, Wujud Allah adalah asal segala yang ada masa lalu, masa kini, maupum masa depan. Sementara wujud yang tampak jelas justru dia rujukkan pada wujud mutlak yang rohaniah. Berarti paham ini menafsirkan wujud dalam corak spiritual bukan materi.
Pemikiran Ibnu Sabin merujuk pada dalil-dalil Al-Qur’an , misal firman Allah Swt: “Dia itulah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Dzahir dan Yang Bathin,” (QS. al-Hadiid, 57:3)
dan firman-Nya: “Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah.” (QS. al-Qashash 28:28).
Dia juga memperkuat nya dengan hadist Nabi Muhammad Saw, seperti hadist qudsi yang berikut : “Apa yang pertama-tama diciptakan Allah adalah akal budi. Maka firman Allah kepadanya, terimalah ! ia pun lalu menerimanya…”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar