Dan Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai fitnah (yang sebenar-benarnya).” ( Al-Anbiya`: 35 )
Di
dalam hidup kita akan senantiasa melewati cobaan dan ujian yang akan
menempa mentalitas kita agar kita menjadi matang dan dewasa dari
sebelumnya. Tempaan itu dalam berbagai bentuk dan wujud sesuai dengan
kadar dan kondisi masing-masing diri kita.
Ikrimah
rahimahullah pernah berkata : “Semua orang itu pasti bergembira dan
bersedih, tapi jadikanlah kegembiraan itu sebagai syukur dan kesedihan
itu sebagai sabar ”
Ketika kita dulu masih bayi senantiasa
mendapatkan apa yang kita inginkan kemudian disapih, bisa jalan
sendiri dan bisa berpikir sendiri, mampu membedakan mana yang baik dan
mana yang buruk. Setiap perbuatan selalu memiliki konsekwensi yang
harus kita pertanggungjawaban. Itulah yang disebut dengan kedewasaan
diri. Kedewasaan ditentukan oleh kematangan emosial diri kita namun
lingkungan dimana kita berada juga mempengaruhinya. Semua yang kita
lihat, kita rasakan berpengaruh dalam penbentukan kedewasaan diri kita.
Hudzaifah
ibnul Yaman mengatakan, “Sesungguhnya Allah tidaklah menciptakan
sesuatu melainkan dari yang kecil hingga yang besar kecuali musibah.
Adapun musibah, Allah menciptakannya dari keadaan besar kemudian akan
menjadi kecil.
Salah satu faktor yang berpengaruh dalam
pendewasaan diri kita adalah ujian, cobaan, musibah, kesedihan dan
penderitaan. Jika kita ditimpa dengan cobaan, ujian, musibah, kesedihan
dan penderitaan yang begitu berat akan mampu merubah diri kita. Kita
dihadapkan kepada beban yang begitu berat sanggup atau tidak, suka atau
tidak suka kita harus menyelesaikan semua masalah yang kita hadapi.
Kita harus mampu memetik pelajaran dari setiap masalah yang hadir dalam
hidup kita. Kita belajar untuk menerima keadaan, belajar bersabar,
belajar menyelesaikan masalah yang menjadikan kita lebih dewasa dalam
hidup ini.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda :“Yang namanya sabar seharusnya dimulai ketika awal ditimpa
musibah.[HR. Bukhari no. 1283, dari Anas bin Malik]
Itulah sabar yang sebenarnya. Sabar yang sebenarnya bukanlah ketika telah mengeluh lebih dulu di awal musibah.
Ingatlah
selalu janji ALLAH Subhanahu wa Ta'ala dalam firman-Nya berikut ini
:“Sesungguhnya orang-orang yang bersabar, ganjaran bagi mereka adalah
tanpa hisab (tak terhingga).”
(QS. Az Zumar: 10)
Ketika
kita menangis, bersedih, mengomel, menyalahkan keadaan itu bertanda
kita belum dewasa namun begitu kita mampu menyelesaikan setiap masalah
yang kita hadapi dengan baik maka kita semakin lebih dewasa. Jadi
sambutanlah setiap masalah, cobaan, penderitaan dengan penuh suka cita
sebab telah hadir anugerah Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang mendewasakan
diri kita. Sebagaimana Firman Allah,
'Kamu sungguh-sungguh
akan diuji terhadap harta dan dirimu. Dan juga kamu sungguh-sungguh
akan mendengar dari orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu dan dari
orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang
menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertaqwa, maka sesungguhnya
yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan.' (QS. ali-Imran
: 186).
Semoga ALLAH menganugerahkan kesabaran kepada kita semua... Amin Allahumma Amin...
Jadikanlah kegembiraan itu sebagai syukur dan kesedihan itu sebagai sabar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar