Senin, 02 Januari 2012

Jadikanlah kegembiraan itu sebagai syukur dan kesedihan itu sebagai sabar

Dan Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai fitnah (yang sebenar-benarnya).” ( Al-Anbiya`: 35 )

Di dalam hidup kita akan senantiasa melewati cobaan dan ujian yang akan menempa mentalitas kita agar kita menjadi matang dan dewasa dari sebelumnya. Tempaan itu dalam berbagai bentuk dan wujud sesuai dengan kadar dan kondisi masing-masing diri kita.

Ikrimah rahimahullah pernah berkata : “Semua orang itu pasti bergembira dan bersedih, tapi jadikanlah kegembiraan itu sebagai syukur dan kesedihan itu sebagai sabar ”

Ketika kita dulu masih bayi senantiasa mendapatkan apa yang kita inginkan kemudian disapih, bisa jalan sendiri dan bisa berpikir sendiri, mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Setiap perbuatan selalu memiliki konsekwensi yang harus kita pertanggungjawaban. Itulah yang disebut dengan kedewasaan diri. Kedewasaan ditentukan oleh kematangan emosial diri kita namun lingkungan dimana kita berada juga mempengaruhinya. Semua yang kita lihat, kita rasakan berpengaruh dalam penbentukan kedewasaan diri kita.

Hudzaifah ibnul Yaman mengatakan, “Sesungguhnya Allah tidaklah menciptakan sesuatu melainkan dari yang kecil hingga yang besar kecuali musibah. Adapun musibah, Allah menciptakannya dari keadaan besar kemudian akan menjadi kecil.

Salah satu faktor yang berpengaruh dalam pendewasaan diri kita adalah ujian, cobaan, musibah, kesedihan dan penderitaan. Jika kita ditimpa dengan cobaan, ujian, musibah, kesedihan dan penderitaan yang begitu berat akan mampu merubah diri kita. Kita dihadapkan kepada beban yang begitu berat sanggup atau tidak, suka atau tidak suka kita harus menyelesaikan semua masalah yang kita hadapi. Kita harus mampu memetik pelajaran dari setiap masalah yang hadir dalam hidup kita. Kita belajar untuk menerima keadaan, belajar bersabar, belajar menyelesaikan masalah yang menjadikan kita lebih dewasa dalam hidup ini.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :“Yang namanya sabar seharusnya dimulai ketika awal ditimpa musibah.[HR. Bukhari no. 1283, dari Anas bin Malik]

Itulah sabar yang sebenarnya. Sabar yang sebenarnya bukanlah ketika telah mengeluh lebih dulu di awal musibah.

Ingatlah selalu janji ALLAH Subhanahu wa Ta'ala dalam firman-Nya berikut ini :“Sesungguhnya orang-orang yang bersabar, ganjaran bagi mereka adalah tanpa hisab (tak terhingga).”
(QS. Az Zumar: 10)

Ketika kita menangis, bersedih, mengomel, menyalahkan keadaan itu bertanda kita belum dewasa namun begitu kita mampu menyelesaikan setiap masalah yang kita hadapi dengan baik maka kita semakin lebih dewasa. Jadi sambutanlah setiap masalah, cobaan, penderitaan dengan penuh suka cita sebab telah hadir anugerah Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang mendewasakan diri kita. Sebagaimana Firman Allah,

'Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap harta dan dirimu. Dan juga kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertaqwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan.' (QS. ali-Imran : 186).

Semoga ALLAH menganugerahkan kesabaran kepada kita semua... Amin Allahumma Amin...
Jadikanlah kegembiraan itu sebagai syukur dan kesedihan itu sebagai sabar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar