Selasa, 12 Juli 2011

Renungan, Pentingkah Sholat Itu?

“Sholat adalah sesuatu hal yang tidak PENTING?”


kecuali untuk orang yang BERSYUKUR dan beriman
Mengapa harus fokus dengan kata
BERSYUKUR…?

Karena dengan sholat-lah ‘media’ kita untuk bersyukur kepada Allah SWT.
Analogi sederhana

Saat kita masih kecil, dibelikan Ayah mainan, apa yang kita lakukan?
Kita pasti akan memeluk Ayah kita dengan perasaan haru dan riang dengan tak lupa mengucapkan kata “terimakasih ya Ayah!
aq sayang Ayah…”
Saat kita sekolah SD, kita naik kelas, dapat rangking yang bgus, apa yang kita lakukan? Kita pasti akan berusaha membelikan kado terindah untuk Bapak/Ibu Guru kita, dengan tak lupa mengucapkan kata “terimakasih ya Bapak/Ibu Guru atas segala ilmu bermanfaat yang telah kami dapatkan..”
Tapi apa yang sudah kita lakukan untuk mensyukuri nikmat-karunia Allah yang telah diberikan kepada kita?
Aku tidak pernah dapat apa-apa dari Allah!!
Pernah mungkin kita berpikir dalam hati, dari dulu sampai sekarang aku masih begini-begini aja.
Apanya yang harus disyukuri?
Kenapa aq harus sholat?
Penting ya sholat?
Coba renungkan, dengan tidak terjadi sesuatu apapun dengan kita Sehat itu sebenarnya merupakan nikmat-karunia-Nya untuk kita sederhana sekali bukan??
Mari kita renungkan sejenak:
Jika dicabut nikmat melihat kita oleh Allah. Masih bisakah kita melihat, memandang, dan mengagumi keagungan ciptaan-Nya?
Jika dicabut nikmat mendengar kita oleh Allah. Masih bisakah kita mendengar lantunan merdu ayat-ayat suci-Nya, masih bisakah kita mendengarkan seruan adzan yg memanggil kita untuk menghadap-Nya?
Jika dicabut nikmat berbicara kita oleh Allah. Masih bisakah kita melantukan puji-pujian pada-Nya, masih bisakah kita melafalkan ayat-ayat-Nya yang dpt menenteramkan hati dan jiwa?
Dan sadarkah kita, setiap hembus nafas kita adalah kuasa-Nya?
Dan apa yang terjadi jika Allah mencabut semua nikmat-karuniaNya kepada kita?
Masihkah kita tidak BERSYUKUR??
Mari kita Renungkan pula yang ini pula:
Bila kita sakit, apakah kita ingin cepat sembuh?
Pasti kita sepakat menjawab, Iya!
Bila kita menginginkan sesuatu hal, apakah kita ingin semua itu cepat terwujudkan? Pasti kita sepakat menjawab, Iya!

[Sebuah analogi sederhana]

Ada penjual nasi uduk langganan kita yang buka tepat jam 5 pagi, smntra itu kita dtng ke tempatnya jam 6 , ternyata di sana sudah bnyk antrian pembeli yang tidak sabar minta dilayani. Hampir dikatakan kita ada di antrian terakhir. Apa kemungkinan yang akan terjadi? Bisa jadi kita masih lama dilayani, bisa jadi pula kita hanya mendapat sisa-sisa, dan bahkan kita gak kebagian karena nasi uduk itu sudah habis!!
Bagaimana jika itu terjadi terhadap kita saat di hadapan-Nya? Kita ingin kesehatan, kita ingin kemuliaan, kita ingin limpahan rizki-Nya, kita ingin semua yang kita harapkan dapat cepat terwujudkan, tapi kita selalu ‘terlambat’ untuk menghadap-Nya, kita selalu berada di barisan terakhir untuk memohon kepada-Nya, karena kita selalu menunda waktu sholat kita
Apapun bentuk nikmat-karunia-Nya, kita harus BERSYUKUR kepada Allah SWT, dengan menunaikan sholat, bersedekah, amar ma’ruf nahi munkar, berbuat baik kepada sesama, dengan senantiasa menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

Dan masihkah kita tetap tidak sholat?
Masihkah kita bolong-bolong sholatnya?
Dan masihkah kita ingin menunda-nunda waktu sholat kita??
Mari kita belajar bersama, mulai dari sekarang, tekadkan untuk menjadi insan yg lebih baik dan bertakwa, amin....
Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat kepadamu, dan jika kamu mengingkari nimat-Ku sesungguhnya azab-Ku amat pedih. Ibrahim (14):7
Sesungguhnya sholat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (sholat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Al-Ankabut (29):45
Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan sholat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Thaha (20):132


Hendaklah setiap orang membayangkan bagiamana keadaan dirinya pada saat dia dipikul pada pundak-pundak orang-orang yang memikulnya, lalu diletakkan menyendiri pada lubang, gelap gulitatanpa teman, sahabat, harta dan anak-anak, kubur menjadi tempat tinggalnya, tanah menjadi ranjangnya, ulat-ulat menjadi teman yang menyertainya, pada saat itu harta tidak bermanfaat, jabatan tidak member arti apapun, begitu juga dengan penghargaan-penghargaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar